Jumat, 26 Juni 2015

laporan udang windu polinela



LAPORAN
TEKNIK BUDIDAYA UDANG
BUDIDAYA UDANG WINDU (Panaeus monodon)
Oleh:

PUJI RAHAYU
NPM. 13742040

6.JPG



PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN
JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
DAFTAR PUSTAKA
I.       PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1  Latar belakang.................................................................................
1.2  Tujuan...............................................................................................
II.    TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................
2.1  Klasifikasi udang windu..................................................................
2.2  Morfologi udang windu...................................................................
2.3  Habitat udang windu.......................................................................
2.4  Makanan udang windu....................................................................
III. METODE PELAKSANAAN.......................................................................
3.1  Waktu dan tempat pelaksanaan.....................................................
3.2  Alat dan bahan.................................................................................
3.3  Prosedur kerja..................................................................................
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................
V.    KESIMPULAN.............................................................................................
Daftar pustaka






I.                   PENDAHULUAN
1.1            Latar Belakang
            Udang merupakan jenis ikan konsumsi air payau, badan beruas berjumlah 13 (5 ruas kepala dan 8 ruas dada) dan seluruh tubuh ditutupi oleh kerangka luar yang disebut eksosketelon. Umumnya udang yang terdapat di pasaran sebagian besar terdiri dari udang laut. Hanya sebagian kecil saja yang terdiri dari udang air tawar, terutama di daerah sekitar sungai besar dan rawa dekat pantai. Udang air tawar pada umumnya termasuk dalam keluarga Palaemonidae, sehingga para ahli sering menyebutnya sebagai kelompok udang palaemonid. Udang laut, terutama dari keluarga Penaeidae, yang bisa disebut udang penaeid oleh para ahli.

Udang merupakan salah satu bahan makanan sumber protein hewani yang bermutu tinggi. Bagi Indonesia udang merupakan primadona ekspor non migas. Permintaan konsumen dunia terhadap udang ratarata naik 11,5% per tahun. Walaupun masih banyak kendala, namun hingga saat ini negara produsen udang yang menjadi pesaing baru ekspor udang Indonesia terus bermunculan. Budidaya udang windu di Indonesia dimulai pada awal tahun 1980-an, dan mencapai puncak produksi pada tahun 1985-1995. Sehingga pada kurun waktu tersebut udang windu merupakan penghasil devisa terbesar pada produk perikanan.          

1.2            Tujuan
Ø Mengetahui laju pertumbuhan udang windu
Ø Mengetahui kualitas air yang baik untuk udang windu
Ø Mengetahui manajemen pakan untuk udang windu
Ø Mengetahui manajemen kualitas air untuk udang windu





II.                TINJAUAN PUSTAKA
2.1            Klasifikasi udang windu
Klasifikasi  L. Windu (wyben dan sweeney, 1991) adalah sebagai berikut:
Phylum            : Arthropoda
Kelas               : Crustacea
Sub kelas         : Malacostraca
Seri                  : Eumalocastraca
Super ordo      : Eucarida
Ordo                :Decapoda
Sub  ordo        : Dendro branchiata
Infra ordo        : Penaeidea
Super family    : Penacoidea
Family             : Penaedea
Genus              : Penaeus
Species            : Penaeus monodon
2.2            Morfologi udang windu
Warna tubuhnya secara keseluruhan putih agak mengkilap dengan titik warna hitam yang menyebar di sepanjang  tubuhnya. Bagian tubuh udang windu  dibagi 2 bagian terdiri dari kepala dan dada (Cephalothorax) dan perut ( Abdomen ) .
·         Kepala( Thorak )
Cephalothorak  disusun oleh kulit yang kasar dan tebal dengan kandungan utamanya chitin yang disebut carapace. Bagian ujungnya terdapat antena sebanyak dua buah dan rostrum yang bergerigi.  Belakang rostrum terdapat sepasang mata yang bertangkai yang berada di kanan dan kiri rostrum . Pada bagian badan kepala bawah terdapat kaki jalan (Pereiopada ) sebanyak lima pasang, 2 pasang maxille yg sudah mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk makan .
·         Perut ( Abdomen )
Perut ( Abdomen ) terdiri dari 5 ruas yang tersusun rapi seperti atap genting  , terdapat 5 pasang kaki renang ( Pleopods ) yg berfungsi sebagai penggerak tubuh udang. Pada bagian ujung abdomen , ruas ke 6 terdapat bagian yg runcing disebut telson . Bagian ekor yang terbuka digunakan berenang adalah uropada.
Alat kelamin jantan ( Petasma ) terbentuk seperti huruf” u” tedapat pada pangkal kaki Jalan ke lima. Sedang alat kelamin betina ( Thellycum ) berbentuk seperti huruf”i”.
Berdasarkan siklus hidupnya pertumbuhan udang dibedakan menjadi beberapa fase, antara lain:
Ø  Stadia naupli
Pada fase ini pencernaannya belum sempurna dan untuk kebutuhan unsur hara dalam tubuhnya berasal dari cadangan makanan berupa kuning telur ( yolk sac ) Sehingga benih udang windu membutuhkan makanan dari luar pada saat larva berukuran 0,32 – 0,58 mm.
Ø  Stadi Zoea
Sekitar  2-3 hari setelah menetas masuk pada fase zoe. Pada stadia ini larva sudah berukuran 1,06 – 3,30 mm dan benih udang sudah mengalami moulting sebanyak 3 kali, yaitu stadia Zoea 1, zoea 2 dan zoea 3. Waktu untuk memasuki stadia berikutnya yaitu mysis sekitar 4-5 hari
Ø  Stadia Mysis
Secara morfologi larva udang sudah menyerupai bentuk udang. Pada stadia ini sudah mulai diberikan pakan alami yaitu fitoplankton dan zooplankton, pada saat ukuran larva 3,50-480 mm. Perubahan morfologi pada stadia ini terdiri dari 3 tahap yaitu mysis 1, mysis 2, mysis 3. Waktu pada fase ini adalah 3-4 hari

Ø  Stadia Post Larva (PL)
Organ tubuh udang sudah lengkap dan organ tuuhnya sudah berfungsi dengan baik, pada saat menjadi post larva hitungan umum udang pada post larva (pl), misalnya setelah 1 hari menjadi pl, maka disebut pl-1 , dua hari disebut pl 2 dan seterusnya udang windu dapat mulai ditebar di tambak setelah mencapai pl 9.
2.3            Habitat Udang windu
Juvenil udang windu hidup di dekat pantai dan estruari manggrove sedangkandewasa hidup bawah pasir,lumpur. Udang windu hidup sampai kedalaman 110 m.Distribusinya dari Indo-Pasifik Barat,Timur dan Selatan Afrika,LautMerah,Arabia Gulf,Subkontinen India,Archilego Malay-Australia Utara dan Jepang
2.4            Makanan Udang windu
Makanan untuk tiap periode kehidupan udang berbeda-beda. Makanan udang yang dapat digunakan dalam budidaya terdiri dari:

a.Makanan alami:
Ø  Burayak tingkat nauplius, makanan dari cadangan isi kantong telurnya.
Ø  Burayak tingkat zoea, makanannya plankton nabati, yaitu Diatomaeae (Skeletonema, Navicula, Amphora, dll) dan Dinoflagellata (Tetraselmis, dll).
Ø  Burayak tingkat mysis, makanannya plankton hewani, Protozoa, Rotifera, (Branchionus), anak tritip (Balanus), anak kutu air (Copepoda), dll.
Ø  Burayak tingkat post larva (PL), dan udang muda (juvenil), selain makanan di atas juga makan Diatomaee dan Cyanophyceae yang tumbuh di dasar perairan (bentos), anak tiram, anak tritip, anak udanngudangan (Crustacea) lainnya, cacing annelida dan juga detritus (sisa hewan dan tumbuhan yang membususk).
Ø  Udang dewasa, makanannya daging binatang lunak atau Mollusca (kerang, tiram, siput), cacing Annelida, yaitut cacing Pollychaeta, udang-udangan, anak serangga (Chironomus), dll.
Ø  Dalam usaha budidaya, udang dapat makan makanan alami yang tumbuh di tambak, yaitu kelekap, lumut, plankton, dan bentos.
b.        Makanan Tambahan
Makanan tambahan biasanya dibutuhkan setelah masa pemeliharaan 3 bulan. Makanan tambahan tersebut dapat berupa:
Ø Dedak halus dicampur cincangan ikan rucah.
Ø Dedak halus dicampur cincangan ikan rucah, ketam, siput, dan udangudangan.
Ø Kulit kerbau atau sisa pemotongan ternak yang lain. Kulit kerbau dipotong-potong 2,5 cm2, kemudian ditusuk sate.
Ø Sisa-sisa pemotongan katak.
Ø Bekicot yang telah dipecahkan kulitnya.
Ø Makanan anak ayam.
Ø Daging kerang dan remis.
Ø Trisipan dari tambak yang dikumpulkan dan dipech kulitnya.
c.         Makanan Buatan (Pelet):
Ø Tepung kepala udang atau tepung ikan 20 %.
Ø dedak halus 40 %.
Ø Tepung bungkil kelapa 20 %.
Ø Tepung kanji 19 %.
Ø Pfizer premix A atau Azuamix 1 %.









III.             METODE PELAKSANAAN
3.1         Waktu dan tempat pelaksanaan
Praktik budidaya udang windu dilaksanakan mulai pada tanggal 16 Februari 2015 sampai 7 Juni 2015 di laboratorium perikanan basah Politeknik Negeri Lampung.
3.2         Alat Dan Bahan
·      Air laut
·      Benur udang windu
·      Sikat
·      Selang aerasi dan batu aerasi
·      Benang
·      Pupuk
·      Alat pengukur kualitas air
·      Timbangan
·      Penggaris
·      Anco
·      Scopnet
·      Alat tulis
3.3         Prosedur kerja
·      Persiapan media pemeliharaan udang windu dengan membersihkan menggunakan sikat dan sabun dan dikeringkan
·      Pengukuran panjang,lebar,dan tinggi media yang digunakan.
·      Pengisian air laut ke dalam media pemeliharaan udang windu dan menghitung volume.
·      Instalasi aerasi sebanyak 8 titik.
·      Pemberian pupuk sesuai dosis yang dikalikan dengan ukuran volume air media.
·      Penebaran benur udang windu
·      Penentuan pakan untuk udang windu
·      Pemeliharaan udang windu
IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
·           Minggu 1
Persiapan media dengan membersihkan bak fiber dan persiapan aerasi, dan mengukur volume bak yaitu V= 3,441 m³
·           Minggu 2
Pembersihkan selang aerasi dan batu aerasi, penjemuran selang dan batu aerasi untuk mematikan kuman/bakteri yang dapat membahayakan udang. Batu aerasi yang digunakan sebanyak 8 buah. Persiapan titik aerasi dengan pemasangan menggunakan benang dengan panjang benang yang diperlukan adalah sebanyak 1320 cm. Jarak pemasangan antar batu aerasi adalah 68 cm. Pada minggu ke dua dilakukan pengisian air.
·           Minggu 3
Pemasangan blower dan memasang selang dan batu aerasi yang sebelumnya telah dikeringkan pada instalasi blower. Pada minggu ke 3 dilakukan pengukuran volume air dan pemupukan dengan pupuk TSP dengan dosis 5 ppm dan pupuk urea 10 ppm.
Hasil                     =
V                          =2408,7 liter
Pupuk TSP           =5 ppm × 2408,7 liter = 12,0435 gr
Pupuk urea           =10 ppm× 2408,7 liter=24,087 gr
·           Minggu 4
Menngukur kualitas air media sebelum penebaran,hasil pengukuran adalah:
Suhu         :26°C
Salinitas    :36 ppt
Warna air  :jernih
Tinggi air  : 0,42 cm
·           Minggu 5
Pada minggu 5 dilakukan pengukuran kualitas air dan penebaran benur udang windu serta perhitungan pakan yang diberikan untuk udang windu. Hasil yang didapatkan adalah
Suhu                                                         :26°C
Salinitas media                                         :36 ppt
Salinitas pada media packing benur         :30 ppt
Jumlah tebar udang windu                       :3988 ekor
Konversi pakan                                        :
Rumus                                                      : 1 kg pakan/100.000 ekor
                                                                 :1 gr/100 ekor
                                                                 :3988/100 :39,889
                                                                 :45 gr/3 :15 gr
Pakan yang diberikan udang sebanyak 45 gr per hari dan setiap pembeian pakan sebanyak 15 gram denga frekuensi 3 kali pemberian pakan.
·           Minggu 6
Pada minggu ke 6 dilakukan pembuatan anco sebagai alat pengecek udang dan serokan untuk membuang klekap dan busa yang ada dipermukaan media pemeliharaan udang windu. Anco yang dibuat ukuran 30 x 30 cm, sedangkan serokan yang dibuat berdiameter 20 cm.
·           Minggu 7
Pada minggu ke 7,dilakukan pengukuran parameter kualitas air untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan udang windu.
Hasil yang didapatkan adalah
Suhu                     :29°C
Disolved oxygen  :8,5-10 ppm
Salinitas                :36 ppt
Kecerahan            :27,5 cm
Kedalaman           :31,25 cm
Warna air              :hijau muda
Kondisi udang     :udang windu banyak mengalami moulting
·           Minggu 8
Pada minggu ke 8 dilakukan sampling pada udang. Hasil yang didapatkan adalah:
Berat udang         :0,032 gr/ekor
Panjang                :1,6 cm/ekor
Berat biomasa      :0,032 gr x 4988 ekor :159,616 gr
·           Minggu 9
Pada minggu ke 9, dilakukan pengukuran kualitas air, pengenceran,dan sampling benur udang windu dengan hasil yang didapatkan adalah:
Suhu                     :29°C
DO                       :4,7 ppm
Salinitas                :39 ppt
pH                                    :7
kecerahan             :15,5 cm
tinggi air               :36,25 cm
pengenceran         : V1.S1 = V2 .S2
                             :2408,7 liter . 36 ppt = V2 .39 ppt
                             :V2 : :: 2223,41 liter
Jadi V1-V2          :2408,7 liter – 2223,41 liter
                             :185,29 liter
Berat udang         :0,32 gram/ekor
·           Minggu 10
Pada minggu 10 dilakukan sampling ke 3 dengan hasil yang diperoleh adalah berat udang naik menjadi 0,106 gr /ekor.
·           Minggu 11
Pada minggu ke 11,dilakukan sampling ke 4, yaitu diperoleh hasil berat per ekor adalah 0,271 gr dan panjang per ekor adalah 2,71 cm. Dilihat dari sampling berikutnya penambahan sabanyak 0,165 pada berat . suhu yang diukur diperoleh 29°C dan salinitas 35 ppt.
·           Minggu 12
Pada minggu ke 12 dilakukan samplig ke 5 yaitu diperoleh data panjang udang windu 3,44 cm/ekor dan berat 0,29 gr/ekor. Pertambahan berat udang bertambah lebih sdikit dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Suhu yang terukur adalah 27°C dan salinitas 30 ppt.
·           Minggu 13
Pada minggu ke 13 dilakukan sampling  ke 6 dengan hasil sampling yaitu berat udang menjadi 0,312 gram/ekor.
·           Minggu 14
Pada sampling ke 7 minggu ke 14 didapatkan hasil parameter kualias air yaitu,
pH                                    :6,5
Suhu                     :24-25°C
Salinitas                :30 ppt
DO                       :6,6 ppm
Kecerahan            :24 cm
Berat udang windu: 0,35 gram/ekor
·           Minggu 15
Pada sampling ke 8 pada minggu ke 15 didapatkan hasil sebagai berikut:
DO           :4,2 ppm
pH                        :6,87
Salinitas    :25 ppt
Berat udang: 0,441 gr/ekor.
Pada minggu ke 15 dilakukan pengenceran pada media budidaya udang windu untuk menurunkan salinitas sehingga dapat menjadi payau yang bertujuan mempercepat pertumbuhan udang windu,dikarenakan sifat biologis udang windu yang hidup optimal pada salinitas payau.












V.                KESIMPULAN
Pemeliharaan udang windu selama 11 minggu peningkatan pertumbuhan terjadi secara lambat dikarenakan biologis udang windu yang cenderung hidup pada salinitas payau,akan tetapi pada awal pemeliharaan salinitas yang terukur adalah salinitas pada tingkat air laut. Pakan yang diberikan udang windu selama pemeliharaan adalah dengan perhitungan blind feeding yang tidak sesuai dengan literatur bahwa fase blind feeding hanya pada 30 hari pertama pemeliharaan. Ditinjau dari kesehatan,selama pemeliharaan udang windu tidak mengalami gangguan kesehatan dan tingkat hidup yang tinggi. Pada minggu 11, media pemeliharaan udang dibuat sisem resirkulasi untuk memperkecil tingkat amonia dan bahan organik yang berpotensi membahayakan bagi udang windu. Pada minggu ke 15,media pemeliharaan udang windu dilakukan pengenceran sampai salinitas 25 ppt (payau) yang bertujuan merangsang pertumbuhan yang optimal pada udang windu.














Daftar pustaka
Tabrani D.budidaya udang windu. http://www.ukmkecil.com/budidaya-ternak/budidaya-udang-windu(7 juni 2015).
Doni.2014.mengenal udang windu. http://safiiperikananpati.blogspot.com/2013/02/mengenal-udang-windu.html.( 7 juni 2015)

 




















Lampiran

IMG_20150527_152902.jpg      
                        Gambar 1. Biosecurity                                                                                                                                                                                                                                                                        IMG_20150527_153012.jpg
                                                      Gambar 2. Sterilisasi air (Chlorin)
IMG_20150527_153112.jpg
Gambar 3. Filter Air Laut (Pasir halus dan Arang)
IMG_20150527_153323.jpg                       IMG_20150527_153450.jpg
Gambar 4. Alat ozonisasi pada air                  Gambar 5. Alat Penyaring karbon aktif

P_20150527_154521_BF.jpg
Gambar 6. Ruangan Modul


P_20150527_154641_BF.jpg        P_20150527_154531_BF.jpg
Gambar 7. Ruangan Modul B                                    
Gambar 8. Larva Zoya 3 hari

IMG_20150527_155925.jpg