LAPORAN
TEKNIK
BUDIDAYA UDANG
BUDIDAYA
UDANG WINDU (Panaeus monodon)
Oleh:
PUJI
RAHAYU
NPM.
13742040
PROGRAM
STUDI BUDIDAYA PERIKANAN
JURUSAN
PETERNAKAN
POLITEKNIK
NEGERI LAMPUNG
BANDAR
LAMPUNG
2015
DAFTAR
PUSTAKA
I.
PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 Latar belakang.................................................................................
1.2 Tujuan...............................................................................................
II.
TINJAUAN
PUSTAKA...............................................................................
2.1 Klasifikasi udang windu..................................................................
2.2 Morfologi udang windu...................................................................
2.3 Habitat udang windu.......................................................................
2.4 Makanan udang windu....................................................................
III. METODE PELAKSANAAN.......................................................................
3.1 Waktu dan tempat pelaksanaan.....................................................
3.2 Alat dan bahan.................................................................................
3.3 Prosedur kerja..................................................................................
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................
V.
KESIMPULAN.............................................................................................
Daftar
pustaka
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Udang
merupakan jenis ikan konsumsi air payau, badan beruas berjumlah 13 (5 ruas
kepala dan 8 ruas dada) dan seluruh tubuh ditutupi oleh kerangka luar yang
disebut eksosketelon. Umumnya udang yang terdapat di pasaran sebagian besar
terdiri dari udang laut. Hanya sebagian kecil saja yang terdiri dari udang air
tawar, terutama di daerah sekitar sungai besar dan rawa dekat pantai. Udang air
tawar pada umumnya termasuk dalam keluarga Palaemonidae, sehingga para ahli
sering menyebutnya sebagai kelompok udang palaemonid. Udang laut, terutama dari
keluarga Penaeidae, yang bisa disebut udang penaeid oleh para ahli.
Udang
merupakan salah satu bahan makanan sumber protein hewani yang bermutu tinggi.
Bagi Indonesia udang merupakan primadona ekspor non migas. Permintaan konsumen
dunia terhadap udang rata‐rata naik
11,5% per tahun. Walaupun masih banyak kendala, namun hingga saat ini negara
produsen udang yang menjadi pesaing baru ekspor udang Indonesia terus
bermunculan. Budidaya udang windu di Indonesia dimulai pada awal tahun
1980-an, dan mencapai puncak produksi pada tahun 1985-1995. Sehingga pada kurun
waktu tersebut udang windu merupakan penghasil devisa terbesar pada produk
perikanan.
1.2
Tujuan
Ø Mengetahui
laju pertumbuhan udang windu
Ø Mengetahui
kualitas air yang baik untuk udang windu
Ø Mengetahui
manajemen pakan untuk udang windu
Ø Mengetahui
manajemen kualitas air untuk udang windu
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Klasifikasi
udang windu
Klasifikasi L.
Windu (wyben dan sweeney, 1991) adalah sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Sub kelas : Malacostraca
Seri : Eumalocastraca
Super ordo : Eucarida
Ordo :Decapoda
Sub ordo : Dendro branchiata
Infra ordo : Penaeidea
Super family : Penacoidea
Family : Penaedea
Genus : Penaeus
Species : Penaeus monodon
Phylum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Sub kelas : Malacostraca
Seri : Eumalocastraca
Super ordo : Eucarida
Ordo :Decapoda
Sub ordo : Dendro branchiata
Infra ordo : Penaeidea
Super family : Penacoidea
Family : Penaedea
Genus : Penaeus
Species : Penaeus monodon
2.2
Morfologi
udang windu
Warna
tubuhnya secara keseluruhan putih agak mengkilap dengan titik warna hitam yang
menyebar di sepanjang tubuhnya. Bagian tubuh udang windu dibagi 2
bagian terdiri dari kepala dan dada (Cephalothorax) dan perut ( Abdomen ) .
·
Kepala( Thorak )
Cephalothorak
disusun oleh kulit yang kasar dan tebal dengan kandungan utamanya chitin yang
disebut carapace. Bagian ujungnya terdapat antena sebanyak dua buah dan rostrum
yang bergerigi. Belakang rostrum terdapat sepasang mata yang bertangkai
yang berada di kanan dan kiri rostrum . Pada bagian badan kepala bawah terdapat
kaki jalan (Pereiopada ) sebanyak lima pasang, 2 pasang maxille yg sudah
mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk makan .
·
Perut ( Abdomen )
Perut
( Abdomen ) terdiri dari 5 ruas yang tersusun rapi seperti atap genting ,
terdapat 5 pasang kaki renang ( Pleopods ) yg berfungsi sebagai penggerak tubuh
udang. Pada bagian ujung abdomen , ruas ke 6 terdapat bagian yg runcing disebut
telson . Bagian ekor yang terbuka digunakan berenang adalah uropada.
Alat
kelamin jantan ( Petasma ) terbentuk seperti huruf” u” tedapat pada pangkal
kaki Jalan ke lima. Sedang alat kelamin betina ( Thellycum ) berbentuk seperti
huruf”i”.
Berdasarkan
siklus hidupnya pertumbuhan udang dibedakan menjadi beberapa fase, antara lain:
Ø Stadia
naupli
Pada fase ini pencernaannya belum sempurna dan untuk
kebutuhan unsur hara dalam tubuhnya berasal dari cadangan makanan berupa kuning
telur ( yolk sac ) Sehingga benih udang windu membutuhkan makanan dari luar
pada saat larva berukuran 0,32 – 0,58 mm.
Ø Stadi
Zoea
Sekitar 2-3 hari setelah menetas masuk pada
fase zoe. Pada stadia ini larva sudah berukuran 1,06 – 3,30 mm dan benih udang sudah
mengalami moulting sebanyak 3 kali, yaitu stadia Zoea 1, zoea 2 dan zoea 3.
Waktu untuk memasuki stadia berikutnya yaitu mysis sekitar 4-5 hari
Ø Stadia
Mysis
Secara morfologi larva udang sudah menyerupai bentuk
udang. Pada stadia ini sudah mulai diberikan pakan alami yaitu fitoplankton dan
zooplankton, pada saat ukuran larva 3,50-480 mm. Perubahan morfologi pada
stadia ini terdiri dari 3 tahap yaitu mysis 1, mysis 2, mysis 3. Waktu pada
fase ini adalah 3-4 hari
Ø Stadia
Post Larva (PL)
Organ tubuh udang sudah lengkap dan organ tuuhnya
sudah berfungsi dengan baik, pada saat menjadi post larva hitungan umum udang
pada post larva (pl), misalnya setelah 1 hari menjadi pl, maka disebut pl-1 ,
dua hari disebut pl 2 dan seterusnya udang windu dapat mulai ditebar di tambak
setelah mencapai pl 9.
2.3
Habitat Udang windu
Juvenil
udang windu hidup di dekat pantai dan estruari manggrove sedangkandewasa hidup
bawah pasir,lumpur. Udang windu hidup sampai kedalaman 110 m.Distribusinya dari
Indo-Pasifik Barat,Timur dan Selatan Afrika,LautMerah,Arabia
Gulf,Subkontinen India,Archilego Malay-Australia Utara dan Jepang
2.4
Makanan Udang windu
Makanan
untuk tiap periode kehidupan udang berbeda-beda. Makanan udang yang dapat
digunakan dalam budidaya terdiri dari:
a.Makanan alami:
Ø Burayak
tingkat nauplius, makanan dari cadangan isi kantong telurnya.
Ø Burayak
tingkat zoea, makanannya plankton nabati, yaitu Diatomaeae (Skeletonema,
Navicula, Amphora, dll) dan Dinoflagellata (Tetraselmis, dll).
Ø Burayak
tingkat mysis, makanannya plankton hewani, Protozoa, Rotifera, (Branchionus),
anak tritip (Balanus), anak kutu air (Copepoda), dll.
Ø Burayak
tingkat post larva (PL), dan udang muda (juvenil), selain makanan di atas juga
makan Diatomaee dan Cyanophyceae yang tumbuh di dasar perairan (bentos), anak
tiram, anak tritip, anak udanngudangan (Crustacea) lainnya, cacing annelida dan
juga detritus (sisa hewan dan tumbuhan yang membususk).
Ø Udang
dewasa, makanannya daging binatang lunak atau Mollusca (kerang, tiram, siput),
cacing Annelida, yaitut cacing Pollychaeta, udang-udangan, anak serangga
(Chironomus), dll.
Ø Dalam
usaha budidaya, udang dapat makan makanan alami yang tumbuh di tambak, yaitu
kelekap, lumut, plankton, dan bentos.
b.
Makanan Tambahan
Makanan
tambahan biasanya dibutuhkan setelah masa pemeliharaan 3 bulan. Makanan
tambahan tersebut dapat berupa:
Ø Dedak
halus dicampur cincangan ikan rucah.
Ø Dedak
halus dicampur cincangan ikan rucah, ketam, siput, dan udangudangan.
Ø Kulit
kerbau atau sisa pemotongan ternak yang lain. Kulit kerbau dipotong-potong 2,5
cm2, kemudian ditusuk sate.
Ø Sisa-sisa
pemotongan katak.
Ø Bekicot
yang telah dipecahkan kulitnya.
Ø Makanan
anak ayam.
Ø Daging
kerang dan remis.
Ø Trisipan
dari tambak yang dikumpulkan dan dipech kulitnya.
c.
Makanan Buatan (Pelet):
Ø Tepung
kepala udang atau tepung ikan 20 %.
Ø dedak
halus 40 %.
Ø Tepung
bungkil kelapa 20 %.
Ø Tepung
kanji 19 %.
Ø Pfizer
premix A atau Azuamix 1 %.
III.
METODE
PELAKSANAAN
3.1
Waktu
dan tempat pelaksanaan
Praktik
budidaya udang windu dilaksanakan mulai pada tanggal 16 Februari 2015 sampai 7
Juni 2015 di laboratorium perikanan basah Politeknik Negeri Lampung.
3.2
Alat
Dan Bahan
· Air
laut
· Benur
udang windu
· Sikat
· Selang
aerasi dan batu aerasi
· Benang
· Pupuk
· Alat
pengukur kualitas air
· Timbangan
· Penggaris
· Anco
· Scopnet
· Alat
tulis
3.3
Prosedur
kerja
· Persiapan
media pemeliharaan udang windu dengan membersihkan menggunakan sikat dan sabun
dan dikeringkan
· Pengukuran
panjang,lebar,dan tinggi media yang digunakan.
· Pengisian
air laut ke dalam media pemeliharaan udang windu dan menghitung volume.
· Instalasi
aerasi sebanyak 8 titik.
· Pemberian
pupuk sesuai dosis yang dikalikan dengan ukuran volume air media.
· Penebaran
benur udang windu
· Penentuan
pakan untuk udang windu
· Pemeliharaan
udang windu
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
·
Minggu
1
Persiapan media dengan
membersihkan bak fiber dan persiapan aerasi, dan mengukur volume bak yaitu V=
3,441 m³
·
Minggu
2
Pembersihkan selang
aerasi dan batu aerasi, penjemuran selang dan batu aerasi untuk mematikan
kuman/bakteri yang dapat membahayakan udang. Batu aerasi yang digunakan
sebanyak 8 buah. Persiapan titik aerasi dengan pemasangan menggunakan benang
dengan panjang benang yang diperlukan adalah sebanyak 1320 cm. Jarak pemasangan
antar batu aerasi adalah 68 cm. Pada minggu ke dua dilakukan pengisian air.
·
Minggu
3
Pemasangan blower dan
memasang selang dan batu aerasi yang sebelumnya telah dikeringkan pada
instalasi blower. Pada minggu ke 3 dilakukan pengukuran volume air dan
pemupukan dengan pupuk TSP dengan dosis 5 ppm dan pupuk urea 10 ppm.
Hasil =
V =2408,7 liter
Pupuk TSP =5 ppm × 2408,7 liter = 12,0435 gr
Pupuk urea =10 ppm× 2408,7 liter=24,087 gr
·
Minggu
4
Menngukur kualitas air
media sebelum penebaran,hasil pengukuran adalah:
Suhu :26°C
Salinitas :36 ppt
Warna air :jernih
Tinggi air : 0,42 cm
·
Minggu
5
Pada minggu 5 dilakukan
pengukuran kualitas air dan penebaran benur udang windu serta perhitungan pakan
yang diberikan untuk udang windu. Hasil yang didapatkan adalah
Suhu :26°C
Salinitas media :36
ppt
Salinitas pada media
packing benur :30 ppt
Jumlah tebar udang
windu :3988 ekor
Konversi pakan :
Rumus :
1 kg pakan/100.000 ekor
:1
gr/100 ekor
:3988/100
:39,889
:45
gr/3 :15 gr
Pakan yang diberikan
udang sebanyak 45 gr per hari dan setiap pembeian pakan sebanyak 15 gram denga
frekuensi 3 kali pemberian pakan.
·
Minggu
6
Pada minggu ke 6
dilakukan pembuatan anco sebagai alat pengecek udang dan serokan untuk membuang
klekap dan busa yang ada dipermukaan media pemeliharaan udang windu. Anco yang
dibuat ukuran 30 x 30 cm, sedangkan serokan yang dibuat berdiameter 20 cm.
·
Minggu
7
Pada minggu ke 7,dilakukan
pengukuran parameter kualitas air untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
pertumbuhan udang windu.
Hasil yang didapatkan
adalah
Suhu :29°C
Disolved oxygen :8,5-10 ppm
Salinitas :36 ppt
Kecerahan :27,5 cm
Kedalaman :31,25 cm
Warna air :hijau muda
Kondisi udang :udang windu banyak mengalami moulting
·
Minggu
8
Pada minggu ke 8
dilakukan sampling pada udang. Hasil yang didapatkan adalah:
Berat udang :0,032 gr/ekor
Panjang :1,6 cm/ekor
Berat biomasa :0,032 gr x 4988 ekor :159,616 gr
·
Minggu
9
Pada minggu ke 9,
dilakukan pengukuran kualitas air, pengenceran,dan sampling benur udang windu
dengan hasil yang didapatkan adalah:
Suhu :29°C
DO :4,7 ppm
Salinitas :39 ppt
pH :7
kecerahan :15,5 cm
tinggi air :36,25 cm
pengenceran : V1.S1 = V2 .S2
:2408,7 liter . 36 ppt = V2 .39 ppt
:V2 : ::
2223,41 liter
Jadi V1-V2 :2408,7 liter – 2223,41 liter
:185,29 liter
Berat udang :0,32 gram/ekor
·
Minggu
10
Pada minggu 10
dilakukan sampling ke 3 dengan hasil yang diperoleh adalah berat udang naik
menjadi 0,106 gr /ekor.
·
Minggu
11
Pada minggu ke
11,dilakukan sampling ke 4, yaitu diperoleh hasil berat per ekor adalah 0,271
gr dan panjang per ekor adalah 2,71 cm. Dilihat dari sampling berikutnya
penambahan sabanyak 0,165 pada berat . suhu yang diukur diperoleh 29°C dan
salinitas 35 ppt.
·
Minggu
12
Pada minggu ke 12
dilakukan samplig ke 5 yaitu diperoleh data panjang udang windu 3,44 cm/ekor
dan berat 0,29 gr/ekor. Pertambahan berat udang bertambah lebih sdikit
dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Suhu yang terukur adalah 27°C dan
salinitas 30 ppt.
·
Minggu
13
Pada minggu ke 13
dilakukan sampling ke 6 dengan hasil
sampling yaitu berat udang menjadi 0,312 gram/ekor.
·
Minggu
14
Pada sampling ke 7
minggu ke 14 didapatkan hasil parameter kualias air yaitu,
pH :6,5
Suhu :24-25°C
Salinitas :30 ppt
DO :6,6 ppm
Kecerahan :24 cm
Berat udang windu: 0,35
gram/ekor
·
Minggu
15
Pada sampling ke 8 pada
minggu ke 15 didapatkan hasil sebagai berikut:
DO :4,2 ppm
pH :6,87
Salinitas :25 ppt
Berat udang: 0,441
gr/ekor.
Pada
minggu ke 15 dilakukan pengenceran pada media budidaya udang windu untuk
menurunkan salinitas sehingga dapat menjadi payau yang bertujuan mempercepat
pertumbuhan udang windu,dikarenakan sifat biologis udang windu yang hidup
optimal pada salinitas payau.
V.
KESIMPULAN
Pemeliharaan udang
windu selama 11 minggu peningkatan pertumbuhan terjadi secara lambat
dikarenakan biologis udang windu yang cenderung hidup pada salinitas payau,akan
tetapi pada awal pemeliharaan salinitas yang terukur adalah salinitas pada
tingkat air laut. Pakan yang diberikan udang windu selama pemeliharaan adalah
dengan perhitungan blind feeding yang tidak sesuai dengan literatur bahwa fase
blind feeding hanya pada 30 hari pertama pemeliharaan. Ditinjau dari
kesehatan,selama pemeliharaan udang windu tidak mengalami gangguan kesehatan
dan tingkat hidup yang tinggi. Pada minggu 11, media pemeliharaan udang dibuat
sisem resirkulasi untuk memperkecil tingkat amonia dan bahan organik yang
berpotensi membahayakan bagi udang windu. Pada minggu ke 15,media pemeliharaan
udang windu dilakukan pengenceran sampai salinitas 25 ppt (payau) yang
bertujuan merangsang pertumbuhan yang optimal pada udang windu.
Daftar
pustaka
Tabrani D.budidaya udang windu. http://www.ukmkecil.com/budidaya-ternak/budidaya-udang-windu(7
juni 2015).
Doni.2014.mengenal udang windu. http://safiiperikananpati.blogspot.com/2013/02/mengenal-udang-windu.html.(
7 juni 2015)
Lampiran
Gambar 1. Biosecurity
Gambar 2.
Sterilisasi air (Chlorin)
Gambar 3. Filter Air Laut (Pasir
halus dan Arang)
Gambar 4. Alat ozonisasi pada air Gambar 5. Alat Penyaring karbon
aktif
Gambar 6. Ruangan Modul
Gambar 7. Ruangan Modul B
Gambar 8. Larva Zoya 3 hari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar