Sabtu, 16 April 2016

judul TA sementara puji

PARAMETER KIMIA DAN KELIMPAHAN PLANKTON PADA MEDIA PEMBESARAN UDANG VANNAMEI (Litopeneaus vannamei) di TAMBAK BAWANG KECAMATAN PUNDUH PEDADA KABUPATEN PASAWARAN


( Laporan Tugas Akhir Mahasiswa)

Oleh :

PUJI RAHAYU
NPM  13742040



polinela_color_320x320



POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016


PARAMETER KIMIA DAN KELIMPAHAN PLANKTON PADA MEDIA PEMBESARAN UDANG VANNAMEI (Litopeneaus vannamei) di TAMBAK BAWANG KECAMATAN PUNDUH PEDADA KABUPATEN PASAWARAN

Oleh :


Puji Rahayu
NPM  13742040



Laporan Tugas Akhir Mahasiswa
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Sebutan
Ahli Madya (A.Md)
pada
Program Studi Budidaya Perikanan


polinela_color_320x320

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016


                                                                                                                                             I.                   PENDAHULUAN
1.1         Latar belakang masalah
Udang adalah salah satu jenis komoditas perikanan yang sangat digemari masyarakat. Menurut januar et al (2003) menyatakan bahwa saat  ini  udang  putih  (Litopenaeus vannamei)  telah dibudidayakan diberbagai negara seperti Equador, Amerika latin, Honduras, Guatemala, Mexico, Texas, Brazil, Venezuela, Hawai, Florida, Columbia, Philipina, China dan Thailand. Berdasarkan data yang diperoleh, nilai impor udang Amerika mencapai 2,7 milyar dolar atau sekitar 40% dari total nilai impor seafood dan produksi udang global diperkirakan mencapai 900.000 ton/tahun (dari hasil penangkapan dan budidaya) dan hanya 1% dari total produksi perikanan, padahal udang merupakan komoditi unggulan yang diminati pasar (Januar, 2003 dalam  Elovaara, 2001). Hal ini dapat dijadikan peluang bagi para pembudidaya udang untuk meningkatkan hasil produksi  dan mendapatkan keuntungan.
Kebutuhan udang vannamei yang terus meningkat akan memacu produksi udang  dengan pembesaran udang vannamei yang dilakukan dengan padat tebar tinggi dan pemberian pakan yang melebihi batas kebutuhan udang. Hal ini dapat menyebabkan banyaknya bahan organik yang menumpuk didasar perairan sehingga dapat menimbulkan penurunan kualitas air. Kualitas air yang turun akan mengurangi daya dukung kehidupan udang dan dampaknya akan mempermudah udang terserang penyakit.
Parameter kualitas air dibagi menjadi 3, yaitu parameter fisika, kimia, dan biologi. Parameter kimia air adalah parameter kualitas air yang berhubungan secara langsung oleh bahan-bahan organik periaran. Perubahan parameter kimia air yang signifikan akan mempengaruhi kandungan-kandungan didalam perairan tambak, seperti kelimpahan plankton dan penyakit udang, sehingga perlu adanya pengukuran parameter kimia dan kelimpahan plankton pada media pembesaran udang sehingga dapat dilakukan pengelolaan kualitas air  pada saat berbudidaya.
1.2         Tujuan
Laporan Tugas Akhir ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan udang, parameter kimia dan kelimpahan plankton pada media pembesaran udang yang berlokasi di Desa Bawang Kecamatan Punduh Pedada Kaupaten Pasawaran. Parameter kimia yang diukur adalah kandungan pH, salinitas, nitrat, nitrit, phospat, TAN.
1.3         Kerangka pemikiran
Pembesaran udang vannamei (Litopeneus vannamei) adalah pemeliharaan udang vannamei dari post larva hingga panen. Waktu yang dibutuhkan dalam pemeliharaan hingga panen didasarkan pada pertumbuhan udang vannamei, yaitu antara 75-120 hari. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan udang vannamei adalah pakan dan kualitas air. Kandungan protein pada pakan yang diberikan pada udang akan memenuhi kebutuhan nutrisi pada tubuh udang untuk tubuh. Selain pakan, kualitas air budidaya udang sangat mempengaruhi udang. Kualitas air dibagi menjadi tiga parameter yaitu parameter kimia, fisika, dan biologi. Pengelolaan kualitas perlu dilakukan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan udang. Pengelolaan kualitas air dapat dilakukan apabila kandungan –kandungan dalam perairan telah diketahui, untuk itu perlu dilakukan pengukuran parameter kualitas air.

1.4         Kontribusi
Kontribusi laporan tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang cara mengukur dan mengelola parameter kualitas air khususnya parameter kimia dan biologi kepada petani, mahasiswa, dan pembaca sehingga dapat membantu dalam berbudidaya udang vannamei pada tahap pembesaran.



















III.        BAHAN DAN METODE
3.1         Waktu dan Tempat
Laporan Tugas Akhir ini merupakan bagian dari hasil kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) yang dilaksanakan pada tanggal 22 Februari 2016 sampai dengan 22 April 2016. Pelaksanaan PKL dilakukan di Laboratorium Kualitas Air PT Suri Tani Pemuka, Jalan Trans Sumatra Km 28 Desa Suka Jaya, Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan.
3.2         Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dikelompokkan berdasarkan parameter yang diukur, yaitu parameter kimia, dan biologi.
a.              Analisa parameter kimia
Alat dan bahan yang digunakan dalam mengukur parameter kimia disajikan dalam tabel sebagai berikut:
No
Parameter
                                      Alat dan bahan
1
pH
Air sampel, pH meter atau pH indikator
2
salinitas
Air sampel, Refraktometer
3
Nitrit
Air sampel, Kit nirit test, pipet 5 ml, cuvet
4
Nitrat
Air sampel, Kit nitrat test, pipet 5 ml, cuvet
5
Phosphat
Air sampel, Kit phosphat test, pipet 5 ml, cuvet
6
Tan
Air sampel, Kit Tan test, pipet 5 ml, cuvet



b.             Analisa parameter biologi
Alat dan bahan yang digunakan dalam menganalisa parameter biologi (plankton) adalah sampel air tambak, Mikroskop olympus, Gelas ukur/ silinder 10 ml, Object glass, Cover glass, Counter, Tissue, Alat tulis dan haemocytometer.
3.3         Metode pelaksanaan
a.              Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan dan keikutsertaan secara langsung dalam kegiatan Praktek Kerja Lapang dengan menganalisa parameter kimia air dan kelimpahan plankton di Laboratorium PT Suri Tani Pemuka Lampung.
b.             Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data skunder dilakukan dengan kegiatan wawancara dan diskusi dengan pmbimbing lapang, staf dan karyawan, teknisi, petani tambak, serta studi pustaka melalui buku, laporan, jurnal, dan internet.
3.4         Prosedur kerja pengukuran kualitas air
3.4.1   Prosedur pengambilan sampel air
a.              Lokasi/stasiun pengambilan sampel air
Untuk tambak intensif dengan jumlah kincir memadai diasumsikan kondisi ekosistemnya sangat homogen, dengan demikian tidak ada perbedaan yang nyata  jika sampel diambil di daerah outlet, inlet, sentral maupun feeding area. Untuk pengecekan parameter kimia dan mikrobiologi, pengambilan sampel lebih ditekankan pada air dasar kolam/tambak, karena dasar tambak merupakan tempat hidup udang dan kondisinya biasanya lebih buruk dari permukaan.
b.             Waktu dan rutinitas
Sebaiknya dilakukan setiap pagi dan sore hari dengan jam yang relatif sama terutama untuk pengukuran parameter fisika dan kimia air. Hal ini dilakukan secara rutin selama masa pemeliharaan.
c.              Jarak
Sampel yang telah diambil langsung dibawa ke laboratorium dan dilakukan pengecekan/ analisa dengan segera. Untuk lokasi yang jarak cukup jauh dari laboratorium (dengan perjalanan lebih dari 2 jam), sampel sebaiknya dikemas dalam kantung plastik/botol sampel kemudian dimasukkan ke dalam box yang didalamnya diberi pecahan es.
d.             Sampel udang
Pengambilan sampel udang untuk pengecekan mikrobiologi/ bakteri vibrio dan parasit, dilakukan secara acak baik untuk udang sehat maupun udang sakit sebanyak 5 sampai 10 ekor setiap petak tambak. Kemudian sampel dikemas dalam air yang cukup supaya udang tetap bisa hidup jika sampai laboratorium.
e.              Pengambilan sampel untuk plankton
Untuk petakan yang baru tebar (umur udang >1 bulan), sebaiknya pengambilan sampel dengan menggunakan plankton net agar sampel yang diperoleh merata mewakili kondisi plankton dalam petakan.
3.4.2   Prosedur analisa pH
Analisa pH dilakukan dengan memasukkan elektrode pH meter ke dalam sampel air yang dianalisa, catat hasil pH dan kalibrasi pH meter dengan larutan buffer  pH  7 dan pH 4 (dilakukan setiap minggu). Pengukuran pH juga dilakukan dengan menggunakan pH indikator, yaitu dengan memasukkan kertas indikator pH ke dalam sampel air dan dilakukan penyamaan warna kertas pH dengan indikator warna pH.
3.4.3   Prosedur analisa salinitas
Analisa salinitas dilakukan dengan menggunakan refraktometer. Prosedur kerja dalam pengukuran adalah sebagai berikut:
·                Teteskan sampel air dengan menggunakan pipet tetes kemudian teteskan pada kaca repractometer. Lihat pada teropong refraktometer.
·                Catat hasil salinitas yang didapatkan
·                Kalibrasi refraktometer menggunakan aquadest.
3.4.4   Prosedur analisa nitrit
Analisa nitrit dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
·                isi cuvet (tabung kecil) dengan sampel air sebanyak 5 ml
·                Tambahkan satu sendok keicl reagen kemudian kocok sampai homogen
·                Setelah 5 menit tempatkan tabung pada bulatan standar warna. Bandingkan warna air sampel dengan warna  pada kertas indikator nitrit sampai mendapatkan warna yang sama
·                Catat hasil yang didapatkan
·                Alat ini mempunyai batas ukur 0-1,0 mh/L NO
·                Jika lebih dari 1,0 dapat diencerkan 5-10 kali.
3.4.5   Prosedur analisa nitrat
Analisa nitrat dilakukan dengan metode sebagai berikut:
·                Isi cuvet  (tabung kecil) dengan air sampel sebanyak 5 ml
·                Tambahkan dua sendok kecil reagen kemudian kocok hingga homogen
·                Setelah 5 menit tempatkan tabung pada bulatan standar warna. Bandingkan warna dengan warna yang disebelahnya sampai memperoleh warna yang sama.
·                Jika lebih dari 150 dapat dilakukan pengenceran 5-10
·                Hasil warna yang diperoleh dikalikan dengan pengencer
3.4.6   Prosedur analisa phospat
Analisa phosphat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
·                Isi cuvet atau tabung kecil dengan air sample sebanyak 5 ml
·                Tambahkan reagen 1 sebanyak 5 tetes
·                Tambahkan reagen 2 sebanyak 1 sendok kecil sampai homogenkan
·                Setelah 5 menit tempatkan tabung pada bulatan standar warna. Bandingkan warna dengan warna disebelahnya sampai diperoleh warna yang sama
·                Jika warna lebih pekat dibandingkan dengan skala warna, lakukan pengenceran 5-10 hingga warna terbaca.
3.4.7   Prosedur analisa TAN
Analisa TAN dilakukan dengan metode sebagai berikut:
·                Isi cuvet (tabung kecil) dengan air sampel sebanyak 5 ml
·                Tambahkan reagen 1 tiga tetes
·                Tambahkan reagen 2 tiga tetes kocok sampai homogen
·                Tambahkan reagen 3 tiga tetes kocok sampai homogen
·                Setelah 5 menit tempatkan tabung pada bulatan standar warna. Bandingkan warna dengan warna yang disebelahnya sampai memperoeh warna yang sama
·                Jika lebih dari 10 dapat dilakukan pengenceran 5- 10.
3.4.8   Prosedur Analisa Plankton
Analisa plankton dilakukan dengan metode sebagai berikut:
·                Bersihkan haemocytometer dengan alkohol 70% kemudian keringkan dengan tisu
·                Tambahkan ± 50 µl sampel air (kira-kira 1 tetes),dan pastikan ruang terisi penuh dan kurangi dengan tisu jika berlebih
·                Letakkan cover glass diatas haemocytometer
·                Diamkan sejenak hingga sel diam ditempat
·                Letakkan haemocytometer pada meja benda kemudian cari fokusnya pada pembesaran 10 x atau 40 x
·                Hitung sampel dengan 5 kotak besar (lebih banyak lebih baik). Hasil perhitungan kemudian dirata-rata , hasil rata-rata kemudian dimasukkan rumus untuk kotak besar












IV.        HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1         pH
pH air adalah nilai dari hasil pengukuran ion hidrogen (H+) di dalam air. Kadar pH pada perairan tambak sangat mempengaruhi parameter kualitas air lainnya, Salah satunya adalah oksigen. Kandungan pH dipengaruhi oleh kadar karbondioksida dalam periran. Semakin tinggi kadar karbondioksida dan rendahnya oksigen maka pH semakin rendah. Dinamika pH tambak pada kolam D1 dan D2 dapat dilihat pada grafik berikut:
Dinamika pH perairan pada kolam D1 dan D2 masih dalam kisaran normal. Standar pH yang digunakan di Tambak Bawang Kecamatan Punduh Pedada Kabupaten Pasawaran adalah 7,5- 8,5. Pada kolam D1 kadar pH  terendah ada pada pemeliharaan udang ke 70 hari, sedangkan pada kolam D4 pH terendah ada pada pemeliharaan udang ke 63 hari sampai 77 hari. Menurut Oktovianus (2011) menyatakan bahwa Secara umum air laut relatif lebih alkalin (basa) sekitar 8 dan air payau relatif kurang dari 8, akan tetapi organisme air laut relatif mampu beradaptasi dengan interval pH yang lebar.
4.2         Salinitas
Salinitas adalah kandungan kadar garam dalam air dalam periaran dengan satuan ppt. Standar salinitas yang digunakan pada tambak bawang adalah 15-35 ppt. Kadar salinitas pada tambak bawang dapat dilihat pada grafik berikut:
Kadar salinitas pada kolam D1 dan D2 masih dalam kisaran normal yaitu antara 32- 34 ppt. Perubahan salinitas tidak terlalu signifikan yang dapat dilihat bahwa penurunan terjadi pada kolam D4 pada umur udang 42 hari yaitu turun sebanyak 2 ppt dari 34 ppt menjadi 32 ppt. Perubahan salinitas dapat disebabkan beberapa faktor, diantaranya adalah proses penguapan dan adanya tambahan dari air hujan.
4.3         Nitrit
Kandungan nitrit pada periaran sangat dibutuhkan dalam proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Nitrifikasi adalah proses oksidasi nitrit menjadi nitrat dengan bantuan bakteri nitrosomonas atau nitrosobacter. Dinamika kandungan nitrit pada tambak bawang adalah sebagai berikut:
Standar nitrit yang digunakan pada tambak bawang adalah <1 ppm. Pada kolam D1 dan D2 kenaikan tertinggi adalah pada minggu ke 63 pemeliharaan. Kandungan nitrit selama pemeliharaan tidak melebihi standar yang telah ditentukan. Pada kolam D4 kenaikan nitrit secara drastis terjadi pada pemeliharaan udang ke- 56 hari sampai 63 hari. Kenaikan nitrit ini diidentifikasikan terjadi karena proses oksidasi amonia menjadi nitrit dalam perairan berlangsung dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Oktovianus (2011) bahwa Nitrit merupakan hasil oksidasi dari ammonia dengan bantuan bakteri Nitrisomonas.
4.4         Nitrat
Nitrat adalah bentuk nitrogen utama dalam perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan alga. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan stabil. Nitrat dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Kadar nitrat pada tambak bawang kolam D1 dan D2 adalah sebagai berikut:
Dinamika kandungan nitrat setiap minggunya mengalami perubahan. Kolam D4 mengalami perubahan yang sedikit lebih drastis dibandingkan kolam D1. Pada minggu ke tiga, kolam D4 mengalami penurunan kadar nitrat dari 50 ppm menjadi 10 ppm. Penurunan kandungan nitrat inidiidentifikasikan karena adanya perlakuan kualitas air pada udang, yaitu pemberian kapur dan penyiponan. Kandungan nitrat yang telah ditentukan adalah 20-50 ppm. Kandungan nitrat pada hari pemeliharaan ke 84 adalah sampai 75 ppm. Kandungan nitrat yang tinggi akan berpengaruh terhadap N/P ratio. N/P ratio adalah perbandingan antara nitrat dan phosphat. Nilai N/P ratio akan berpengaruh terhadap pertumbuhan plankton.
4.5         Phospat
Phosfat merupakan bahan organik yang mempunyai kandungan unsur P (fosfor) yang sangat dibutuhkan oleh alga. Dinamika kandungan phosphat dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Phosphat pada hari pemeliharaan udang ke- 35 masih dalam kisaran normal, akan tetapi pada minggu selanjutnya kandungan phosphat melebihi kadar yang seharusnya. Baku mutu phosphat yang digunakan adalah 0,75 ppm. Kandungan phosphat yang tinggi pada minggu ke-2 dilakukan penyiponan pada dasar tambak. Penyiponan ini bertujuan untuk mengurangi kandungan phosphat sehingga N/P ratio dapat ditingkatkan. Pada hari pemeliharaan 63 hari, kandungan phosphat pada kolam D1 dan D4 meningkat hingga 3 ppm. Kandungan phosphat yang tinggi dapat memicu terjadinya penyakit. Pada hari ke- 63 pemeliharaan, udang terserang penyakit white feses desease (WVD). Pengobatan udang yang terserang penyakit white feses desease dilakukan dengan pengontrolan kualitas air, pemberian bakteri baik seperti bakteri baccilus, thiobaccilus, dan dengan penambahan obat lainnya, seperti HO₂.
4.6         Tan
Tan (Total Ammonium Nitrogen) adalah total kandungan bahan – bahan organik didalam periran. Dinamika tan yang terjadi  pada kolam D1 dan D4 pada tambak bawang disajikan dalam grafik sebagai berikut:
Tan berhubungan dengan pH dan suhu didalam periran. Pada kisaran pH yang rendah dengan suhu yang tinggi akan menyebabkan kandungan tan tinggi. Pada kolam D4, kenaikan lebih tinggi dibandingkan dengan kolam D1 pada hari pemeliharaan udang ke-56 hari. Kenaikan tan terus meningkat pada minggu selnjutnya sampai pada minggu ke-84 kandungan tan menurun. Baku mutu tan yang digunakan tambak bawang adalah 3-5 ppm. Kandungan tan kolam D1 dan D2 masih dalam kisaran normal.
4.7         Plankton
4.7.1   Green Algae
Plankton jenis green algae (chloropyta) adalah plankton yang baik dalam perairan tambak. Plankton jenis green algae didominasi oleh plankton spesies chlorella, scenedesmus, dan  tetraselmis. Dinamika kelimpahan plankton jenis green algae disajikan dalam grafik berikut ini:
Kelimpahan plankton jenis green algae pada kolam D1 dan D4 lebih tinggi dibadingkan batas minimal yang telah ditentukan oleh tambak bawang yaitu >80%. Hal ini baik bagi perairan karena pada siang hari, suplai oksigen melimpah. Keberadaan plankton jenis green algae di perairan sebagai penstabil kualitas air yang lain, seperti warna air dan mencegah terjadinya drop plankton. Menurut Wayan et al (2003) Drop plankton adalah merupakan suatu kondisi perubahan atau pergantian dominansi plankton secara drastis yang diikuti dengan kematian massal. Sebagai akibat dari kematian massal phytoplankton ini,  akan  terjadi  proses  dekomposisi  sel-sel  mati  yang  memerlukan  banyak  oksigen terlarut. Sehingga DO bisa turun sampai di bawah 4 ppm pada pagi hari.   Pergantian dominansi  plankton  biasanya  disertai  dengan  naiknya  transparansi  atau  bahkan  air tambak menjadi bening.
4.7.2   Blue Green Algae
Blue green algae adalah salah satu jenis plankton yang presentase kelimpahannya lebih sedikit, karena beberapa jenis plankton blue green algae akan mengganggu udang apabila tumbuh melebihi batas baku mutu. Dinamika blue green algae selama pemeliharaan udang ditambak bawang disajikan dalam grafik berikut:
Baku mutu kelimpahan plankton jenis blue green algae adalah 5% dari seluruh populasi plankton pada tambak. Pada DOC ke-35 pemeliharaan udang, plankton blue green algae kolam D1 lebih tinggi dibandingkan dengan kolam D4 dan baku mutu. Kelimpahan plankton blue green algae dipengaruhi oleh N/P ratio.
4.7.3   Diatome
Plankton jenis diatome adalah plankton yang tergolong lebih besar persentasenya dalam tambak dibandingkan blue green algae dan dinoflagellata, yaitu ± 10% dari jumlah total plankton yang ada di perairan. Dinamika plankton diatome dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Persentase diatome selama pemeliharaan kurang dari standar baku mutu, yaitu > 10 %. Kelimpahan plankton jenis diatome lebih stabil pada kolam pemeliharaan udang D1. Plankton jenis diatome berumur lebih pendek, sehingga mengakibatkan plankton jenis lain untuk tumbuh, seperti dinoflagellata yang berakibat mengganggu udang. 
4.7.4   Dinoflagellata
Pertumbuhan populasi Dinoflagellata secara drastis dan  tidak terkendali yang menyebabkan perubahan warna air   tambak menjadi coklat kemerahan hingga merah menyala. Dinoflagellata akan berbahaya ketika mengalami blooming dan mati karena sel- sel Dinoflagellata yang mati akan terdekomposisi dan mengeluarkan racun. Dinamika dinoflagellata pada kolam D1 dan D4 dapat dilihat pada grafik berikut:

Plankton jenis dinoflagellata adalah plankton yang berbahaya bagi udang. Kebedaradaannya diperairan tidak boleh lebih dari 5%. Plankton dinoflagellata pada kolam D1 dan D2 berada pada kisaran dibawah baku mutu. Plankton jenis dinoflagellata pada perairan jika mengalami kematian akan mengeluarkan zat yang bersifat toksik bagi udang.
4.8         Pertumbuhan udang
Pertumbuhan berat udang pada tambak bawang kolam D1 dan D2 dapat dilihat pada grafik berikut:
Pertumbuhan udang pada kolam D1 hari ke 35 sampai 63 lebih rendah pertumbuhannya dibandingkan kolam D4, sedangkan pada hari pemeliharaan ke 63 sampai 84 pertumbuhan kolam D4 lebih tinggi pertumbuhannya dibandingkan kolam D1. Pertumbuhan udang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pakan, kualitas air, dan kualitas udang. Pertumbuhan udang pada kolam D1  dan D4 melebihi pertumbuhan udang dengan baku mutu yang telah ditetapkan, sehingga pembesaran udang di tambak bawang kolam D1 dan D4 dapat dikatakan baik. Baku mutu yang telah ditetapkan telah memenuhi standar pertumbuhan udang dengan SR dan pemberian pakan yang optimal.
4.9         ADG (Average Day Grow)
ADG adalah pertumbuhan rata-rata udang perhari yang dihitung berdasarkan sampling setiap minggunya. Pertumbuhan udang rata-rata dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Pertumbuhan rata-rata udang pada sampling ke -1 sampai sampling ke-4 selalu mengalami peningkatan, akan tetapi pada minggu ke-4 sampai sampling minggu ke-5 udang pada kolam D1 dan D4 mengalami penurunan. Hal ini diidentifikasikan pada sampling ke-4 menuju sampling ke-5, yaitu pada pemeliharaan udang hari ke-63 sampai 70 udang terserang penyakit WVD (white feces desease) yang menyebabkan pertumbuhan udang menurun.
Pada minggu selanjutnya pertumbuhan udang mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan udang telah diberi perlakuan berupa pengelolaan kualitas air dan pengobatan. Pada kolam D1 sampling ke-7 udang mengalami penurunan, hal ini dikarenakan udang masih dalam masa penyembuhan oleh penyakit WVD.


















V.           KESIMPULAN
5.1         Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan pengukuran kualitas air tambak di Tambak Bawang Kecamatan Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran Propinsi Lampung adalah:
1.             Standar baku mutu yang ditentukan oleh tambak bawang dan sesuai dengan SOP yaitu untuk Ph 7,5-8,5 , Salinitas 15-35 ppt, nitrit 1 ppm, nitrat 20-50 ppm,phosphat 0,75 ppm, Tan 3-5 ppm, plankton green algae >80%, plankton blue green algae 5%, diatome ± 10%, dan dinoflagellata <5%.
2.             Tambak udang bawang pada kolam D1 memiliki kadar pH antara 7,4- 7,9, salinitas 33-34 ppt, nitrit 0-1 ppm, nitrat 10-75 ppm, phosphat 0,75-3 ppm, tan 0-3 ppm, green algae 88,58 – 94,09%, blue green algae 3,04- 5,75%, diatome 3,04-5,75 % dan dinoflagellata 0,39-1,33%.
3.             Tambak udang bawang pada kolam D4 memiliki kadar pH antara 7,7- 8,1, salinitas 32-34 ppt, nitrit 0-1 ppm, nitrat 10-75 ppm, phosphat 0,75-3 ppm, tan 0-5 ppm, green algae 90,73 – 95549%, blue green algae 2,68- 5,60%, diatome 0,95-4,84 % dan dinoflagellata 0,43-2,8%.
4.             Pertumbuhan udang selama pemeliharaan terus meningkat dan melebihi pertumbuhan baku mutu yang telah ditetapkan. Pertumbuhan udang dari berat (abw) 4,20 gram sampai 17,51 gram pada kolam D1 dan 4,43 gram sampai 17,50 gram pada kolam D4.


5.2         Saran
Pengelolaan kualitas air sangat penting dilakukan dalam berbudidaya udang, sehingga perlu adanya pengukuran kualitas air sesering mungkin untuk meningkatkan pengontrolan udang sehingga didapatkan hasil yang maksimal.