EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper
betle) DAN
PROBIOTIK PADA PENDEDERAN II IKAN LELE (Clarias sp)
( Laporan Proyek Mandiri)
Oleh :
Puji Rahayu
NPM : 13742040
PROGRAM STUDI
BUDIDAYA PERIKANAN
JURUSAN
PETERNAKAN
POLITEKNIK
NEGERI LAMPUNG
2016
HALAMAN PENGESAHAN
1.
Judul :Efektivitas
Ekstrak Daun Sirih (Piper
betle)
dan Probiotik Pada Media Pendederan
II Ikan Lele (Clarias sp)
2.
Nama Mahasiswa :Puji Rahayu
3.
Nomer Pokok Mahasiswa :13742040
4.
Program Studi :Budidaya Perikanan
5.
Jurusan :Peternakan
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I, Dosen
Pembimbing II
Dian
Febriani,S.Pi,M.Si Nur
Indariyanti,S.Pi,M.Si
NIP. 197602032001122002 Nip.197001152000032001
Ketua Program Studi
Budidaya Perikanan,
Nur
Indariyanti,S.Pi,M.Si.
Nip. 197001152000032001
ABSTRAK
EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper
betle) DAN
PROBIOTIK PADA PENDEDERAN II IKAN LELE (Clarias sp)
Oleh:
Puji
Rahayu
Di
bawah bimbingan Dian Febriani, S.Pi,
M.Si selaku pembimbing I dan Nur Indariyanti, S.Pi, M.Si selaku pembimbing II
Ikan lele (Clarias sp) adalah jenis ikan air tawar
yang sangat digemari masyarakat di Indonesia. Ikan lele saat ini banyak
dibudidayakan secara intensif dengan pengelolaan pakan, pengelolaan kualitas
air dan pengelolaan kesehatan ikan yang baik. Pendederan II ikan lele yaitu
pemeliharaan benih ukuran 3-5 cm sampai pada ukuran 5-7 cm selama 14-30 hari.
Budidaya ikan lele tahap pendederan seringkali mengalami kendala, salah satunya
adalah penyakit. Alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan penggunaan
ekstrak daun sirih dan probiotik sebagai bahan alami dalam mngoptimalkan
kesehatan ikan. Pelaksanaan Proyek Mandiri ini bertujuan mengetahui kesehatan
ikan lele, tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian dan kualitas air
dengan pemberian ekstak daun sirih pada media dan probiotk pada pakan.
Pendederan II ikan lele dilakukan pada media terpal ukuran 2 × 1 × 0,5 meter
dengan kepadatan 200 ekor/m². Pakan yang diberikan ditentukan berdasarkan FR 5%
dengan penambahan probiotik 5 ml/kg pakan. Pakan diberikan dengan frekuensi
pemberian pakan 4 kali sehari, yaitu pagi, siang, sore, dan malam hari. Ekstrak
daun sirih diaplikasikan ke media dengan frekuensi 1 minggu sekali sebanyak 8,3
ppm. Berdasarkan hasil pengamatan, kesehatan ikan lele dengan melihat tingkat
penyerangan penyakit, pada minggu ke-3 presentase prevalensi adalah 32% dan
presentase prevalensi pada minggu selanjutnya turun menjadi 5% dan pada akhir
pemeliharaan menjadi 0%. Tingkat kelangsungan hidup ikan lele selama pemeliharaan
adalah 76,5 % dengan berat rata-rata akhir 16,25 gram dan panjang rata- rata 12,875 cm.
Kata kunci: Ekstrak Daun Sirih,
Probiotik, Ikan Lele, Pendederan.
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penyusun haturkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan Laporan Proyek Mandiri yang berjudul “Efektivitas Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle) dan Probiotik Pada Pendederan II Ikan Lele (Clarias Sp) ”
ini dengan baik.
Shalawat
serta salam senantiasa penyusun haturkan kepada Rosullullah, Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabatnya yang selalu menjadi inspirasi terbaik bagi
umatnya.
Penulisan
laporan Proyek Mandiri ini banyak pihak yang telah membantu, mendukung, dan
membimbing baik secara materil ataupun moril. Untuk itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Ayahanda
dan ibunda tercinta yang telah memberikan dukungan dan membantu secara moril
dan materil.
2. Kakak
dan adik-adikku tercinta yang memberikan semangat serta dukungan sehingga
penulis terus semangat dalam melakukan kegiatan Proyek Mandiri.
3. Ibu
Dian Febriani S.Pi, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang tanpa lelah memberikan
bimbingan dan arahannya dalam penyelesaian kegiatan Proyek Mandiri.
4. Ibu
Nur Indariyanti S.Pi, M.Si selaku Dosen Pembimbing II dan selaku Dosen Wali yang
senantiasa membimbing penyusun sehingga Proyek Mandiri dapat diselesaikan
sesuai harapan.
5. Bapak
Juli Nursandi S.Pi, M.Si selaku Kepala Laboratorium Program Studi Budidaya
Periakanan yang telah memberikan fasilitas dalam Proyek Mandiri
6. Sahabat-
sahabatku, yang telah banyak membantu dan dukungan yang luar biasa sehingga
Proyek Mandiri dapat diselesaikan dan sesuai dengan harapan.
7. Teman-
teman akuakultur angkatan 2013, khususnya akuakultur 2013 B yang telah
memberikan inspirasi, bantuan, motivasi, dan pikirannya bagi penyusun sehingga
laporan Proyek Mandiri ini dapat terealisasikan.
Penyusun
sadar bahwa laporan ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk mendapatkan pengetahuan dan
kajian yang lebih baik lagi.
Semoga laporan Proyek Mandiri ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca,serta kita semua mendapatkan Ridho dari
Allah SWT, Aamiin.
Bandar
Lampung, Januari 2016
Penyusun
RIWAYAT HIDUP
Penulis
dilahirkan pada tanggal 24 September 1994 di Desa Mulya Kencana, Kecamatan
Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat atas nama Puji Rahayu.
Penulis merupakan anak ke tiga dari lima bersaudara pasangan Bapak Malikin dan
Ibu Suryati yang bertempat tinggal di Desa Mulya Kencana, Kecamatan Tulang
Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat.
Penulis
mengawali pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Darma Wanita Mulya Kencana pada
tahun 2000, melanjutkan ke Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 tulang bawang tengah
pada tahun 2001 yang diselesaikan pada tahun 2007. Pendidikan dilanjutkan ke
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 03 Tulang Bawang Tengah dan lulus pada
tahun 2010. Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 01
Tulang Bawang Tengah dan lulus pada tahun 2013. Penulis percatat sebagai
Mahasiswa Politeknik Negeri Lampung Program Studi Budidaya Perikanan pada tahun
2013 melalui jalur bidik misi.
Selama
mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif dalam beberapa organisasi,
diantaranya sebagai anggota aktif Himpunan Mahasiswa Jurusan Peternakan, dan UKM
ALBANNA sebagai anggota Kaderisasi pada tahun 2013.
Penulis
pernah mendapatkan beberapa prestasi diantaranya juara 1 di kelas pada saat
bersekolah di SMK N 1 Tulang Bawang Tengah selama 3 tahun , Juara ke-3 pada
lomba biologi tingkat SMK sekecamatan, dan menjadi lulusan terbaik ke-5 saat
SMK.
PERSEMBAHAN
Puji Syukur
Kehadirat Allah SWT Atas Ridho Yang Di Telah Diberikan-Nya Tiada Henti
Kupersembahkan
Karya Kecil Ini Untuk Orang Yang Aku Sayangi Dan Yang Menyayagiku
Ayahanda Ku
(Malikin) Dan Ibundaku(Suryati)Yang Aku Sayangi Dan Selalu Memberi Motivasi,
Dukungan, Dan Restunya Yang Indah
Almarhum Kakakku
(Surmanto)Dan Kakakku( Asep Suryadi) Beserta Adik-Adikku(Fadhil Mustofa Dan
Rafi Nanadirin) Yang Senantiasa Menghiburku Dan Menyemangatiku
Dosen Dan Teknisi
Yang Selalu Membimbingku , Mengajariku, Dan Mendidikku
Saudara Seperjuangan
Akuakultur 2013 Yang Akan Terus Menjadi Sahabatku Sampai Kapanpun
Sahabatku
Vidiantoro Yang Selalu Mendukungku, Membantuku Dan Memberi Semangat Tiada Henti
Sahabat-Sahabatku
Lainnya Yang Mendoakanku, Dan Memberi Pehatian
Almamater
Kebangganku
MOTTO
Tidak hanya menjadi sukses, tapi bermanfaat bagi orang lain,
masyarakat, bangsa dan negara
Berusaha menjadi yang terbaik diantara yang terbaik
Bersemangat setiap hari, menjadikan ibu sebagai obat rasa
lelah dan terus berjuang sampai tubuh tidak bergerak lagi
Belajar dari siapa saja, diamana saja, dan kapan saja selama
itu dalam jalan yang lurus dan diridhoi ALLAH SAW
Menjadikan persahabatan tali silaturahmi yang akan terjaga
seumur hidup
Jalani, tawakal, sabar, jujur dan bertanggung jawab
HALAMAN PENGESAHAN
1.
Judul :Efektivitas
Ekstrak Daun Sirih (Piper
betle)
dan Probiotik Pada Media Pendederan
II Ikan Lele (Clarias sp)
2.
Nama Mahasiswa :Puji Rahayu
3.
Nomer Pokok Mahasiswa :13742040
4.
Program Studi :Budidaya Perikanan
5.
Jurusan :Peternakan
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I, Dosen
Pembimbing II
Dian
Febriani,S.Pi,M.Si Nur
Indariyanti,S.Pi,M.Si
NIP. 197602032001122002 Nip.197001152000032001
Ketua Program Studi
Budidaya Perikanan,
Nur
Indariyanti,S.Pi,M.Si.
Nip. 197001152000032001
ABSTRAK
EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper
betle) DAN
PROBIOTIK PADA PENDEDERAN II IKAN LELE (Clarias sp)
Oleh:
Puji
Rahayu
Di
bawah bimbingan Dian Febriani, S.Pi,
M.Si selaku pembimbing I dan Nur Indariyanti, S.Pi, M.Si selaku pembimbing II
Ikan lele (Clarias sp) adalah jenis ikan air tawar
yang sangat digemari masyarakat di Indonesia. Ikan lele saat ini banyak
dibudidayakan secara intensif dengan pengelolaan pakan, pengelolaan kualitas
air dan pengelolaan kesehatan ikan yang baik. Pendederan II ikan lele yaitu
pemeliharaan benih ukuran 3-5 cm sampai pada ukuran 5-7 cm selama 14-30 hari.
Budidaya ikan lele tahap pendederan seringkali mengalami kendala, salah satunya
adalah penyakit. Alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan penggunaan
ekstrak daun sirih dan probiotik sebagai bahan alami dalam mngoptimalkan
kesehatan ikan. Pelaksanaan Proyek Mandiri ini bertujuan mengetahui kesehatan
ikan lele, tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian dan kualitas air
dengan pemberian ekstak daun sirih pada media dan probiotk pada pakan.
Pendederan II ikan lele dilakukan pada media terpal ukuran 2 × 1 × 0,5 meter
dengan kepadatan 200 ekor/m². Pakan yang diberikan ditentukan berdasarkan FR 5%
dengan penambahan probiotik 5 ml/kg pakan. Pakan diberikan dengan frekuensi
pemberian pakan 4 kali sehari, yaitu pagi, siang, sore, dan malam hari. Ekstrak
daun sirih diaplikasikan ke media dengan frekuensi 1 minggu sekali sebanyak 8,3
ppm. Berdasarkan hasil pengamatan, kesehatan ikan lele dengan melihat tingkat
penyerangan penyakit, pada minggu ke-3 presentase prevalensi adalah 32% dan
presentase prevalensi pada minggu selanjutnya turun menjadi 5% dan pada akhir
pemeliharaan menjadi 0%. Tingkat kelangsungan hidup ikan lele selama pemeliharaan
adalah 76,5 % dengan berat rata-rata akhir 16,25 gram dan panjang rata- rata 12,875 cm.
Kata kunci: Ekstrak Daun Sirih,
Probiotik, Ikan Lele, Pendederan.
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penyusun haturkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan Laporan Proyek Mandiri yang berjudul “Efektivitas Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle) dan Probiotik Pada Pendederan II Ikan Lele (Clarias Sp) ”
ini dengan baik.
Shalawat
serta salam senantiasa penyusun haturkan kepada Rosullullah, Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabatnya yang selalu menjadi inspirasi terbaik bagi
umatnya.
Penulisan
laporan Proyek Mandiri ini banyak pihak yang telah membantu, mendukung, dan
membimbing baik secara materil ataupun moril. Untuk itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Ayahanda
dan ibunda tercinta yang telah memberikan dukungan dan membantu secara moril
dan materil.
2. Kakak
dan adik-adikku tercinta yang memberikan semangat serta dukungan sehingga
penulis terus semangat dalam melakukan kegiatan Proyek Mandiri.
3. Ibu
Dian Febriani S.Pi, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang tanpa lelah memberikan
bimbingan dan arahannya dalam penyelesaian kegiatan Proyek Mandiri.
4. Ibu
Nur Indariyanti S.Pi, M.Si selaku Dosen Pembimbing II dan selaku Dosen Wali yang
senantiasa membimbing penyusun sehingga Proyek Mandiri dapat diselesaikan
sesuai harapan.
5. Bapak
Juli Nursandi S.Pi, M.Si selaku Kepala Laboratorium Program Studi Budidaya
Periakanan yang telah memberikan fasilitas dalam Proyek Mandiri
6. Sahabat-
sahabatku, yang telah banyak membantu dan dukungan yang luar biasa sehingga
Proyek Mandiri dapat diselesaikan dan sesuai dengan harapan.
7. Teman-
teman akuakultur angkatan 2013, khususnya akuakultur 2013 B yang telah
memberikan inspirasi, bantuan, motivasi, dan pikirannya bagi penyusun sehingga
laporan Proyek Mandiri ini dapat terealisasikan.
Penyusun
sadar bahwa laporan ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk mendapatkan pengetahuan dan
kajian yang lebih baik lagi.
Semoga laporan Proyek Mandiri ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca,serta kita semua mendapatkan Ridho dari
Allah SWT, Aamiin.
Bandar
Lampung, Januari 2016
Penyusun
RIWAYAT HIDUP
Penulis
dilahirkan pada tanggal 24 September 1994 di Desa Mulya Kencana, Kecamatan
Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat atas nama Puji Rahayu.
Penulis merupakan anak ke tiga dari lima bersaudara pasangan Bapak Malikin dan
Ibu Suryati yang bertempat tinggal di Desa Mulya Kencana, Kecamatan Tulang
Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat.
Penulis
mengawali pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Darma Wanita Mulya Kencana pada
tahun 2000, melanjutkan ke Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 tulang bawang tengah
pada tahun 2001 yang diselesaikan pada tahun 2007. Pendidikan dilanjutkan ke
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 03 Tulang Bawang Tengah dan lulus pada
tahun 2010. Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 01
Tulang Bawang Tengah dan lulus pada tahun 2013. Penulis percatat sebagai
Mahasiswa Politeknik Negeri Lampung Program Studi Budidaya Perikanan pada tahun
2013 melalui jalur bidik misi.
Selama
mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif dalam beberapa organisasi,
diantaranya sebagai anggota aktif Himpunan Mahasiswa Jurusan Peternakan, dan UKM
ALBANNA sebagai anggota Kaderisasi pada tahun 2013.
Penulis
pernah mendapatkan beberapa prestasi diantaranya juara 1 di kelas pada saat
bersekolah di SMK N 1 Tulang Bawang Tengah selama 3 tahun , Juara ke-3 pada
lomba biologi tingkat SMK sekecamatan, dan menjadi lulusan terbaik ke-5 saat
SMK.
PERSEMBAHAN
Puji Syukur
Kehadirat Allah SWT Atas Ridho Yang Di Telah Diberikan-Nya Tiada Henti
Kupersembahkan
Karya Kecil Ini Untuk Orang Yang Aku Sayangi Dan Yang Menyayagiku
Ayahanda Ku
(Malikin) Dan Ibundaku(Suryati)Yang Aku Sayangi Dan Selalu Memberi Motivasi,
Dukungan, Dan Restunya Yang Indah
Almarhum Kakakku
(Surmanto)Dan Kakakku( Asep Suryadi) Beserta Adik-Adikku(Fadhil Mustofa Dan
Rafi Nanadirin) Yang Senantiasa Menghiburku Dan Menyemangatiku
Dosen Dan Teknisi
Yang Selalu Membimbingku , Mengajariku, Dan Mendidikku
Saudara Seperjuangan
Akuakultur 2013 Yang Akan Terus Menjadi Sahabatku Sampai Kapanpun
Sahabatku
Vidiantoro Yang Selalu Mendukungku, Membantuku Dan Memberi Semangat Tiada Henti
Sahabat-Sahabatku
Lainnya Yang Mendoakanku, Dan Memberi Pehatian
Almamater
Kebangganku
MOTTO
Tidak hanya menjadi sukses, tapi bermanfaat bagi orang lain,
masyarakat, bangsa dan negara
Berusaha menjadi yang terbaik diantara yang terbaik
Bersemangat setiap hari, menjadikan ibu sebagai obat rasa
lelah dan terus berjuang sampai tubuh tidak bergerak lagi
Belajar dari siapa saja, diamana saja, dan kapan saja selama
itu dalam jalan yang lurus dan diridhoi ALLAH SAW
Menjadikan persahabatan tali silaturahmi yang akan terjaga
seumur hidup
Jalani, tawakal, sabar, jujur dan bertanggung jawab
DAFTAR
ISI
Halaman
HALAMAN
PENGESAHAN...................................................................... i
DAFTAR
ISI........................................................................................ ......... viii
DAFTAR
GAMBAR...........................................................................
x
DAFTAR
TABEL................................................................................ ......... xi
I.
PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1
Latar Belakang............................................................................ 1
1.2
Tujuan Penelitian........................................................................ 2
1.3
Kerangka Pemikiran.................................................................... 2
1.4
Kontribusi................................................................................... 3
II.
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 4
2.1
Sejarah singkat ikan lele.............................................................. 4
2.2
Klasifikasi ikan lele..................................................................... 4
2.3
Morfologi dan anatomi ikan lele................................................. 4
2.4
Sentra perikanan ikan lele........................................................... 6
2.5
Habitat ikan lele.......................................................................... 6
2.6
Klasifikasi naman sirih................................................................ 7
2.7
Morfologi tanaman sirih.............................................................. 7
2.8
Kandungan kimia pada daun sirih.............................................. 8
2.9
Probiotik..................................................................................... 9
III.
METODE PELAKSANAAN............................................................. 11
3.1
Tempat Dan Waktu Pelaksanaan................................................ 11
3.2
Alat Dan Bahan.......................................................................... 11
3.3
Prosedur kerja............................................................................. 11
3.3.1
Persiapan
alat dan bahan .................................................. 11
3.3.2
Persiapan
media................................................................. 11
3.3.3
Penebaran
dan sampling awal............................................ 12
3.3.4
Pemeliharaan
ikan lele....................................................... 12
3.3.5
Pengaplikasian
probiotik pada pakan................................ 12
3.3.6
Pembuatan
ekstrak daun sirih............................................ 13
3.3.7
Sampling............................................................................ 13
3.3.8
Panen
dan sampling akhir......................................... ........ 13
3.4
Parameter Pengamatan................................................................ 13
3.4.1
Kesehatan ikan lele............................................................ 13
a.
Tingkat
penyerangan penyakit............................. ........ 13
b.
Respon
ikan terhadap pakan................................ ........ 14
3.4.2
Sintasan ikan lele............................................................... 14
3.4.3
Laju pertumbuhan harian................................................... 14
3.4.4
Kualitas air................................................................ ........ 15
a.
Suhu..................................................................... ........ 15
b.
pH........................................................................ ........ 15
c.
DO....................................................................... ........ 15
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................. ........ 16
4.1
Kesehatan ikan lele............................................................ ........ 16
a.
Tingkat
penyerangan penyakit.................................. ........ 16
b.
Respon
ikan terhadap pakan..................................... ........ 18
4.2
Sintasan ikan...................................................................... ........ 22
4.3
Laju pertumbuhan.............................................................. ........ 22
a.
Pertumbuhan
berat.................................................... ........ 23
b.
Laju
pertumbuhan berat harian................................. ........ 24
c.
Pertumbuhan
panjang............................................... ........ 25
d.
Laju
pertumbuhan panjang harian ........................... ........ 25
4.4
Kualitas air......................................................................... ........ 26
a.
Suhu.......................................................................... ........ 27
b.
pH............................................................................. ........ 28
c.
DO............................................................................ ........ 29
V.
KESIMPULAN DAN SARAN................................................. ........ 30
5.1
KESIMPULAN................................................................. ........ 30
5.2
SARAN............................................................................. ........ 30
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................... ........ 31
LAMPIRAN.................................................................................................. ........ 32
DAFTAR
GAMBAR
Gambar
Halaman
halaman
1.
Respon ikan terhadap pakan.......................................................... 19
2.
Efesiensi pakan perminggu............................................................ 21
3.
Pertumbuhan berat tiap minggu..................................................... 23
4.
Laju pertumbuhan berat harian...................................................... 24
5.
Pertumbuhan panjang tiap minggu................................................ 25
6.
Laju pertumbuhan panjang harian.................................................. 26
7.
Foto kegiatan proyek mandiri........................................................ 40
Tabel Halaman
1.
Prevalensi ikan lele......................................................................... 16
2.
Sintasan ikan lele........................................................................... 22
3.
Kualitas air selama pemeliharaan................................................... 27
4.
Pemberian pakan setiap hari........................................................... 34
5.
Data pertumbuhan berat rata-rata.................................................. 36
6.
Data pertumbuhan panjang rata-rata.............................................. 37
7.
Data kualitas air setiap hari............................................................ 39
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Ikan lele (Clarias sp) merupakan salah satu
komoditas perikanan air tawar yang banyak dibudidayakan di Indonesia karena
permintaannya yang terus meningkat setiap tahunnya. Rasanya yang enak dan
relatif lebih murah menjadikan ikan lele sebagai ikan konsumsi dengan produksi
tinggi. Banyaknya produksi yang dilakukan belum memenuhi kebutuhan masyarakat,
sehingga ini dapat dijadikan peluang untuk membudidayakan ikan lele yang menguntungkan.
Budidaya ikan
lele khususnya pada fase pendederan diperlukan manajemen yang baik sehingga
mendapatkan SR dan laju pertumbuhan yang tinggi, serta intensitas penyerangan
penyakit ikan yang rendah. Pendederan ikan lele dapat dilakukan dengan pengolahan
pakan, kualitas air, dan kesehatan ikan lele yang baik.
Ikan lele pada
fase pendederan sering kali terjadi kegagalan dikarenakan serangan penyakit
yang dipicu oleh parameter kualitas air yang kurang terkontrol dan kekebalan
tubuh benih ikan lele yang rendah, sehingga pathogen dapat dengan mudah
berkembangbiak dan berpotensi mengganggu ikan.
Sirih (Piper betle L) sudah
banyak dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat indonesia sejak lama karena
semua bagian tanaman yang meliputi akar, daun dan bijinya digunakan sebagai
obat. Pada daun sirih,terkandung atsiri.
Atsiri pada daun sirih mengandung chavicol C4H3OH yang merupakan
antiseptik yang kuat untuk menanggulangi parasit terutama lchthyophthirius multifiliis. Hasil tersebut telah dibuktikan
validitasnya (Fidyadini dkk, 2012).
Probiotik adalah makanan tambahan (suplemen) berupa jasad hidup atau
bakteri baik yang membantu dalam memperbaiki kualitas air budidaya ikan,
pertumbuhan dan meningkatkan kesehatan ikan. Probiotik baik digunakan pada ikan
yang rentan terserang penyakit, seperti pada benih ikan lele pada pendederan
II.
1.2
Tujuan
Tujuan
penambahan ekstrak daun sirih pada media dan probiotik pada pakan dalam
pendederan II ikan lele adalah mengetahui tingkat kesehatan ikan, yaitu tingkat
prevalensi ikan dan repon pakan, mengetahui sintasan ikan, mengetahui laju pertumbuhan
ikan dan kualitas air pemeliharaan
1.3
Kerangka
pemikiran
Pendederan ikan
lele sangat penting dilakukan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produksi
ikan lele karena pengontrolan yang dilakukan pada media yang terbatas. Tujuan
pendederan adalah mengontrol benih lele dari setelah menetas hingga siap
ditebar pada lahan luas. Pengontrolan dilakukan untuk meningkatkan sintasan
benih ikan lele dan meningkatkan kesehatan ikan. Kesehatan ikan lele sering
kali terganggu karena adanya pathogen
yang menyerang. Hal ini dapat disebabkan oleh kualitas air budidaya yang kurang
terkontrol. Dengan adanya penambahan ekstrak daun sirih yang mengandung
antibiotik alami dapat dimanfaatkan dalam pencegahan penyakit ikan lele yang
kemungkinan akan menyerang meskipun kualitas
air budidaya yang dikelola telah baik. Hal ini dapat meningkatkan sintasan ikan
lele dan sekaligus meningkatkan hasil produksi.
Probiotik adalah
makhluk hidup atau organisme yang dimanfaatkan dalam budidaya ikan karena
bersifat mendukung lingkungan maupun kesehatan ikan. Bakteri yang terkandung
dalam probiotik sangat berfariasi, seperti bakteri nitrosomonas yang membantu dalam proses penguraian bahan bahan
berbahaya didasar kolam, bakteri bacillus
yang membantu dalam proses pencernaan dan bakteri lain yang dapat dimanfaatkan
dalam proses budidaya.Aplikasi probiotik pada pakan dapat membantu
menyempurnakan organ pencernaan pada benih ikan lele tahap pendederan I. Hal
ini dapat meningkatkan laju pertumbuhan benih ikan lele.
1.4
Kontribusi
Kegiatan proyek
mandiri ini diharapakan dapat bermanfaat dalam bidang perikanan, dengan
mengetahui manfaat ekstrak daun sirih yang diberikan pada media pemeliharaan
dan pemberian probiotik pada pakan dalam pendederan II ikan lele. Pemberian
ekstrak daun sirih pada media pemeliharaan diharapkan dapat meningkatkan
kesehatan ikan karena dapat mengurangi bakteri berbahaya yang dapat menyerang
ikan melalui media. Sedangkan pemberian probiotik pada pakan diharapkan dapat
meningkatkan laju pertumbuhan benih ikan lele karena fungsinya yang dapat
membantu dalam proses pencernaan ikan lele pada pendederan II.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Sejarah
singkat ikan lele
Lele
merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang.
Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo,Aceh), ikan pintet (Kalimantan
Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa
Tengah).Di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang). Ikan lele dalam bahasa Inggris disebut
pula catfish, siluroid,
mudfish dan walking
catfish. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin.
Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, dan
sawah.
2.2
Klasifikasi ikan lele
Klasifikasi ikan
lele berdasarkan Saanin (1984) dalam Hilwa (2004) yaitu sebagai berikut:
Kingdom :Animalia
Filum :Chordata
Kelas :Pisces
Subkelas :Teleostei
Ordo :Ostarophysi
Subordo :Siluroidae
Famili :Clariidae
Genus :Clarias
Spesies :Clarias sp
2.3
Morfologi
dan biologi ikan lele
Puspowardoyo dan
Djarijah (2002), Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus Burchell) memiliki
morfologi yang mirip dengan lele lokal (Clarias batrachus). Bentuk tubuh
memanjang, agak bulat, kepala gepeng dan batok kepalanya keras, tidak bersisik
dan berkulit licin, mulut besar, warna kulit badannya terdapat bercak-bercak
kelabu seperti jamur kulit manusia (panu).
Ikan lele dalam
bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. 8 ciri-ciri
morfologis lele dumbo lainnya adalah sungutnya. Sungut berada di sekitar mulut
berjumlah delapan buah atau 4 pasang terdiri dari sungut nasal dua buah, sungut
mandibular luar dua buah, mandibular dalam dua buah, serta sungut maxilar dua
buah. Ikan lele mengenal mangsanya dengan alat penciuman, lele dumbo juga dapat
mengenal dan menemukan makanan dengan cara rabaan (tentakel) dengan
menggerak-gerakan salah satu sungutnya terutama mandibular (Santoso, 1994).
Lele dumbo mempunyai lima buah sirip yang terdiri dari sirip pasangan (ganda)
dan sirip tunggal. Sirip yang berpasangan adalah sirip dada (pectoral) dan
sirip perut (ventral), sedangkan yang tunggal adalah sirip punggung (dorsal),
ekor (caudal) serta sirip dubur (anal). Sirip dada ikan lele dumbo dilengkapi
dengan patil atau taji tidak beracun. Patil lele dumbo lebih pendek dan tumpul
bila dibandingkan dengan lele lokal (Santoso, 1994).
Ikan lele
merupakan hewan nokturnal dimana ikan ini aktif pada malam hari dalam mencari
mangsa. Ikan-ikan yang termasuk ke dalam genus lele 7 dicirikan dengan tubuhnya
yang tidak memiliki sisik, berbentuk memanjang serta licin. Ikan Lele mempunyai
sirip punggung (dorsal fin) serta sirip anus (anal fin) berukuran panjang, yang
hampir menyatu dengan ekor atau sirip ekor. Ikan lele memiliki kepala dengan
bagian seperti tulang mengeras di bagian atasnya. Mata ikan lele berukuran
kecil dengan mulut di ujung moncong berukuran cukup lebar. Dari daerah sekitar
mulut menyembul empat pasang barbel (sungut peraba) yang berfungsi sebagai
sensor untuk mengenali lingkungan dan mangsa. Lele memiliki alat pernapasan
tambahan yang dinamakan Arborescent. Arborescent ini merupakan organ pernapasan
yang berasal dari busur insang yang telah termodifikasi. Pada kedua sirip dada
lele terdapat sepasang duri (patil), berupa tulang berbentuk duri yang tajam.
Pada beberapa spesies ikan lele, duri-duri patil ini mengandung racun ringan.
Hampir semua species lele hidup di perairan tawar. Berikut kisaran parameter
kualitas air untuk hidup dan pertumbuhan optimum ikan lele menurut beberapa
penelitian dalam Witjaksono (2009).
2.4
Sentra
perikanan lele
Ikan
lele banyak ditemukan di benua Afrika dan Asia. Dibudidayakan di Thailand,
India, Philipina dan Indonesia. Di Thailand produksi ikan lele ± 970
kg/100m2/tahun. Di India (daerah Asam) produksinya rata-rata tiap 7 bulan
mencapai 1200 kg/Ha.
2.5
Habitat
Ikan lele tidak
pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus
air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air, semua
perairan tawar dapat menjadi lingkungan hidup atau habitat lele dumbo misalnya
waduk, bendungan, danau, rawa, dan genangan air tawar lainnya. Di alam bebas,
lele dumbo ini memang lebih menyukai air yang arusnya mengalir secara perlahan
atau lambat. Aliran air arus yang deras lele dumbo kurang menyukainya (Santoso,
1994). Lele dumbo asal Afrika ternyata sangat toleransi terhadap suhu air yang
cukup tinggi yaitu 20º – 35ºC, disamping itu lele dumbo dapat hidup pada 9
kondisi lingkungan perairan yang jelek. Kondisi air dengan kandungan oksigen
yang sangat minim lele dumbo masih dapat bertahan hidup, karena lele dumbo
memiliki alat pernafasan tambahan yang disebut organ arborescent (Santoso,
1994).
2.6
Klasifikasi
tanaman sirih
Klasifikasi
tanaman sirih menurut Koesmiati dan Dwiyanti adalah sebagai berikut:
Devisio :Spermatopyta
Subdevisio :Angiospermae
Kelas :Dicotyledonae
Ordo :Piperales
Familia :Piperaceae
Genus :Piper
Species :Piper betle Linn
2.7
Morfologi
tanaman sirih
Sirih sudah
dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sejak lama. Tanaman ini
banyak ditanam orang di pekarangan, batangnya berwarna hijau kecokelatan.
Permukaan kulit kasar dan berkerut-kerut, mempunyai nodule atau ruas yang besar
tempat keluarnya akar. Tumbuh memanjat dan bersandar pada batang lain, tinggi
dapat mencapai 5 – 15 m. Batang sirih berwarna coklat kehijauan,berbentuk
bulat, beruas dan merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya yang tunggal
berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling, bertangkai, dan
mengeluarkan bau yang sedap bila diremas.8 Panjangnya sekitar 5 - 8 cm dan
lebar 2 - 5 cm. Bunganya majemuk berbentuk bulir dan terdapat daun pelindung ±
1 mm berbentuk bulat panjang. Pada bulir jantan panjangnya sekitar 1,5 - 3 cm
dan terdapat dua benang sari yang pendek sedang pada bulir betina panjangnya
sekitar 1,5 - 6 cm dimana terdapat kepala putik tiga sampai lima buah berwarna
putih dan hijau kekuningan. Buahnya buah buni berbentuk bulat berwarna hijau
keabu-abuan. Akarnya tunggang, bulat dan berwarna coklat kekuningan.
2.8
Kandungan
kimia pada daun sirih
Kandungan kimia
utama yang memberikan ciri khas daun sirih adalah minyak atsiri. Daun sirih
dapat digunakan sebagai antibakteri karena mengandung 4,2% minyak atsiri yang
sebagian besar terdiri dari betephenol yang merupakan isomer Euganol
allypyrocatechine, Cineol methil euganol, Caryophyllen (siskuiterpen), kavikol,
kavibekol, estragol dan terpinen. Selain itu tumbuhan sirih juga mengandung
saponin, flavonoid, dan polifenol. Senyawa saponin dapat bekerja sebagai
antimikroba. Senyawa saponin akan merusak membran sitoplasma dan membunuh sel.
Senyawa flavonoid diduga mekanisme kerjanya mendenaturasi protein sel bakteri
dan merusak membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi. Mekanisme fenol sebagai
agen anti bakteri adalah meracuni protoplasma, merusak dan menembus dinding
serta mengendapkan protein sel bakteri. Senyawa fenolik bermolekul besar mampu
menginaktifkan enzim essensial di dalam sel bakteri meskipun dalam konsentrasi
yang sangat rendah. Fenol dapat menyebabkan kerusakan pada sel bakteri,
denaturasi protein, menginaktifkan enzim dan menyebabkan kebocoran sel. Khasiat
Daun Sirih Pada uji antibakteri dengan metode dilusi air rebusan daun sirih
jawa dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus pada konsentrasi 60%.13
Daun sirih terdapat senyawa yang bersifat bakterisidal, yaitu kavikol yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Minyak astiri dari daun sirih
sepertiganya terdiri dari phenol dan sebagian besar adalah kavikol yang
memiliki daya pembunuh bakteri lima kali lipat dari phenol biasa. Kavikol ini
juga memberikan bau yang khas pada daun sirih.
2.9
Probiotik
|
Probiotik mengandung arti
"pro" dan "bios" berasal dari bahasa
Yunani. Selanjutnya secara luas digunakan definisi menurut
Fuller
(Gismondo,
et 01. dalam Yousefian and Amici, 2009), yaitu suplementasi sel mikroba hidup
pada pakan yang menguntungkan inangnya dengan memperbaiki keseimbangan dalam intestinalnya. Dalam lrianto
(2003)
dinyatakan bahwa
probiotik selain
untuk perbaikan pakan, dimaksudkan juga untuk
perbaikan lingkungan.
Yousefian
and Amiri ( 2009) menyatakan bahwa probiotik dalam akuakultur berperan dalam meningkatkan laju
pertumbuhan, meningkatkan sistem
imun
dengan
perubahan komunitas bakteri
intestinalnya,
Penggunaan probiotik pada akuakultur adalah antisipasi sebagai strategi yang paling baik untuk pencegahan dari infeksi mikrobia dan untuk mengganti antibiotik dan kemoterapi. Keuntungan dan
keamanan yang didapatkan dari industri di luar
akuakultur tentang bakteri asam laktat,
telah mempercepat diterimanya probiotik dalam bidang akuakultur. (Zizhong Qi et al., 2009).
III.
METODE PELAKSANAAN
3.1
Waktu
dan Tempat pelaksanaan
Praktek proyek
mandiri direncanakan dilakukan pada bulan November sampai bulan Desember 2015
bertempat di lingkungan laboratorium perikanan A Politeknik Negeri Lampung.
3.2
Alat
dan Bahan
Alat yang
direncanakan digunakan untuk praktek proyek mandiri adalah cangkul, selang,
terpal, paralon, scopnet, seperangkat alat ukur kualitas air, timbangan,
penggaris, ember, gergaji,dan alat tulis.
Bahan yang
direncanakan digunakan untuk proyek mandiri adalah benih ikan lele ukuran 3-5
cm, pakan , bambu, air, ekstrak daun sirih, dan probiotik.
3.3
Prosedur
kerja
3.3.1
Persiapan
alat dan bahan
Alat yang
dibutuhkan dicuci dengan sabun hingga bersih. Hal ini dilakukan untuk membunuh
pathogen berbahaya yang dapat mengganggu ikan lele.
Bahan perlu
dipersiapkan seperti ketersediaan air, bilah bambu, benih ikan lele, daun
sirih, probiotik, dan pakan.
3.3.2
Persiapan
media
Media pendederan
direncanakan berukuran 1 x 2 meter yang dirangkai dari bilah bambu yang disusun
dan dipaku sesuai ukuran kemudian dilakukan pemasangan terpal dengan tinggi 50
cm. Perencanaan persiapan kolam dilakukan selama satu minggu. Setelah persiapan
kolam selesai, dilakukan pengisian air kolam sampai tinggi air 30 cm dan
diendapkan selama 3 hari.
3.3.3
Penebaran
dan sampling awal benih ikan lele
Penebaran benih
ikan lele ukuran 3-5 cm dengan padat tebar 200 ekor/m². Penebaran benih
dilakukan setelah perlakuan sampling
benih sebanyak 5-10 % dari populasi. Sampling dilakukan untuk mengukur panjang
dan berat awal benih ikan lele. Sampling bertujuan untuk menentukan jumlah
pemberian pakan ikan lele dengan FR 5%. Benih ikan lele diaklimatisasi terlebih
dahulu selama ± 10 menit dengan cara mengapung- apungkan kantung plastik yang
berisi benih ikan lele dipermukaan kolam sampai suhu dalam kantung plastik
dengan kolam hampir sama dan benih ikan lele dapat keluar dengan sendirinya
dari kantung plastik ke kolam. Aklimatisasi bertujuan untuk mengadaptasikan
lingkungan yang lama ke lingkungan yang baru dan memperkecil tingkat stress
pada ikan. Penebaran benih ikan lele dilakukan pada saat suhu rendah yaitu pagi
atau sore hari.
3.3.4
Pemeliharaan
ikan lele
Benih ikan lele
didederkan mulai dari ukuran 3-5 cm sampai ukuran panjang rata rata 9,635 cm/ekor.
Pemeliharaan benih ikan lele dapat dilakukan dengan pemberian pakan secara
teratur sesuai kebutuhan dan bukaan mulut ikan, mengontrol kualitas air dengan
pengukuran parameter kualitas air sesering mungkin, melakukan pergantian air,
dan pengotrolan kesehatan ikan.
3.3.5
Pengaplikasian
probiotik pada pakan
Probiotik
diaplikasikan pada pakan karena probiotik yang digunakan memiliki kandungan
bakteri bacillus sp yang dapat
dimanfaatkan langsung pada organ pencernaan benih ikan lele. Dosis yang
digunakan pada pakan adalah 5 ml/kg pakan.
3.3.6
Pembuatan
ekstrak daun sirih
Ekstrak sirih
diambil dari hasil perebusan daun sirih sebanyak 2 gr/60 ml air. Dosis yang diberikan pada kolam
adalah 8,3 ppm (adi, 2011). Air ekstrak rebusan daun sirih ini mengandung
antibiotik alami yang dapat mencegah perkembangbiakan jamur, bakteri , dan
pathogen berbahaya yang dapat menyerang ikan. Ekstrak daun sirih ini dimasukkan
kedalam kolam 3 hari setelah penebaran dan selanjutnya dilakukan seminggu
sekali.
3.3.7
Sampling
Sampling
dilakukan per minggu pada pemeliharaan benih ikan lele. hal ini untuk mengukur banyaknya pakan yang
diberikan untuk benih ikan lele berdasarkan FR 5% dari bobot biomassa. Sampling
dilakukan untuk mengukur panjang tubuh ikan, berat tubuh ikan, mengamati respon
ikan terhadap pakan dan gangguan,dan untuk menghitung kebutuhan pakan ikan
untuk pemeliharaan selanjutnya hingga panen.
3.3.8
Panen
dan sampling akhir benih ikan lele pendederan III
Panen dilakukan
setelah ikan berukuran panjang rata-rata 9,635 cm. Pada saat yang bersamaan,
dilakukan sampling akhir untuk mengetahui tingkat sintasan ikan, pakan yang
habis, laju pertumbuhan ikan, dan kondisi kesehatan ikan.
3.4
Parameter
pengamatan
3.4.1
Kesehatan
ikan lele
a.
Tingkat
penyerangan penyakit
Prevalensi atau
frekuensi kejadian adalah besarnya persentase ikan yang terinfestasi dari ikan
sampel yang diperiksa (Stasiun Karantina Ikan kelas I Hang Nadim, 2010).
Prevalensi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Prevalensi
=
× 100%
b.
Respon
pakan
Ciri-ciri
ikan sehat adalah salah satunya respon pakan yang baik, dapat terlihat ikan
yang sehat memiliki nafsu makan yang tinggi dan wajar. Pakan yang diberikan
berdasarkan FR dan sekaligus dengan mengamati berapa persen sisa atau
pertambahan pakan dari FR yang telah ditetapkan.
Respon pakan =
× 100%
3.4.2
Sintasan
ikan lele
Kelangsungan hidup (SR) yaitu
persentase jumlah benih ikan kerapu tikus yang masih hidup, setelah diberi
pakan. Penghitungan SR dilakukan pada akhir penelitian. Penghitungan
kelangsungan hidup dirumuskan oleh (Mudjiman, 2004 dalam Sari
2006) sebagai berikut :
SR = Nt x 100%
Keterangan :
S = Kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah biota pada saat panen (ekor)
No = Jumlah biota pada saat penebaran (ekor)
3.4.3
Laju
pertumbuhan ikan lele
Pertumbuhan
merupakan perubahan ukuran baik bobot maupun panjang dalam suatu periode atau waktu
tertentu (Effendie, 1979). Laju pertumbuhan benih ikan lele diukur dengan
menimbang bobot dan panjang tubuh benih ikan lele pada saat sampling. Hasil
pengukuran akan menentukan permberian pakan sebanyak 5% dari bobot biomassa.
Rumus perhitungan laju pertumbuhan adalah sebagai berikut:
α =
α = Laju Pertumbuhan Harian (%)
t =
Waktu pemeliharaan (hari)
Wt = Bobot ikan akhir (gr)
Wo =
Bobot ikan awal (gr)
3.4.4
Kualitas
air
a.
Suhu
Pengukuraan suhu dilakukan dengan menggunakan
alat yang disebut thermometer. Pengukuran suhu dilakukan sebanyak tiga kali
sehari pada pagi, siang,dan sore hari. Pengukuran suhu ditempatkan dalam
beberapa titik pada media kemudian di rata- rata.
b.
pH Air
Pengukuran pH air dilakukan menggunakan kertas
lakmus dengan frekuensi pengukuran sebanyak 1 kali dalam seminggu. Pengukuran
dilakukan dititik dasar media pemeliharaan. Hal ini dilakukan karena pada dasar
perairan banyak bahan organik yang dapat mempengaruhi pH air.
c.
DO (Disolved Oxigent)
Pengukuran DO dilakukan menggunakan alat DO meter
sebanyak satu kali dalam seminggu. Pengukuran DO dilakukan dengan mencelupkan
alat deteksi pada DO meter kemudian melihat hasil pengukurannya pada alat ukur
DO meter tersebut.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Kesehatan
ikan lele
a.
Tingkat
penyerangan penyakit
Prevalensi
adalah persentase ikan yang terinfeksi dibandingkan dengan seluruh ikan contoh
yang diperiksa.(Dogiel et al., 1970 dalam Awilia, 2002). Perhitungan prevalensi
dilakukan pada saat ikan lele terserang penyakit. Hasil pengamatan prevalensi
selama pemeliharaan dapat dilihat pada tabel 1 dan perhitungan prevalensi ikan
dapat disajikan dalam lampiran 1.
Minggu ke-
|
Jumlah ikan
yang diperiksa
|
Jumlah ikan
sakit
|
Prevalensi
|
1
|
40
|
0
|
0 %
|
2
|
40
|
0
|
0%
|
3
|
40
|
13
|
32%
|
4
|
40
|
2
|
5 %
|
5
|
40
|
0
|
0%
|
6
|
40
|
0
|
0%
|
Tabel
1. prevalensi ikan per minggu
Ekstrak
daun sirih pada minggu awal diaplikasikan dengan frekuensi 1 minggu sekali. Hari
ke-20 atau pada minggu ke-3 pemeliharaan,didapatkan persentase ikan sakit 32%
dari seluruh populasi. Frekuensi pemberian ektrak daun sirih di tambah menjadi
setiap hari hingga pada hari ke-25 atau pada minggu ke-4 persentase ikan sakit
turun sampai 5%. Hal ini membuktikan bahwa dengan penambahan ekstrak daun sirih
efektif dalam penyembuhan ikan lele.
Penyakit
yang menyerang ikan lele selama pemeliharaan diduga disebabkan karena adanya
bakteri Aeromonas hydrophila karena
bagian tubuh ikan lele terdapat bercak merah, sirip dan ekor timbul borok, dan
gerakan ikan lambat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahjuningrum (2013) bahwa
ciri-ciri benih ikan terserang bakteri Aeromnas
hydrophila adalah benih ikan mengalami gejala klinis seperti kulit yang
kemerahan, berenang tidak beraturan, dan adanya kerusakan pada sirip. Menurut
Afrianto dan Liviawati (1992) bahwa bakteri Aeromonas
hydrophilla dapat hidup dalam saluran pencernaan.
Penyakit
ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan baik
secara langsung atau tidak langsung. Gangguan itu dapat disebabkan oleh
organisme lain, pakan atau kondisi lingkungan yang kurang menunjang kehidupan
ikan. Timbulnya serangan penyakit ikan merupakan hasil interaksi yang tidak
serasi antara ikan, kondisi lingkungan dan organisme penyakit
(Afrianto&Liviawati, 1992).
Gejala
penyakit yang menyerang ikan selama pemeliharaan disebabkan oleh kondisi ikan
yang stress karena fluktuasi perubahan suhu yang tinggi, serta bahan organik
yang mencemari media pemeliharaan, hal ini sesuai dengan pernyataan Dewi Murni
(2009) bahwa pada umumnya penyakit
yang disebabkan pathogen merupakan
oportunis karena penyakit yang disebabkannya mewabah pada ikan-ikan yang
mengalami stress atau pada pemeliharaan dengan padat tebaran yang tinggi. Selain itu, Bakteri umumnya hidup di
air tawar, terutama yang mengandung bahan organik tinggi.
Penyakit
dapat di obati dengan penggunan bahan alami yang tidak meninggalkan residu yang
berbahaya bagi ikan ataupun manusia. Bahan alami yang dapat mengobati
diantaranya adalah daun sirih. Daun sirih mengandung bahan-bahan alami yang
dapat membunuh bakteri berbahaya. Salah satu bahan dalam daun sirih adalah
saponin.
Saponin
merupakan zat aktif yang dapat meningkatkan permeabilitas membran sehingga
terjadi hemolisis sel. Apabila saponin berinteraksi dengan sel kuman, maka
kuman tersebut akan pecah atau lisis. Saponin sering dimanfaatkan untuk
desinfeksi media budidaya sehingga peranannya sebagai antimikroba sudah teruji
(Lesmanawati, 2006).
Tingkat
kelangsungan hidup ikan lele selama pemeliharaan setelah terserang penyakit
adalah 76,5% (dapat dilihat pada tabel 2), hal ini lebih baik dari pendapat Lukistyowati
dan Kurniasih (2012) yang menyatakan bahwa bakteri sangat mempengaruhi usaha
budidaya ikan air tawar dan seringkali menimbulkan wabah penyakit dengan
tingkat kematian yang tinggi (80-100 %) dalam kurun waktu yang singkat (1-2
minggu).
b.
Respon
pakan ikan
Respon
pakan ikan lele dilihat dari banyaknya pakan yang habis termakan oleh ikan lele
dibandingkan dengan banyaknya pemberian pakan menurut FR 5%. Respon pakan ikan
lele juga dapat dilihat dari persentase efisiensi pakan. Efisiensi pakan adalah
nilai perbandingan antara pertambahan berat dengan pakan yang dikonsumsi yang
dinyatakan dalam persen (Mudjiman, 2004). Semakin tinggi nilai efisiensi pakan
maka respon ikan terhadap pakan tersebut semakin baik yang ditunjukkan dengan
pertumbuhan ikan yang cepat (Hariyadi dkk., 2005).
Pengamatan
respon pakan per hari dapat dilihat pada gambar 1 dan hasil perhitungan respon
pakan perhari disajikan dalam tabel pada lampiran.
Gambar 1 respon pakan ikan per hari
Berdasarkan gambar 1
respon pakan ikan lele selama pemeliharaan memperlihatkan nafsu makan ikan lele
yang tidak teratur. Pemeliharaan selama 18 hari respon pakan tinggi dan stabil.
Pakan yang habis termakan melebihi dari pakan yang ditentukan dengan FR 5%.
Respon pakan pada minggu-minggu selanjutnya menjadi tidak stabil, terlihat pada
hari ke 19 dan hari ke 21, respon pakan dibawah 100% yang artinya pakan yang
termakan pada ikan lebih rendah dari pakan yang ditentukan dengan FR 5%. Hal
ini dikarenakan pada minggu ke 3 pada hari ke 20 masa pemeliharaan ikan
terserang penyakit yang menyebabkan respon pakan menjadi tidak stabil sampai
pada minggu ke 4 pemeliharaan.
Respon pakan pada akhir
pemeliharaan menjadi tidak stabil, Hal ini diduga karena efek pemberian ekstrak
daun sirih yang melebihi batas pemberian yang dapat mempengaruhi imun ikan,
sehingga berpengaruh terhadap respon ikan terhadap pakan. Menurut Couso dalam
Febriani (2003) bahwa dosis pemberian immunostimulan yang tinggi dapat menekan
mekanisme pertahanan, sedangkan dosis pemberian yang rendah kurang efektif
untuk pemberian respon imun. Untuk mencapai proteksi yang optimal, frekuensi
dan pemberian immunostimulan yang berkelanjutan diperlukan untuk lebih
memberikan kemampuan imun.
Probiotik yang
aplikasikan ke pakan dapat mempengaruhi respon pakan ikan karena adanya bakteri
bacillus sp yang terdapat dalam pakan
dapat membantu ikan dalam proses mencerna makanan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Gatesoupe (1999) dalam Mulyadi (2011) bahwa aktivitas bakteri dalam
pencernaan akan berubah dengan cepat apabila ada mikroba yang masuk melalui
pakan atau air yang menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan bakteri yang
sudah ada dalam usus (saluran pencernaan) dengan bakteri yang masuk. Adanya
keseimbangan antara bakteri saluran pencernaan ikan menyebabkan bakteri
probiotik bersifat antagonis terhadap bakteri pathogen sehingga saluran
pencernaan ikan lebih baik dalam mencerna dan menyerap nutrisi pakan.
Respon pakan ikan
berkaitan dengan efisiensi pakan, menurut Haryadi dkk (2005) dalam Arief dkk
(2014) semakin tinggi nilai efisiensi pakan maka respon ikan terhadap pakan
tersebut semakin baik yang ditunjukkan dengan pertumbuhan ikan yang cepat.
Pengamatan efisiensi pakan dapat dilihat pada gambar 2 dan hasil perhitungan
efisiensi pakan disajikan dalam lampiran 3.
Gambar 2 efisiensi pakan per minggu
Menurut
Craig dan Helfrich (2002) diacu oleh Arief dkk (2014) Pakan memberikan
pertumbuhan yang baik bila nilai efisiensi pemberian pakan lebih dari 50% atau
bahkan mendekati 100%. Efisiensi selama pemeliharaan sangat efisien,
dikarenakan nilai efisiensi pakan lebih dari 100%. Efisiensi pemberian menurut
ricky dkk (2014) bahwa Tingkat efisiensi penggunaan pakan pada ikan lele
ditentukan oleh pertumbuhan dan jumlah pakan yang diberikan. Efisiensi pakan
yang rendah pada minggu ke 3 disebabkan oleh respon pakan ikan yang turun pada
hari ke-19, sehingga pakan yang diberikan lebih sedikit dari FR yang telah
ditentukan karena adanya penyakit yang menyerang. Minggu selanjutnya efisiensi
pakan meningkat, karena respon pakan pada minggu ke-4 mulai stabil. Pada minggu
ke-5, efisiensi pakan kembali menurun karena respon pakan pada minggu ke-5 yang
tidak stabil. Pada minggu terakhir pemeliharaan, efisiensi pakan kembali
membaik karena pertumbuhan ikan yang relatif cepat karena suhu pada minggu
akhir pemeliharaan ada pada kisaran suhu yang optimal.
4.2
Sintasan
ikan lele
Sintasan adalah presentase jumlah ikan yang hidup dalam kurun waktu
tertentu (Effendie, 1979). Sintasan organisme dipengaruhi oleh padat penebaran
dan faktor lainnya seperti, umur, pH, suhu dan kandungan amoniak (Resmiaty dan
Mayunar, 1990) dalam fadlih (2001)
bahwa faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan
adalah tersedianya jenis makanan serta adanya lingkungan yang baik seperti
oksigen, amoniak, karbondioksida, nitrat, hidrogen sulfida dan ion hidrogen.
Hasil sintasan ikan dapat dilihat pada tabel 2 dan hasil perhitungan dapat
dilihat dalam lampiran 4.
Jumlah ikan awal pemeliharaan
|
Jumlah ikan di akhir pemeliharaan
|
Sintasan ikan
|
400 ekor
|
306
|
76,5%
|
Tabel
2. Sintasan ikan lele
Pedederan ikan lele dengan
penambahan ekstrak daun sirih pada media dan probiotik pada pakan menunjukkan
persentase sintasan ikan lele dari awal pemeliharaan sampai akhir pemeliharaan
adalah 76,5%. Tingkat mortalitas yang cukup tinggi di karenakan serangan penyakit
yang menyebabkan kematian massal pada minggu ke 3 pemeliharaan. Total seluruh
ikan yang mati adalah sebanyak 94 ekor dari populasi yaitu 400 ekor.
4.3
Laju
Pertumbuhan ikan lele
Pertumbuhan
merupakan perubahan ukuran baik bobot maupun panjang dalam suatu periode atau waktu
tertentu (Effendie, 1979). Perhitungan laju pertumbuhan ikan lele dihitung
dengan menghitung berdasarkan berat dan panjang yang telah diukur disetiap
sempling pada tiap minggunya.
a.
Pertumbuhan
berat
Pengamatan pertumbuhan berat rata- rata
setiap minggunya dapat dilakukan dengan melihat gambar 3, dan hasil pertumbuhan
berat disajikan dalam tabel lampiran 5.
Gambar 3.pertumbuhan berat tiap
minggu
Pertumbuhan
berat ikan lele dari awal sampai akhir pemeliharaan selalu mengalami
peningkatan. Berat awal rata-rata pada awal pemeliharaan adalah 0,675gram/ ekor
dan berat akhir rata-rata akhir pemeliharaan adalah 16,25 gram/ekor.
Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor,yaitu salah satunya adalah tingkat
kesehatan ikan. Pada minggu ke-3 meskipun ikan terserang penyakit, akan tetapi
berat ikan tetap naik,akan tetapi penyerangan penyakit yang terjadi akan
mempengaruhi laju pertumbuhan harian pada ikan lele dan sintasan ikan lele.
b.
laju
pertumbuhan berat harian
Pengamatan
laju pertumbuhan berat harian setiap minggunya dapat dilakukan dengan melihat
gambar 4, dan hasil perhitungan disajikan dalam lampiran 6.
Gambar 4 laju pertumbuhan berat
harian
Laju
pertumbuhan berat harian terlihat bahwa pada setiap minggunya mengalami
penurunan dan penambahan. Menurut Suhenda (1988), laju pertumbuhan ikan lele
sebesar 1,25% per hari apabila diberi pakan yang mengandung protein 45 % dan
energy 3.000 Kcal/kilogram pakan (Fuad, 2005). Laju pertumbuhan berat harian
pada minggu ke -1 mencapai 7,63% yang artinya lebih baik dari pernyataan
suhendra (1988). Laju pertumbuhan berat harian terendah adalah pada minggu
ke-5. Hal ini disebabkan karena respon pakan yang tidak stabil pada akhir
pemeliharaan.
Menurut
Ahmadi (2012) laju pertumbuhan harian ikan lele dengan pemberian probiotik pada
pakan dengan aplikasi sebanyak 6ml/kg pakan mengalami laju pertumbuhan sebesar
3,12%. Sedangkan pendederan ikan lele dengan aplikasi probiotik dengan pemberian
probiotik sebanyak 5 ml/kg mengalami laju pertumbuhan harian paling tinggi
yaitu sebesar 12,285 %.
c.
Pertumbuhan
panjang
Pengamatan
laju pertumbuhan panjang rata-rata setiap minggunya dapat dilakukan dengan
melihat gambar 5, dan hasil perhitungan disajikan dalam lampiran 7.
Gambar 5. Pertumbuhan panjang tiap
minggu.
d.
Laju
pertumbuhan panjang harian
Pengamatan
laju pertumbuhan panjang harian setiap minggunya dapat dilakukan dengan melihat
gambar 6, dan hasil perhitungan disajikan dalam lampiran 8.
Gambar 6. Laju pertumbuhan panjang
harian(%)
Berdasarkan
gambar 6 terdapat peningkatan laju pertumbuhan panjang pada minggu ke-2 dan
penurunan terjadi pada minggu ke-3 pemeliharaan. Penurunan yang terjadi pada
minggu ke-3 disebabkan oleh penyerangan penyakit. Penyerangan penyakit tidak
mempengaruhi pertumbuhan panjang harian ikan lele,akan tetapi dapat
mempengaruhi laju pertumbuhan panjang harian ikan lele. Peningkatan kembali
terjadi pada minggu akhir pemeliharaan, karena pada akhir pemeliharaan, kesehatan ikan lele meningkat.
4.4
Kualitas
air
Kualitas air adalah
kondisi kalitatif air yang diukur dan atau di uji berdasarkan
parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 115 tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter
kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan
mikrobiologis(Masduqi,2009).
Menurut Acehpedia
(2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu
terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia, fisik,
biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan kualitas air adalah
upaya pemaliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai
peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi alamiahnya.
Data kualitas air selama pemeliharaan dan perbandingannya dengan data kualitas
air menurut SNI Dapat dilihat pada tabel 1 dan disajikan pada lampiran 9.
Parameter
|
Badan
Standarisasi Nasional, 2000
|
Kolam
pemeliharaan
|
Suhu
(°C)
|
25-30
|
26-37
|
DO
(mg/l)
|
4
|
8
|
pH
|
6,5-8,5
|
6,25-7,89
|
Tabel 3. Kualitas air selama
pemeliharaan
a.
Suhu
Menurut
hidayat (2015), suhu adalah faktor yang mempengaruhi laju metabolisme dan
kelarutan gas dalam air. Suhu yang optimal menurut Standar Nasional Indonesia
(2000), adalah 25-30°C. Rentang suhu pada pemeliharaan tidak optimal karena
suhu ada pada kisaran 26-37°C. Perbedaan suhu yang signifikan ini dapat
mempengaruhi kondisi ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kordi dan Andi
(2009) yaitu Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu
penyebaran organisme baik dilautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh suhu
perairan tersebut. Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan
biota air. Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan
suhu, dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan
suhu sampai ekstrim (drastis).
Pemeliharaan pada
minggu ke-1 terlihat bahwa pada pagi hari, suhu ada pada kisaran 26-28°C,suhu
pada siang hari ada pada kisaran 32- 37°C. Sedangkan, pada sore hari suhu ada
pada kisaran 32-36°C. Perbedaan suhu pada pagi dan sore adalah sampai pada
10°C. Pemeliharaan pada minggu ke-2 sampai pada minggu akhir pemeliharaan, suhu
tetap mengalami perbedaan yang drastis pada pagi hingga sore hari. Perubahan
suhu kurang dari 10°C terjadi pada hari ke-12, yaitu suhu pagi hingga sore ada
pada kisaran 27-32°C, hal ini dikarenakan hujan terjadi pada siang hari.
Perbedaan suhu yang signifikan dapat menyebabkan stress pada ikan hingga ikan
mudah terserang penyakit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mazeaud dan Mazeaud
(1981) dalam hidayat bahwa perubahan suhu dapat mengakibatkan ikan stress
hingga mengalami kematian.
b.
pH Air
Menurut
Andayani(2005), pH adalah cerminan derajat keasaman yang diukur dari jumlah ion
hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H+).pH air selama pemeliharaan
menunjukkan nilai kisaran 6,25- 7,89. Sedangkan, menurut SNI suhu optimal
adalah 6,5- 8,5. Penurunan suhu pada saat pemeliharaan yaitu mencapai terendah
6,25 dapat disebabkan oleh bahan organik pada media pemeliharaan yang
disebabkan oleh sisa pakan dan ekstrak daun sirih yang diaplikasikan pada media
pemeliharaan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Anonymous (2003) yaitu Perbedaan pH disebabkan adanya perbedaan
komponen-komponen asam yang terdapat dalam daun sirih. Dalam daun sirih
terkandung komponenkomponen yang sifatnya asam, antara lain asam nikotinat dan
asam askorbat (vitamin C).
Sperling
dan Suriawiria dalam Himawati (2010), pH yang rendah dapat menghambat
kontaminasi mikroorganisme pembusuk, mikroorganisme patogen serta
mikroorganisme penghasil racun akan mati. Hal ini juga didukung oleh Campo et
al., (2000) yang menyatakan bahwa aktivitas antimikroba rosemary meningkat
dengan menurunnya pH karena sel-sel yang mengalami stres pada pH rendah akan
lebih sensitif terhadap ekstrak rosemary.
c.
DO (Disolved Oxigent)
Oksigen terlarut ( DO ) adalah
jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi
atmosfer/udara (Tyar,2015). Oksigen terlarut atau DO saat pemeliharaan adalah 8
mg/l yang artinya setiap 1 liter air terdapat oksigen terlarut sebanyak 8 mg.
Oksigen optimal menurut SNI adalah 4 mg/l, sehingga oksigen terlarut pada saat
pemeliharaan kurang optimal karena melebihi standar SNI yang telah ditentukan. Sumber utama oksigen dalam suatu
perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil
fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2000). Organisme atau Fitoplankton
yang terdapat diperairan dapat dilihat dari warna air yang kehijauan. Menurut Herawati (1989), cirri fitoplankton chlorophyta adalah Berwarna
hijau karena mempunyai proporsi pigmen pada chloroplas nya jauh lebih baik.
Oksigen terlarut dengan nilai 8 tidak
berpengaruh terhadap kondisi ikan karena kebutuhan oksigen dalam periaran
terpenuhi.
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari
kegiatan proyek mandiri tentang Efektivitas Ekstrak Daun Sirih (piper
betle)dan Probiotik Pada Pendederan II Ikan Lele (clarias sp) dapat disimpulkan bahwa:
a.
Pemberian ekstrak daun sirih dalam media
pemeliharaan saat ikan sakit cukup efektif dalam pengobatan, karena terjadi
peningkatan sembuhnya ikan lele dari perhitungan prevalensi sebesar 32 %
menjadi 5%.
b.
Sintasan ikan lele selama pemeliharaan sebesar
76,5% yaitu dengan padat tebar 400 ekor, jumlah ikan yang mati adalah sebanyak
96 ekor yang disebabkan oleh penyerangan penyakit pada minggu ke-3
pemeliharaan.
c.
Pertumbuhan berat rata-rata benih ikan
lele pada akhir pemeliharaan sebesar 16,25 gram/ekor dengan kisaran laju
pertumbuhan berat 6,2 % - 12,286 %. Hal ini lebih optimal dibandingkan dengan
pendapat Menurut Suhenda (1988), laju pertumbuhan ikan lele sebesar 1,25% per
hari apabila diberi pakan yang mengandung protein 45 % dan energy 3.000
Kcal/kilogram pakan (Fuad, 2005).
5.2
Saran
Saran yang dapat
disampaikan dari proyek mandiri ini adalah perlu kajian lebih tentang
efektifitas ekstrak daun sirih dalam mencegah penyakit pada ikan lele.
DAFTAR PUSTAKA
Mulia, D. S.,
Husin, A. 2015. Efektivitas
Ekstrak Daun Sirih Dalam Menanggulangi Ikan Patin Yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas
hydrophila. Jurnal Penelitian.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah. Purwokerto.
Fidyandini, H. P.,
Subekti, S dan Kismiyati. 2012. Identifikasi
Dan Prevalensi Ektoparasit Pada Ikan Bandeng (Chanos chanos) Yang
Dipelihara Di Karamba Jaring Apung Upbl Situbondo Dan Di Tambak Desa Bangunrejo
Kecamatan Jabon Sidoarjo.
Aquarista Dkk. 2012. Pemberian Probiotik Dengan Carrier Zeolit Pada
Pembesaran Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus).
Jurnal Penelitian. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjajaran.
Ahmadi, H., Iskandar., Dan Kurniawati, N. 2012. Pemberian Probiotik Dalam
Pakan Terhadap Pertumbuhan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Pada Pendederan II. Jurnal Penelitian. Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjajaran.
Giyatri, D. 2000. Efektivitas Ekstrak Jambu Biji (Psidium guajava), Sambiloto (Andrographis
paniculata), Dan Sirih (Piper betle L)
Terhadap Infeksi Bakteri Aeromonas
hydrophilla Pada Ikan Patin (Pangasius
hypotalamus). [Skripsi]. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.
Haetami,
K., Abun., dan Mulyani, Y. 2008. Studi Pembuatan Probiotik (Bacillus licheni formis) Sebagai Feed
Suplement Serta Aplikasinya Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Merah. Laporan
Penelitian. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjajaran.
Yuniarani, N. 2013. Pengaruh
Penambahan Ekstrak Daun Sirih
(Piper betle L) Pada Pakan Terhadap Tingkat Kesehatan
Ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus)
Gusrina.
2008. Budidaya ikan jilid 1. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Klaten.
Ratnasari, D. 2011. Teknik Pembesaran Ikan Lele
Dumbo (Clarias gariepinus) di Bioteech Agro, Kabupaten Jombang. Provinsi Jawa
Timur. Universitas Airlangga. Surabaya
Lampiran
Lampiran
1. Perhitungan prevalensi ikan
Persentase
Prevalensi ikan tiap minggu
Prevalensi =
× 100%
Prevalensi
=
× 100% =0
%
Prevalensi
=
× 100% =0
%
Prevalensi
=
× 100% =32
%
Prevalensi
=
× 100% =5
%
Prevalensi
=
× 100% =0
%
Prevalensi
=
× 100% =0
%
Lampiran
2. Tabel pemberian pakan dan respon pemberian pakan
Respon pakan =
× 100%
Minggu ke-
|
FR 5% (gram)
|
PAKAN HABIS(gram)
|
RESPON PAKAN (%)
|
1
|
13,5
|
16,6
|
122,96%
|
13,5
|
16,6
|
122,96%
|
|
13,5
|
16,6
|
122,96%
|
|
13,5
|
16,6
|
122,96%
|
|
13,5
|
16,6
|
122,96%
|
|
13,5
|
19,87
|
147,19%
|
|
13,5
|
6,37
|
47,19%
|
|
2
|
22,6
|
39,5
|
174,78%
|
22,6
|
39,5
|
174,78%
|
|
22,6
|
39,5
|
174,78%
|
|
22,6
|
39,5
|
174,78%
|
|
22,6
|
38
|
168,14%
|
|
22,6
|
28
|
123,89%
|
|
22,6
|
23
|
101,77%
|
|
3
|
40,79
|
45
|
110,32%
|
40,79
|
62
|
152,00%
|
|
40,79
|
38
|
93,16%
|
|
40,79
|
62
|
152,00%
|
|
40,79
|
32
|
78,45%
|
|
40,79
|
41
|
100,51%
|
|
40,79
|
32
|
78,45%
|
|
4
|
60
|
64
|
106,67%
|
60
|
64
|
106,67%
|
|
60
|
64
|
106,67%
|
|
60
|
94
|
156,67%
|
|
60
|
64
|
106,67%
|
|
60
|
66
|
110,00%
|
|
60
|
34
|
56,67%
|
|
5
|
93,28
|
94
|
100,77%
|
93,28
|
60
|
64,32%
|
|
93,28
|
75
|
80,40%
|
|
93,28
|
89
|
95,41%
|
|
93,28
|
113
|
121,14%
|
|
93,28
|
75
|
80,40%
|
|
6
|
93,28
|
64
|
68,61%
|
135
|
105
|
77,78%
|
|
135
|
112
|
82,96%
|
|
135
|
188
|
139,26%
|
|
135
|
129
|
95,56%
|
|
135
|
77
|
57,04%
|
|
135
|
148
|
109,63%
|
|
7
|
135
|
190
|
140,74%
|
Jumlah
|
2556,19
|
2637,24
|
|
Lampiran
3. Efesiensi pakan
Lampiran 4. Sintasan Ikan lele
SR =
x
100%
SR =
x
100% = 74,5%
Lampiran
5. Tabel pertumbuhan berat rata-rata per minggu
Tebar
|
S I
|
S II
|
S III
|
S
IV
|
S
V
|
S VI
|
0,675
|
1,13
|
2,1
|
3,2
|
4,975
|
7,22
|
16,25
|
Lampiran
6. Perhitungan laju pertumbuhan berat harian
α =
–
1 x 100%
α =
–
1 x 100% =
–
1 x 100%= 7,63 %
α =
–
1 x 100% =
–
1 x 100% = 9,25 %
α =
–
1 x 100% =
–
1 x 100% = 6,2 %
α =
–
1 x 100% =
–
1 x 100% = 6,5 %
α =
–
1 x 100% =
–
1 x 100% = 5,46 %
α =
–
1 x 100% =
–
1 x 100% = 12,286 %
Lampiran
7. Tabel pertumbuhan panjang
tebar
|
S I
|
S II
|
S III
|
S IV
|
S V
|
S VI
|
4,465
|
4,96
|
6,36
|
7,3
|
8,4
|
9,635
|
12,875
|
Lampiran
8. Perhitungan laju pertumbuhan panjang harian
α =
–
1 x 100%
α =
–
1 x 100% =
–
1 x 100% = 1,51 %
α =
–
1 x 100% =
–
1 x 100% = 3,61 %
α =
–
1 x 100% =
–
1 x 100% = 1,98 %
α =
–
1 x 100% =
–
1 x 100% = 2,02 %
α =
–
1 x 100% =
–
1 x 100% = 1,97 %
α =
–
1 x 100% =
–
1 x 100% = 4,22 %
lampiran
9. Kualitas air media pemeliharaan
Minggu ke-
|
SUHU
|
PH
|
DO
|
||
|
PAGI
|
SIANG
|
SORE
|
|
|
1
|
32
|
|
|
||
27
|
36
|
35
|
|
|
|
26
|
37
|
35
|
|
|
|
27
|
34
|
35
|
|
|
|
28
|
33
|
35
|
|
|
|
27
|
32
|
32
|
PAGI 6,65 dan SORE 7,5
|
||
26
|
32
|
32
|
|||
2
|
28
|
31
|
31
|
6,25
|
|
26
|
32
|
32
|
|||
28
|
31
|
31
|
|||
28
|
33
|
32
|
|||
27
|
31
|
32
|
|||
27
|
33
|
33
|
|||
32
|
33
|
33
|
|||
3
|
30
|
32
|
32
|
||
26
|
33
|
31
|
7,89
|
8
|
|
29
|
33
|
31
|
|||
26
|
34
|
36
|
|||
27
|
30
|
30
|
|||
27
|
32
|
32
|
|||
29
|
33
|
34
|
|||
4
|
28
|
32
|
32
|
||
28
|
33
|
33
|
|||
27
|
31
|
33
|
|||
26
|
32
|
34
|
|||
27
|
33
|
33
|
|||
27
|
33
|
34
|
|||
28
|
35
|
35
|
|||
5
|
27
|
35
|
34
|
||
27
|
33
|
33
|
7,35
|
||
28
|
35
|
36
|
|
|
|
27
|
33
|
36
|
|
|
|
27
|
30
|
31
|
|
|
|
28
|
32
|
32
|
|
|
|
28
|
32
|
31
|
|
|
|
6
|
27
|
34
|
32
|
|
|
28
|
33
|
36
|
|
|
|
29
|
30
|
30
|
|
|
|
28
|
31
|
30
|
|
|
|
28
|
32
|
31
|
|
|
|
28
|
31
|
36
|
|
|
|
28
|
30
|
33
|
|
|
|
7
|
28
|
30
|
30
|
|
|
Lampiran
10. Dokumentasi Kegiatan Proyek Mandiri
PERSIAPAN
MEDIA PEMELIHARAAN
PENEBARAN
BENIH
PEMBUATAN
EKSTRAK DAUN SIRIH
APLIKASI
PROBIOTIK PADA PAKAN
KEGIATAN
SAMPLING
KEGIATAN
PENGELOLAAN KUALITAS AIR
IKAN
YANG TERSERANG PENYAKIT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar