PARAMETER
KIMIA DAN KELIMPAHAN PLANKTON PADA MEDIA PEMBESARAN UDANG VANNAMEI (Litopeneaus vannamei) di TAMBAK BAWANG
KECAMATAN PUNDUH PEDADA KABUPATEN PASAWARAN
( Laporan Tugas Akhir Mahasiswa)
Oleh :
PUJI RAHAYU
NPM 13742040
POLITEKNIK NEGERI
LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
PARAMETER
KIMIA DAN KELIMPAHAN PLANKTON PADA MEDIA PEMBESARAN UDANG VANNAMEI (Litopeneaus vannamei) di TAMBAK BAWANG
KECAMATAN PUNDUH PEDADA KABUPATEN PASAWARAN
Oleh :
Puji Rahayu
NPM 13742040
Laporan
Tugas Akhir Mahasiswa
Sebagai
Salah Satu Syarat untuk Mencapai Sebutan
Ahli
Madya (A.Md)
pada
Program
Studi Budidaya Perikanan
POLITEKNIK
NEGERI LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang masalah
Udang adalah
salah satu jenis komoditas perikanan yang sangat digemari masyarakat. Menurut
januar et al (2003) menyatakan bahwa saat ini udang
putih (Litopenaeus vannamei)
telah dibudidayakan diberbagai negara seperti Equador,
Amerika latin, Honduras, Guatemala, Mexico,
Texas, Brazil, Venezuela, Hawai,
Florida, Columbia, Philipina, China dan Thailand. Berdasarkan data yang diperoleh, nilai impor udang
Amerika mencapai 2,7 milyar dolar
atau sekitar 40% dari total
nilai impor seafood dan produksi udang global diperkirakan mencapai 900.000
ton/tahun (dari hasil penangkapan dan budidaya) dan hanya 1% dari total produksi perikanan, padahal udang merupakan komoditi unggulan yang diminati pasar (Januar, 2003 dalam Elovaara, 2001). Hal
ini dapat dijadikan peluang bagi para pembudidaya udang untuk meningkatkan
hasil produksi dan mendapatkan
keuntungan.
Kebutuhan
udang vannamei yang terus meningkat akan memacu produksi udang dengan pembesaran udang vannamei yang
dilakukan dengan padat tebar tinggi dan pemberian pakan yang melebihi batas
kebutuhan udang. Hal ini dapat menyebabkan banyaknya bahan organik yang
menumpuk didasar perairan sehingga dapat menimbulkan penurunan kualitas air.
Kualitas air yang turun akan mengurangi daya dukung kehidupan udang dan
dampaknya akan mempermudah udang terserang penyakit.
Parameter kualitas air
dibagi menjadi 3, yaitu parameter fisika, kimia, dan biologi. Parameter kimia
air adalah parameter kualitas air yang berhubungan secara langsung oleh
bahan-bahan organik periaran. Perubahan parameter kimia air yang signifikan
akan mempengaruhi kandungan-kandungan didalam perairan tambak, seperti
kelimpahan plankton dan penyakit udang, sehingga perlu adanya pengukuran
parameter kimia dan kelimpahan plankton pada media pembesaran udang sehingga
dapat dilakukan pengelolaan kualitas air
pada saat berbudidaya.
1.2
Tujuan
Laporan Tugas Akhir ini bertujuan untuk
mengetahui pertumbuhan udang, parameter kimia dan kelimpahan plankton pada media
pembesaran udang yang berlokasi di Desa Bawang Kecamatan Punduh Pedada Kaupaten
Pasawaran. Parameter kimia yang diukur adalah kandungan pH, salinitas, nitrat,
nitrit, phospat, TAN.
1.3
Kerangka
pemikiran
Pembesaran udang
vannamei (Litopeneus vannamei) adalah
pemeliharaan udang vannamei dari post larva hingga panen. Waktu yang dibutuhkan
dalam pemeliharaan hingga panen didasarkan pada pertumbuhan udang vannamei,
yaitu antara 75-120 hari. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
udang vannamei adalah pakan dan kualitas air. Kandungan protein pada pakan yang
diberikan pada udang akan memenuhi kebutuhan nutrisi pada tubuh udang untuk
tubuh. Selain pakan, kualitas air budidaya udang sangat mempengaruhi udang.
Kualitas air dibagi menjadi tiga parameter yaitu parameter kimia, fisika, dan biologi.
Pengelolaan kualitas perlu dilakukan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan udang.
Pengelolaan kualitas air dapat dilakukan apabila kandungan –kandungan dalam
perairan telah diketahui, untuk itu perlu dilakukan pengukuran parameter
kualitas air.
1.4
Kontribusi
Kontribusi
laporan tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan
tentang cara mengukur dan mengelola parameter kualitas air khususnya parameter
kimia dan biologi kepada petani, mahasiswa, dan pembaca sehingga dapat membantu
dalam berbudidaya udang vannamei pada tahap pembesaran.
III.
BAHAN
DAN METODE
3.1
Waktu
dan Tempat
Laporan Tugas Akhir ini merupakan bagian
dari hasil kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) yang dilaksanakan pada tanggal
22 Februari 2016 sampai dengan 22 April 2016. Pelaksanaan PKL dilakukan di
Laboratorium Kualitas Air PT Suri Tani Pemuka, Jalan Trans Sumatra Km 28 Desa
Suka Jaya, Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan.
3.2
Alat
dan Bahan
Alat dan bahan
yang digunakan dikelompokkan berdasarkan parameter yang diukur, yaitu parameter
kimia, dan biologi.
a.
Analisa parameter kimia
Alat dan bahan
yang digunakan dalam mengukur parameter kimia disajikan dalam tabel sebagai
berikut:
No
|
Parameter
|
Alat
dan bahan
|
1
|
pH
|
Air
sampel, pH meter atau pH indikator
|
2
|
salinitas
|
Air
sampel, Refraktometer
|
3
|
Nitrit
|
Air
sampel, Kit nirit test, pipet 5 ml, cuvet
|
4
|
Nitrat
|
Air
sampel, Kit nitrat test, pipet 5 ml, cuvet
|
5
|
Phosphat
|
Air
sampel, Kit phosphat test, pipet 5 ml, cuvet
|
6
|
Tan
|
Air
sampel, Kit Tan test, pipet 5 ml, cuvet
|
b.
Analisa parameter biologi
Alat
dan bahan yang digunakan dalam menganalisa parameter biologi (plankton) adalah
sampel air tambak, Mikroskop olympus, Gelas ukur/ silinder 10 ml, Object glass,
Cover glass, Counter, Tissue, Alat tulis dan haemocytometer.
3.3
Metode
pelaksanaan
a.
Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data
primer dilakukan dengan pengamatan dan keikutsertaan secara langsung dalam
kegiatan Praktek Kerja Lapang dengan menganalisa parameter kimia air dan
kelimpahan plankton di Laboratorium PT Suri Tani Pemuka Lampung.
b.
Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data skunder dilakukan
dengan kegiatan wawancara dan diskusi dengan pmbimbing lapang, staf dan
karyawan, teknisi, petani tambak, serta studi pustaka melalui buku, laporan,
jurnal, dan internet.
3.4
Prosedur
kerja pengukuran kualitas air
3.4.1
Prosedur pengambilan sampel air
a.
Lokasi/stasiun pengambilan sampel air
Untuk
tambak intensif dengan jumlah kincir memadai diasumsikan kondisi ekosistemnya
sangat homogen, dengan demikian tidak ada perbedaan yang nyata jika sampel diambil di daerah outlet, inlet,
sentral maupun feeding area. Untuk pengecekan parameter kimia dan mikrobiologi,
pengambilan sampel lebih ditekankan pada air dasar kolam/tambak, karena dasar
tambak merupakan tempat hidup udang dan kondisinya biasanya lebih buruk dari
permukaan.
b.
Waktu dan rutinitas
Sebaiknya
dilakukan setiap pagi dan sore hari dengan jam yang relatif sama terutama untuk
pengukuran parameter fisika dan kimia air. Hal ini dilakukan secara rutin
selama masa pemeliharaan.
c.
Jarak
Sampel yang
telah diambil langsung dibawa ke laboratorium dan dilakukan pengecekan/ analisa
dengan segera. Untuk lokasi yang jarak cukup jauh dari laboratorium (dengan
perjalanan lebih dari 2 jam), sampel sebaiknya dikemas dalam kantung
plastik/botol sampel kemudian dimasukkan ke dalam box yang didalamnya diberi
pecahan es.
d.
Sampel udang
Pengambilan
sampel udang untuk pengecekan mikrobiologi/ bakteri vibrio dan parasit,
dilakukan secara acak baik untuk udang sehat maupun udang sakit sebanyak 5
sampai 10 ekor setiap petak tambak. Kemudian sampel dikemas dalam air yang
cukup supaya udang tetap bisa hidup jika sampai laboratorium.
e.
Pengambilan sampel untuk plankton
Untuk petakan
yang baru tebar (umur udang >1 bulan), sebaiknya pengambilan sampel dengan
menggunakan plankton net agar sampel yang diperoleh merata mewakili kondisi
plankton dalam petakan.
3.4.2 Prosedur
analisa pH
Analisa
pH dilakukan dengan memasukkan elektrode pH meter ke dalam sampel air yang
dianalisa, catat hasil pH dan kalibrasi pH meter dengan larutan buffer pH 7
dan pH 4 (dilakukan setiap minggu). Pengukuran pH juga dilakukan dengan
menggunakan pH indikator, yaitu dengan memasukkan kertas indikator pH ke dalam
sampel air dan dilakukan penyamaan warna kertas pH dengan indikator warna pH.
3.4.3 Prosedur
analisa salinitas
Analisa
salinitas dilakukan dengan menggunakan refraktometer. Prosedur kerja dalam pengukuran
adalah sebagai berikut:
·
Teteskan sampel air dengan menggunakan
pipet tetes kemudian teteskan pada kaca repractometer. Lihat pada teropong
refraktometer.
·
Catat hasil salinitas yang didapatkan
·
Kalibrasi refraktometer menggunakan
aquadest.
3.4.4
Prosedur analisa nitrit
Analisa nitrit
dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
·
isi cuvet (tabung kecil) dengan sampel
air sebanyak 5 ml
·
Tambahkan satu sendok keicl reagen
kemudian kocok sampai homogen
·
Setelah 5 menit tempatkan tabung pada
bulatan standar warna. Bandingkan warna air sampel dengan warna pada kertas indikator nitrit sampai
mendapatkan warna yang sama
·
Catat hasil yang didapatkan
·
Alat ini mempunyai batas ukur 0-1,0 mh/L
NO₂
·
Jika lebih dari 1,0 dapat diencerkan
5-10 kali.
3.4.5
Prosedur analisa nitrat
Analisa nitrat
dilakukan dengan metode sebagai berikut:
·
Isi cuvet (tabung kecil) dengan air sampel sebanyak 5
ml
·
Tambahkan dua sendok kecil reagen
kemudian kocok hingga homogen
·
Setelah 5 menit tempatkan tabung pada
bulatan standar warna. Bandingkan warna dengan warna yang disebelahnya sampai
memperoleh warna yang sama.
·
Jika lebih dari 150 dapat dilakukan
pengenceran 5-10
·
Hasil warna yang diperoleh dikalikan
dengan pengencer
3.4.6
Prosedur analisa phospat
Analisa phosphat
dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
·
Isi cuvet atau tabung kecil dengan air
sample sebanyak 5 ml
·
Tambahkan reagen 1 sebanyak 5 tetes
·
Tambahkan reagen 2 sebanyak 1 sendok
kecil sampai homogenkan
·
Setelah 5 menit tempatkan tabung pada
bulatan standar warna. Bandingkan warna dengan warna disebelahnya sampai
diperoleh warna yang sama
·
Jika warna lebih pekat dibandingkan
dengan skala warna, lakukan pengenceran 5-10 hingga warna terbaca.
3.4.7
Prosedur analisa TAN
Analisa TAN
dilakukan dengan metode sebagai berikut:
·
Isi cuvet (tabung kecil) dengan air
sampel sebanyak 5 ml
·
Tambahkan reagen 1 tiga tetes
·
Tambahkan reagen 2 tiga tetes kocok
sampai homogen
·
Tambahkan reagen 3 tiga tetes kocok
sampai homogen
·
Setelah 5 menit tempatkan tabung pada
bulatan standar warna. Bandingkan warna dengan warna yang disebelahnya sampai
memperoeh warna yang sama
·
Jika lebih dari 10 dapat dilakukan
pengenceran 5- 10.
3.4.8
Prosedur Analisa Plankton
Analisa plankton
dilakukan dengan metode sebagai berikut:
·
Bersihkan haemocytometer dengan alkohol
70% kemudian keringkan dengan tisu
·
Tambahkan ± 50 µl sampel air (kira-kira
1 tetes),dan pastikan ruang terisi penuh dan kurangi dengan tisu jika berlebih
·
Letakkan cover glass diatas
haemocytometer
·
Diamkan sejenak hingga sel diam ditempat
·
Letakkan haemocytometer pada meja benda
kemudian cari fokusnya pada pembesaran 10 x atau 40 x
·
Hitung sampel dengan 5 kotak besar
(lebih banyak lebih baik). Hasil perhitungan kemudian dirata-rata , hasil
rata-rata kemudian dimasukkan rumus untuk kotak besar
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
pH
pH air adalah nilai dari hasil
pengukuran ion hidrogen (H+) di dalam air. Kadar pH pada perairan tambak sangat
mempengaruhi parameter kualitas air lainnya, Salah satunya adalah oksigen.
Kandungan pH dipengaruhi oleh kadar karbondioksida dalam periran. Semakin
tinggi kadar karbondioksida dan rendahnya oksigen maka pH semakin rendah.
Dinamika pH tambak pada kolam D1 dan D2 dapat dilihat pada grafik berikut:
Dinamika
pH perairan pada kolam D1 dan D2 masih dalam kisaran normal. Standar pH yang
digunakan di Tambak Bawang Kecamatan Punduh Pedada Kabupaten Pasawaran adalah
7,5- 8,5. Pada kolam D1 kadar pH
terendah ada pada pemeliharaan udang ke 70 hari, sedangkan pada kolam D4
pH terendah ada pada pemeliharaan udang ke 63 hari sampai 77 hari. Menurut
Oktovianus (2011) menyatakan bahwa Secara umum air laut relatif lebih alkalin
(basa) sekitar 8 dan air payau relatif kurang dari 8, akan tetapi organisme air
laut relatif mampu beradaptasi dengan interval pH yang lebar.
4.2
Salinitas
Salinitas adalah
kandungan kadar garam dalam air dalam periaran dengan satuan ppt. Standar
salinitas yang digunakan pada tambak bawang adalah 15-35 ppt. Kadar salinitas
pada tambak bawang dapat dilihat pada grafik berikut:
Kadar
salinitas pada kolam D1 dan D2 masih dalam kisaran normal yaitu antara 32- 34
ppt. Perubahan salinitas tidak terlalu signifikan yang dapat dilihat bahwa
penurunan terjadi pada kolam D4 pada umur udang 42 hari yaitu turun sebanyak 2
ppt dari 34 ppt menjadi 32 ppt. Perubahan salinitas dapat disebabkan beberapa
faktor, diantaranya adalah proses penguapan dan adanya tambahan dari air hujan.
4.3
Nitrit
Kandungan nitrit
pada periaran sangat dibutuhkan dalam proses nitrifikasi dan denitrifikasi.
Nitrifikasi adalah proses oksidasi nitrit menjadi nitrat dengan bantuan bakteri
nitrosomonas atau nitrosobacter. Dinamika kandungan nitrit pada tambak bawang
adalah sebagai berikut:
Standar
nitrit yang digunakan pada tambak bawang adalah <1 ppm. Pada kolam D1 dan D2
kenaikan tertinggi adalah pada minggu ke 63 pemeliharaan. Kandungan nitrit
selama pemeliharaan tidak melebihi standar yang telah ditentukan. Pada kolam D4
kenaikan nitrit secara drastis terjadi pada pemeliharaan udang ke- 56 hari
sampai 63 hari. Kenaikan nitrit ini diidentifikasikan terjadi karena proses
oksidasi amonia menjadi nitrit dalam perairan berlangsung dengan baik. Hal ini
sesuai dengan pendapat Oktovianus (2011) bahwa Nitrit merupakan hasil oksidasi
dari ammonia dengan bantuan bakteri Nitrisomonas.
4.4
Nitrat
Nitrat adalah
bentuk nitrogen utama dalam perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi
pertumbuhan alga. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan stabil. Nitrat
dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Kadar
nitrat pada tambak bawang kolam D1 dan D2 adalah sebagai berikut:
Dinamika
kandungan nitrat setiap minggunya mengalami perubahan. Kolam D4 mengalami
perubahan yang sedikit lebih drastis dibandingkan kolam D1. Pada minggu ke
tiga, kolam D4 mengalami penurunan kadar nitrat dari 50 ppm menjadi 10 ppm.
Penurunan kandungan nitrat inidiidentifikasikan karena adanya perlakuan
kualitas air pada udang, yaitu pemberian kapur dan penyiponan. Kandungan nitrat
yang telah ditentukan adalah 20-50 ppm. Kandungan nitrat pada hari pemeliharaan
ke 84 adalah sampai 75 ppm. Kandungan nitrat yang tinggi akan berpengaruh
terhadap N/P ratio. N/P ratio adalah perbandingan antara nitrat dan phosphat.
Nilai N/P ratio akan berpengaruh terhadap pertumbuhan plankton.
4.5
Phospat
Phosfat
merupakan bahan organik yang mempunyai kandungan unsur P (fosfor) yang sangat
dibutuhkan oleh alga. Dinamika kandungan phosphat dapat dilihat pada grafik
berikut ini:
Phosphat
pada hari pemeliharaan udang ke- 35 masih dalam kisaran normal, akan tetapi
pada minggu selanjutnya kandungan phosphat melebihi kadar yang seharusnya. Baku
mutu phosphat yang digunakan adalah 0,75 ppm. Kandungan phosphat yang tinggi
pada minggu ke-2 dilakukan penyiponan pada dasar tambak. Penyiponan ini
bertujuan untuk mengurangi kandungan phosphat sehingga N/P ratio dapat
ditingkatkan. Pada hari pemeliharaan 63 hari, kandungan phosphat pada kolam D1
dan D4 meningkat hingga 3 ppm. Kandungan phosphat yang tinggi dapat memicu
terjadinya penyakit. Pada hari ke- 63 pemeliharaan, udang terserang penyakit
white feses desease (WVD). Pengobatan udang yang terserang penyakit white feses
desease dilakukan dengan pengontrolan kualitas air, pemberian bakteri baik
seperti bakteri baccilus, thiobaccilus,
dan dengan penambahan obat lainnya, seperti H₂O₂.
4.6
Tan
Tan (Total
Ammonium Nitrogen) adalah total kandungan bahan – bahan organik didalam
periran. Dinamika tan yang terjadi pada
kolam D1 dan D4 pada tambak bawang disajikan dalam grafik sebagai berikut:
Tan
berhubungan dengan pH dan suhu didalam periran. Pada kisaran pH yang rendah
dengan suhu yang tinggi akan menyebabkan kandungan tan tinggi. Pada kolam D4,
kenaikan lebih tinggi dibandingkan dengan kolam D1 pada hari pemeliharaan udang
ke-56 hari. Kenaikan tan terus meningkat pada minggu selnjutnya sampai pada
minggu ke-84 kandungan tan menurun. Baku mutu tan yang digunakan tambak bawang
adalah 3-5 ppm. Kandungan tan kolam D1 dan D2 masih dalam kisaran normal.
4.7
Plankton
4.7.1 Green
Algae
Plankton jenis
green algae (chloropyta) adalah plankton yang baik dalam perairan tambak.
Plankton jenis green algae didominasi oleh plankton spesies chlorella,
scenedesmus, dan tetraselmis. Dinamika
kelimpahan plankton jenis green algae disajikan dalam grafik berikut ini:
Kelimpahan
plankton jenis green algae pada kolam D1 dan D4 lebih tinggi dibadingkan batas
minimal yang telah ditentukan oleh tambak bawang yaitu >80%. Hal ini baik
bagi perairan karena pada siang hari, suplai oksigen melimpah. Keberadaan
plankton jenis green algae di perairan sebagai penstabil kualitas air yang
lain, seperti warna air dan mencegah terjadinya drop plankton. Menurut Wayan et al (2003) Drop plankton adalah merupakan
suatu kondisi perubahan atau pergantian dominansi plankton secara drastis yang
diikuti dengan kematian massal. Sebagai akibat dari kematian massal
phytoplankton ini, akan terjadi
proses dekomposisi sel-sel
mati yang memerlukan
banyak oksigen terlarut. Sehingga
DO bisa turun sampai di bawah 4 ppm pada pagi hari. Pergantian dominansi plankton
biasanya disertai dengan
naiknya transparansi atau
bahkan air tambak menjadi bening.
4.7.2 Blue
Green Algae
Blue green algae
adalah salah satu jenis plankton yang presentase kelimpahannya lebih sedikit,
karena beberapa jenis plankton blue green algae akan mengganggu udang apabila
tumbuh melebihi batas baku mutu. Dinamika blue green algae selama pemeliharaan
udang ditambak bawang disajikan dalam grafik berikut:
Baku mutu kelimpahan plankton jenis blue
green algae adalah 5% dari seluruh populasi plankton pada tambak. Pada DOC
ke-35 pemeliharaan udang, plankton blue green algae kolam D1 lebih tinggi
dibandingkan dengan kolam D4 dan baku mutu. Kelimpahan plankton blue green
algae dipengaruhi oleh N/P ratio.
4.7.3 Diatome
Plankton jenis
diatome adalah plankton yang tergolong lebih besar persentasenya dalam tambak
dibandingkan blue green algae dan dinoflagellata, yaitu ± 10% dari jumlah total
plankton yang ada di perairan. Dinamika plankton diatome dapat dilihat pada
grafik berikut ini:
Persentase
diatome selama pemeliharaan kurang dari standar baku mutu, yaitu > 10 %.
Kelimpahan plankton jenis diatome lebih stabil pada kolam pemeliharaan udang
D1. Plankton jenis diatome berumur lebih pendek, sehingga mengakibatkan
plankton jenis lain untuk tumbuh, seperti dinoflagellata yang berakibat
mengganggu udang.
4.7.4 Dinoflagellata
Pertumbuhan
populasi Dinoflagellata secara drastis dan
tidak terkendali yang menyebabkan perubahan warna air tambak menjadi coklat kemerahan hingga merah
menyala. Dinoflagellata akan berbahaya ketika mengalami blooming dan mati
karena sel- sel Dinoflagellata yang mati akan terdekomposisi dan mengeluarkan
racun. Dinamika dinoflagellata pada kolam D1 dan D4 dapat dilihat pada grafik
berikut:
Plankton jenis dinoflagellata
adalah plankton yang berbahaya bagi udang. Kebedaradaannya diperairan tidak
boleh lebih dari 5%. Plankton dinoflagellata pada kolam D1 dan D2 berada pada
kisaran dibawah baku mutu. Plankton jenis dinoflagellata pada perairan jika
mengalami kematian akan mengeluarkan zat yang bersifat toksik bagi udang.
4.8
Pertumbuhan
udang
Pertumbuhan berat udang pada tambak
bawang kolam D1 dan D2 dapat dilihat pada grafik berikut:
Pertumbuhan
udang pada kolam D1 hari ke 35 sampai 63 lebih rendah pertumbuhannya
dibandingkan kolam D4, sedangkan pada hari pemeliharaan ke 63 sampai 84
pertumbuhan kolam D4 lebih tinggi pertumbuhannya dibandingkan kolam D1.
Pertumbuhan udang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pakan, kualitas
air, dan kualitas udang. Pertumbuhan udang pada kolam D1 dan D4 melebihi pertumbuhan udang dengan baku
mutu yang telah ditetapkan, sehingga pembesaran udang di tambak bawang kolam D1
dan D4 dapat dikatakan baik. Baku mutu yang telah ditetapkan telah memenuhi
standar pertumbuhan udang dengan SR dan pemberian pakan yang optimal.
4.9
ADG (Average Day Grow)
ADG adalah
pertumbuhan rata-rata udang perhari yang dihitung berdasarkan sampling setiap
minggunya. Pertumbuhan udang rata-rata dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Pertumbuhan
rata-rata udang pada sampling ke -1 sampai sampling ke-4 selalu mengalami
peningkatan, akan tetapi pada minggu ke-4 sampai sampling minggu ke-5 udang
pada kolam D1 dan D4 mengalami penurunan. Hal ini diidentifikasikan pada
sampling ke-4 menuju sampling ke-5, yaitu pada pemeliharaan udang hari ke-63
sampai 70 udang terserang penyakit WVD (white feces desease) yang menyebabkan
pertumbuhan udang menurun.
Pada minggu
selanjutnya pertumbuhan udang mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan udang
telah diberi perlakuan berupa pengelolaan kualitas air dan pengobatan. Pada
kolam D1 sampling ke-7 udang mengalami penurunan, hal ini dikarenakan udang
masih dalam masa penyembuhan oleh penyakit WVD.
V.
KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang
dapat diambil dari kegiatan pengukuran kualitas air tambak di Tambak Bawang
Kecamatan Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran Propinsi Lampung adalah:
1.
Standar baku mutu yang ditentukan oleh
tambak bawang dan sesuai dengan SOP yaitu untuk Ph 7,5-8,5 , Salinitas 15-35
ppt, nitrit 1 ppm, nitrat 20-50 ppm,phosphat 0,75 ppm, Tan 3-5 ppm, plankton
green algae >80%, plankton blue green algae 5%, diatome ± 10%, dan
dinoflagellata <5%.
2.
Tambak udang bawang pada kolam D1
memiliki kadar pH antara 7,4- 7,9, salinitas 33-34 ppt, nitrit 0-1 ppm, nitrat
10-75 ppm, phosphat 0,75-3 ppm, tan 0-3 ppm, green algae 88,58 – 94,09%, blue
green algae 3,04- 5,75%, diatome 3,04-5,75 % dan dinoflagellata 0,39-1,33%.
3.
Tambak udang bawang pada kolam D4
memiliki kadar pH antara 7,7- 8,1, salinitas 32-34 ppt, nitrit 0-1 ppm, nitrat
10-75 ppm, phosphat 0,75-3 ppm, tan 0-5 ppm, green algae 90,73 – 95549%, blue
green algae 2,68- 5,60%, diatome 0,95-4,84 % dan dinoflagellata 0,43-2,8%.
4.
Pertumbuhan udang selama pemeliharaan
terus meningkat dan melebihi pertumbuhan baku mutu yang telah ditetapkan.
Pertumbuhan udang dari berat (abw) 4,20 gram sampai 17,51 gram pada kolam D1
dan 4,43 gram sampai 17,50 gram pada kolam D4.
5.2
Saran
Pengelolaan
kualitas air sangat penting dilakukan dalam berbudidaya udang, sehingga perlu
adanya pengukuran kualitas air sesering mungkin untuk meningkatkan pengontrolan
udang sehingga didapatkan hasil yang maksimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar