Kamis, 07 Januari 2016

laporan proyek mandiri ekstrak daun sirih

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle)  DAN PROBIOTIK PADA PENDEDERAN II IKAN LELE (Clarias sp)

( Laporan Proyek Mandiri)



Oleh :
PUJI RAHAYU
NPM:13742040

polinela_color_320x320

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN
JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
2015
HALAMAN PENGESAHAN
1.        Judul                                            :Efektivitas Ekstrak Daun Sirih (Piper
betle) dan Probiotik Pada Media Pendederan
II Ikan Lele (Clarias sp)
2.        Nama Mahasiswa                         :Puji Rahayu
3.        Nomer Pokok  Mahasiswa           :13742040
4.        Program Studi                              :Budidaya Perikanan
5.        Jurusan                                         :Peternakan



LOGO POLINELAMenyetujui,
Dosen Pembimbing I,                                                 Dosen Pembimbing II




Dian Febriani,S.Pi,M.Si                                              Nur Indariyanti,S.Pi,M.Si
NIP. 197602032001122002                                       Nip.197001152000032001


Ketua Program Studi
Budidaya Perikanan,



Nur Indariyanti,S.Pi,M.Si.
Nip. 197001152000032001



KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun haturkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan proposal Proyek Mandiri yang berjudul “Efektivitas Ekstrak Daun Sirih(Piper Betle)dan probiotik  Pada Media Pendederan II Ikan Lele (Clarias Sp)” ini.
Proposal ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan tentang Pembesaran Ikan Lele (Clarias sp) yang penyusun sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan jurnal penelitian.
Semoga proposal ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya  mahasiswa Politeknik Negeri Lampung.
Penyusun  sadar bahwa proposal ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, penyusun  mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk mendapatkan pengetahuan dan kajian yang lebih baik lagi.






Bandar Lampung, 5 Oktober 2015



Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI                                                                                                  hal
I.          PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1     Latar Belakang................................................................................... 2
1.2     Tujuan................................................................................................ 2
1.3     Kerangka Pemikiran........................................................................... 2
1.4     Kontribusi.......................................................................................... 3
II.         TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 4
            2.1   Sejarah singkat ikan lele...................................................................  4
            2.2  Klasifikasi ikan lele............................................................................ 4
            2.3   Morfologi dan anatomi ikan lele....................................................... 5
            2.4   Sentra perikanan ikan lele................................................................. 6
            2.5   Habitat...............................................................................................            6
            2.6   Klasifikasi tanaman sirih................................................................... 7
            2.7   Morfologi tanaman sirih.................................................................... 7
            2.8   Kandungan kimia pada daun sirih.....................................................            8
            2.9  Probiotik............................................................................................. 9
III.             METODE PELAKSANAAN..........................................................  11
              3.1  Waktu dan tempat pelaksanaan........................................................ 11
              3.2  Alat dan bahan.................................................................................. 11
              3.3  Prosedur kerja................................................................................... 11
                           3.3.1      Persiapan alat dan bahan........................................................ 11
                           3.3.2      Persiapan media..................................................................... 11
                           3.3.3      Penebaran dan sampling awal benih...................................... 12
                           3.3.4      Pemeliharaan ikan lele...........................................................  12
                           3.3.5      Pengaplikasian probiotik pada pakan....................................  13
                           3.3.6      Pembuatan ekstrak daun sirih................................................ 13
                           3.3.7      Sampling................................................................................ 13
                           3.3.8      Panen dan sampling akhir benih ikan pendederan III........... 13
              3.4     Parameter pengamatan..................................................................... 14
                           3.4.1     Tingkat kesehatan ikan lele.................................................... 14
a.    Tingkah laku ikan lele......................................................   14
b.   Respon pakan.................................................................... 14
c.    Tingkat penyerangan penyakit..........................................  14
3.4.2    Sintasan ikan lele..................................................................  14
3.4.3    Kualitas air............................................................................. 15
a.    Suhu................................................................................... 15
b.   pH...................................................................................... 15
c.    DO..................................................................................... 15
3.4.4    Laju pertumbuhan ikan lele...................................................  15
IV.         Hasil dan pembahasan....................................................................... 16
V.            Kesimpulan dan saran........................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 31

Lampiran.....................................................................................................  32

I.                   PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Ikan lele (Clarias sp) merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang banyak dibudidayakan di Indonesia karena permintaannya yang terus meningkat setiap tahunnya. Rasanya yang enak dan relatif lebih murah menjadikan ikan lele sebagai ikan konsumsi dengan produksi tinggi. Namun banyaknya produksi yang dilakukan belum memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga ini dapat dijadikan peluang untuk membudidayakan ikan lele yang menguntungkan.
Budidaya ikan lele khususnya pada fase pendederan diperlukan manajemen yang baik sehingga mendapatkan SR dan laju pertumbuhan yang tinggi, serta intensitas penyerangan penyakit ikan yang rendah.  Pendederan  ikan lele dapat dilakukan dengan memanajemen pakan, memanajemen kualitas air, memanajemen hama dan penyakit ikan yang baik.
Ikan lele pada fase pendederan sering kali terjadi kegagalan dikarenakan serangan penyakit yang dipicu oleh parameter kualitas air yang kurang terkontrol dan kekebalan tubuh benih ikan lele yang rendah, sehingga pathogen dapat dengan mudah berkembangbiak dan berpotensi mengganggu ikan.
Sirih (Piper betle L) sudah banyak dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat indonesia sejak lama karena semua bagian tanaman yang meliputi akar, daun dan bijinya digunakan sebagai obat. Pada daun sirih,terkandung atsiri. Atsiri pada daun sirih mengandung chavicol C4H3OH yang merupakan antiseptik yang kuat untuk menanggulangi parasit terutama lchthyophthirius multifiliis. Hasil tersebut telah dibuktikan validitasnya (Fidyadini dkk, 2012).
Khasiat sirih digunakan sebagai styptic (penahan darah) dan vulnerary (obat luka pad kulit) juga berdaya guna sebagai antioksida, antiseptik, fungisida, dan bakterisidal. Hal ini jelas bahwa daun sirih yang mengandung minyak atsiri bersifat menghambat pertumbuhan parasit dan pada beberapa penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa atsiri dalam daun sirih dapat menghambat pertumbuhan parasit protozoa pada ikan.
Probiotik adalah makanan tambahan (suplemen) berupa jasad hidup atau bakteri baik yang membantu dalam memperbaiki kualitas air budidaya ikan, pertumbuhan dan meningkatkan kesehatan ikan. Probiotik baik digunakan pada ikan yang rentan terserang penyakit, seperti pada benih ikan lele pada pendederan II.
1.2              Tujuan
Tujuan penambahan ekstrak daun sirih pada media dan probiotik pada pakan dalam pendederan II ikan lele adalah mengetahui tingkat kesehatan ikan, yaitu tingkat prevalensi ikan dan repon pakan, mengetahui sintasan ikan, mengetahui laju pertumbuhan ikan dan kualitas air pemeliharaan
1.3              Kerangka pemikiran
Pendederan ikan lele sangat penting dilakukan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produksi ikan lele karena pengontrolan yang dilakukan pada media yang terbatas. Tujuan pendederan adalah mengontrol benih lele dari setelah menetas hingga siap ditebar pada lahan luas. Pengontrolan dilakukan untuk meningkatkan sintasan benih ikan lele dan meningkatkan kesehatan ikan. Kesehatan ikan lele sering kali terganggu karena  adanya pathogen yang menyerang. Hal ini dapat disebabkan oleh kualitas air budidaya yang kurang terkontrol. Dengan adanya penambahan ekstrak daun sirih yang mengandung antibiotik alami dapat dimanfaatkan dalam pencegahan penyakit ikan lele yang kemungkinan akan menyerang  meskipun kualitas air budidaya yang dikelola telah baik. Hal ini dapat meningkatkan sintasan ikan lele dan sekaligus meningkatkan hasil produksi.
Probiotik adalah makhluk hidup atau organisme yang dimanfaatkan dalam budidaya ikan karena bersifat mendukung lingkungan maupun kesehatan ikan. Bakteri yang terkandung dalam probiotik sangat berfariasi, seperti bakteri nitrosomonas yang membantu dalam proses penguraian bahan bahan berbahaya didasar kolam, bakteri bacillus yang membantu dalam proses pencernaan dan bakteri lain yang dapat dimanfaatkan dalam proses budidaya.Aplikasi probiotik pada pakan dapat membantu menyempurnakan organ pencernaan pada benih ikan lele tahap pendederan I. Hal ini dapat meningkatkan laju pertumbuhan benih ikan lele.
1.4              Kontribusi
Kegiatan proyek mandiri ini diharapakan dapat bermanfaat dalam bidang perikanan, dengan mengetahui manfaat ekstrak daun sirih yang diberikan pada media pemeliharaan dan pemberian probiotik pada pakan dalam pendederan II ikan lele. Pemberian ekstrak daun sirih pada media pemeliharaan diharapkan dapat meningkatkan kesehatan ikan karena dapat mengurangi bakteri berbahaya yang dapat menyerang ikan melalui media. Sedangkan pemberian probiotik pada pakan diharapkan dapat meningkatkan laju pertumbuhan benih ikan lele karena fungsinya yang dapat membantu dalam proses pencernaan ikan lele pada pendederan II.
II.               TINJAUAN PUSTAKA
2.1                   Sejarah singkat ikan lele
Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo,Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah).Di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang  (Jepang). Ikan lele dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, dan sawah.
2.2                   Klasifikasi  ikan lele
Klasifikasi ikan lele berdasarkan Saanin (1984) dalam Hilwa (2004) yaitu sebagai berikut:
Kingdom       :Animalia
Filum             :Chordata
Kelas             :Pisces
Subkelas        :Teleostei
Ordo                         :Ostarophysi
Subordo        :Siluroidae
Famili            :Clariidae
Genus            :Clarias
Spesies          :Clarias sp
2.3                   Morfologi dan biologi ikan lele
Puspowardoyo dan Djarijah (2002), Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus Burchell) memiliki morfologi yang mirip dengan lele lokal (Clarias batrachus). Bentuk tubuh memanjang, agak bulat, kepala gepeng dan batok kepalanya keras, tidak bersisik dan berkulit licin, mulut besar, warna kulit badannya terdapat bercak-bercak kelabu seperti jamur kulit manusia (panu).
Ikan lele dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. 8 ciri-ciri morfologis lele dumbo lainnya adalah sungutnya. Sungut berada di sekitar mulut berjumlah delapan buah atau 4 pasang terdiri dari sungut nasal dua buah, sungut mandibular luar dua buah, mandibular dalam dua buah, serta sungut maxilar dua buah. Ikan lele mengenal mangsanya dengan alat penciuman, lele dumbo juga dapat mengenal dan menemukan makanan dengan cara rabaan (tentakel) dengan menggerak-gerakan salah satu sungutnya terutama mandibular (Santoso, 1994). Lele dumbo mempunyai lima buah sirip yang terdiri dari sirip pasangan (ganda) dan sirip tunggal. Sirip yang berpasangan adalah sirip dada (pectoral) dan sirip perut (ventral), sedangkan yang tunggal adalah sirip punggung (dorsal), ekor (caudal) serta sirip dubur (anal). Sirip dada ikan lele dumbo dilengkapi dengan patil atau taji tidak beracun. Patil lele dumbo lebih pendek dan tumpul bila dibandingkan dengan lele lokal (Santoso, 1994).
Ikan lele merupakan hewan nokturnal dimana ikan ini aktif pada malam hari dalam mencari mangsa. Ikan-ikan yang termasuk ke dalam genus lele 7 dicirikan dengan tubuhnya yang tidak memiliki sisik, berbentuk memanjang serta licin. Ikan Lele mempunyai sirip punggung (dorsal fin) serta sirip anus (anal fin) berukuran panjang, yang hampir menyatu dengan ekor atau sirip ekor. Ikan lele memiliki kepala dengan bagian seperti tulang mengeras di bagian atasnya. Mata ikan lele berukuran kecil dengan mulut di ujung moncong berukuran cukup lebar. Dari daerah sekitar mulut menyembul empat pasang barbel (sungut peraba) yang berfungsi sebagai sensor untuk mengenali lingkungan dan mangsa. Lele memiliki alat pernapasan tambahan yang dinamakan Arborescent. Arborescent ini merupakan organ pernapasan yang berasal dari busur insang yang telah termodifikasi. Pada kedua sirip dada lele terdapat sepasang duri (patil), berupa tulang berbentuk duri yang tajam. Pada beberapa spesies ikan lele, duri-duri patil ini mengandung racun ringan. Hampir semua species lele hidup di perairan tawar. Berikut kisaran parameter kualitas air untuk hidup dan pertumbuhan optimum ikan lele menurut beberapa penelitian dalam Witjaksono (2009).
2.4                   Sentra perikanan lele
Ikan lele banyak ditemukan di benua Afrika dan Asia. Dibudidayakan di Thailand, India, Philipina dan Indonesia. Di Thailand produksi ikan lele ± 970 kg/100m2/tahun. Di India (daerah Asam) produksinya rata-rata tiap 7 bulan mencapai 1200 kg/Ha. 
2.5                   Habitat
Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air, semua perairan tawar dapat menjadi lingkungan hidup atau habitat lele dumbo misalnya waduk, bendungan, danau, rawa, dan genangan air tawar lainnya. Di alam bebas, lele dumbo ini memang lebih menyukai air yang arusnya mengalir secara perlahan atau lambat. Aliran air arus yang deras lele dumbo kurang menyukainya (Santoso, 1994). Lele dumbo asal Afrika ternyata sangat toleransi terhadap suhu air yang cukup tinggi yaitu 20º – 35ºC, disamping itu lele dumbo dapat hidup pada 9 kondisi lingkungan perairan yang jelek. Kondisi air dengan kandungan oksigen yang sangat minim lele dumbo masih dapat bertahan hidup, karena lele dumbo memiliki alat pernafasan tambahan yang disebut organ arborescent (Santoso, 1994).
2.6              Klasifikasi tanaman sirih
Klasifikasi tanaman sirih menurut Koesmiati dan Dwiyanti adalah sebagai berikut:
Devisio          :Spermatopyta
Subdevisio    :Angiospermae
Kelas             :Dicotyledonae
Ordo             :Piperales
Familia          :Piperaceae
Genus            :Piper
Species          :Piper betle Linn

2.7                   Morfologi tanaman sirih
Sirih sudah dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sejak lama. Tanaman ini banyak ditanam orang di pekarangan, batangnya berwarna hijau kecokelatan. Permukaan kulit kasar dan berkerut-kerut, mempunyai nodule atau ruas yang besar tempat keluarnya akar. Tumbuh memanjat dan bersandar pada batang lain, tinggi dapat mencapai 5 – 15 m. Batang sirih berwarna coklat kehijauan,berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya yang tunggal berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling, bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap bila diremas.8 Panjangnya sekitar 5 - 8 cm dan lebar 2 - 5 cm. Bunganya majemuk berbentuk bulir dan terdapat daun pelindung ± 1 mm berbentuk bulat panjang. Pada bulir jantan panjangnya sekitar 1,5 - 3 cm dan terdapat dua benang sari yang pendek sedang pada bulir betina panjangnya sekitar 1,5 - 6 cm dimana terdapat kepala putik tiga sampai lima buah berwarna putih dan hijau kekuningan. Buahnya buah buni berbentuk bulat berwarna hijau keabu-abuan. Akarnya tunggang, bulat dan berwarna coklat kekuningan.
2.8                   Kandungan kimia pada daun sirih
Kandungan kimia utama yang memberikan ciri khas daun sirih adalah minyak atsiri. Daun sirih dapat digunakan sebagai antibakteri karena mengandung 4,2% minyak atsiri yang sebagian besar terdiri dari betephenol yang merupakan isomer Euganol allypyrocatechine, Cineol methil euganol, Caryophyllen (siskuiterpen), kavikol, kavibekol, estragol dan terpinen. Selain itu tumbuhan sirih juga mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol. Senyawa saponin dapat bekerja sebagai antimikroba. Senyawa saponin akan merusak membran sitoplasma dan membunuh sel. Senyawa flavonoid diduga mekanisme kerjanya mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi. Mekanisme fenol sebagai agen anti bakteri adalah meracuni protoplasma, merusak dan menembus dinding serta mengendapkan protein sel bakteri. Senyawa fenolik bermolekul besar mampu menginaktifkan enzim essensial di dalam sel bakteri meskipun dalam konsentrasi yang sangat rendah. Fenol dapat menyebabkan kerusakan pada sel bakteri, denaturasi protein, menginaktifkan enzim dan menyebabkan kebocoran sel. Khasiat Daun Sirih Pada uji antibakteri dengan metode dilusi air rebusan daun sirih jawa dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus pada konsentrasi 60%.13 Daun sirih terdapat senyawa yang bersifat bakterisidal, yaitu kavikol yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Minyak astiri dari daun sirih sepertiganya terdiri dari phenol dan sebagian besar adalah kavikol yang memiliki daya pembunuh bakteri lima kali lipat dari phenol biasa. Kavikol ini juga memberikan bau yang khas pada daun sirih.
2.9         Probiotik

Probiotik   merupakan   pakan  tambahan   yang  berisi  bakteri   viaber (hidup) dan bersifat  tidak  pathogen. Menurul  Fuller  (1987  dalam  Irianto,  2003) probiotik  adalah produk   yang  tersusun   oleh   mikroba   atau  pakan   alami   mikroskopis    yang  bersifat menguntungkan   dan  rnemberikan   dampak   bagi  peningkatan   keseimbangan   mikroba saluran    usus   hewan    inangnya. Probiotik    dalam    akuakultur    berperan    dalam meningkatkan    laju   pertumbuhan, meningkatkan    sistem    imun   dengan    perubahan komunitas    bakteri   intestinalnya. Menurut Syofan et al (2003)    mengkonsumsi probiotik  secara  teratur  dapat  meningkatkan   kesehatan  karena  bakteri probiotik   dapat hidup  dalam usus sehingga  flora normal  dalam usus menjadi  seimbang.
Probiotik   mengandung    arti "pro"   dan "bios"   berasal   dari bahasa Yunani. Selanjutnya  secara  luas digunakan definisi  menurut  Fuller  (Gismondo,  et 01. dalam  Yousefian  and  Amici, 2009), yaitu suplementasi   sel mikroba  hidup  pada  pakan yang     menguntungkan      inangnya     dengan     memperbaiki      keseimbangan      dalam intestinalnya. Dalam   lrianto   (2003)   dinyatakan    bahwa   probiotik    selain   untuk perbaikan  pakan, dimaksudkan juga    untuk perbaikan  lingkungan.
Yousefian and  Amiri  ( 2009)  menyatakan   bahwa  probiotik   dalam  akuakultur   berperan  dalam meningkatkan    laju   pertumbuhan,    meningkatkan    sistem   imun   dengan   perubahan komunitas  bakteri  intestinalnya,
Penggunaan   probiotik   pada  akuakultur   adalah  antisipasi   sebagai   strategi  yang paling  baik  untuk  pencegahan   dari  infeksi  mikrobia   dan untuk  mengganti   antibiotik dan kemoterapi.   Keuntungan   dan keamanan   yang  didapatkan   dari industri   di luar akuakultur   tentang     bakteri   asam  laktat,   telah  mempercepat   diterimanya   probiotik dalam bidang  akuakultur.  (Zizhong  Qi et al., 2009).















III.             METODE PELAKSANAAN
3.1              Waktu dan Tempat pelaksanaan
Praktek proyek mandiri direncanakan dilakukan pada bulan November sampai bulan Desember 2015 bertempat di lingkungan laboratorium perikanan A Politeknik Negeri Lampung.
3.2              Alat dan Bahan
Alat yang direncanakan digunakan untuk praktek proyek mandiri adalah cangkul, selang, terpal, paralon, scopnet, seperangkat alat ukur kualitas air, timbangan, penggaris, ember, gergaji,dan  alat  tulis.
Bahan yang direncanakan digunakan untuk proyek mandiri adalah benih ikan lele ukuran 3-5 cm, pakan , bambu, air, ekstrak daun sirih, dan probiotik.
3.3              Prosedur kerja
                    3.3.1            Persiapan alat dan bahan
Alat yang dibutuhkan dicuci dengan sabun hingga bersih. Hal ini dilakukan untuk membunuh pathogen berbahaya yang dapat mengganggu ikan lele.
Bahan perlu dipersiapkan seperti ketersediaan air, bilah bambu, benih ikan lele, daun sirih, probiotik, dan pakan.
        3.3.2 Persiapan media
Media pendederan direncanakan berukuran 1 x 2 meter yang dirangkai dari bilah bambu yang disusun dan dipaku sesuai ukuran kemudian dilakukan pemasangan terpal dengan tinggi 50 cm. Perencanaan persiapan kolam dilakukan selama satu minggu. Setelah persiapan kolam selesai, dilakukan pengisian air kolam sampai tinggi air 30 cm dan diendapkan selama 3 hari.
                    3.3.3            Penebaran dan sampling awal benih ikan lele
Penebaran benih ikan lele ukuran 3-5 cm dengan padat tebar 200 ekor/m². Penebaran benih dilakukan setelah perlakuan  sampling benih sebanyak 5-10 % dari populasi. Sampling dilakukan untuk mengukur panjang dan berat awal benih ikan lele. Sampling bertujuan untuk menentukan jumlah pemberian pakan ikan lele dengan FR 5%. Benih ikan lele diaklimatisasi terlebih dahulu selama ± 10 menit dengan cara mengapung- apungkan kantung plastik yang berisi benih ikan lele dipermukaan kolam sampai suhu dalam kantung plastik dengan kolam hampir sama dan benih ikan lele dapat keluar dengan sendirinya dari kantung plastik ke kolam. Aklimatisasi bertujuan untuk mengadaptasikan lingkungan yang lama ke lingkungan yang baru dan memperkecil tingkat stress pada ikan. Penebaran benih ikan lele dilakukan pada saat suhu rendah yaitu pagi atau sore hari.
                    3.3.4            Pemeliharaan ikan lele
Benih ikan lele didederkan mulai dari ukuran 3-5 cm sampai ukuran panjang rata rata 9,635 cm/ekor. Pemeliharaan benih ikan lele dapat dilakukan dengan pemberian pakan secara teratur sesuai kebutuhan dan bukaan mulut ikan, mengontrol kualitas air dengan pengukuran parameter kualitas air sesering mungkin, melakukan pergantian air, dan pengotrolan kesehatan ikan.

                    3.3.5            Pengaplikasian probiotik pada pakan
Probiotik diaplikasikan pada pakan karena probiotik yang digunakan memiliki kandungan bakteri bacillus sp yang dapat dimanfaatkan langsung pada organ pencernaan benih ikan lele. Dosis yang digunakan pada pakan adalah 5 ml/kg pakan.
                    3.3.6            Pembuatan ekstrak daun sirih
Ekstrak sirih diambil dari hasil perebusan daun sirih sebanyak 2 gr/60  ml air. Dosis yang diberikan pada kolam adalah 8,3 ppm (adi, 2011). Air ekstrak rebusan daun sirih ini mengandung antibiotik alami yang dapat mencegah perkembangbiakan jamur, bakteri , dan pathogen berbahaya yang dapat menyerang ikan. Ekstrak daun sirih ini dimasukkan kedalam kolam 3 hari setelah penebaran dan selanjutnya dilakukan seminggu sekali.
                    3.3.7            Sampling
Sampling dilakukan per minggu pada pemeliharaan benih ikan lele.  hal ini untuk mengukur banyaknya pakan yang diberikan untuk benih ikan lele berdasarkan FR 5% dari bobot biomassa. Sampling dilakukan untuk mengukur panjang tubuh ikan, berat tubuh ikan, mengamati respon ikan terhadap pakan dan gangguan,dan untuk menghitung kebutuhan pakan ikan untuk pemeliharaan selanjutnya hingga panen.
                    3.3.8            Panen dan sampling akhir benih ikan lele pendederan III
Panen dilakukan setelah ikan berukuran panjang rata-rata 9,635 cm. Pada saat yang bersamaan, dilakukan sampling akhir untuk mengetahui tingkat sintasan ikan, pakan yang habis, laju pertumbuhan ikan, dan kondisi kesehatan ikan.
3.4          Parameter pengamatan
3.4.1     Tingkat kesehatan ikan lele
a.             Tingkat penyerangan penyakit
Prevalensi atau frekuensi kejadian adalah besarnya persentase ikan yang terinfestasi dari ikan sampel yang diperiksa (Stasiun Karantina Ikan kelas I Hang Nadim, 2010). Prevalensi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Prevalensi = × 100%
b.             Respon pakan
Ciri-ciri ikan sehat adalah salah satunya respon pakan yang baik, dapat terlihat ikan yang sehat memiliki nafsu makan yang tinggi dan wajar. Pakan yang diberikan berdasarkan FR dan sekaligus dengan mengamati berapa persen sisa atau pertambahan pakan dari FR yang telah ditetapkan.
3.4.2     Sintasan ikan lele
Kelangsungan hidup (SR) yaitu persentase jumlah benih ikan kerapu tikus yang masih hidup, setelah diberi pakan. Penghitungan SR dilakukan pada akhir penelitian. Penghitungan kelangsungan hidup dirumuskan oleh (Mudjiman, 2004 dalam Sari 2006) sebagai berikut :
SR = Nt x 100%
Keterangan :    
S = Kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah biota pada saat panen (ekor)
No = Jumlah biota pada saat penebaran (ekor)
3.4.3     Kualitas air
a.                       Suhu
Pengukuraan suhu dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut thermometer. Pengukuran suhu dilakukan sebanyak tiga kali sehari pada pagi, siang,dan sore hari. Pengukuran suhu ditempatkan dalam beberapa titik pada media kemudian di rata- rata.
b.                       pH Air
Pengukuran pH air dilakukan menggunakan kertas lakmus dengan frekuensi pengukuran sebanyak 1 kali dalam seminggu. Pengukuran dilakukan dititik dasar media pemeliharaan. Hal ini dilakukan karena pada dasar perairan banyak bahan organik yang dapat mempengaruhi pH air.
c.                        DO (Disolved Oxigent)
Pengukuran DO dilakukan menggunakan alat DO meter sebanyak satu kali dalam seminggu. Pengukuran DO dilakukan dengan mencelupkan alat deteksi pada DO meter kemudian melihat hasil pengukurannya pada alat ukur DO meter tersebut.
3.4.4          Laju pertumbuhan ikan lele
Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran baik bobot maupun panjang dalam suatu periode atau waktu tertentu (Effendie, 1979).
Laju pertumbuhan benih ikan lele diukur dengan menimbang bobot dan panjang tubuh benih ikan lele pada saat sampling. Hasil pengukuran akan menentukan permberian pakan sebanyak 5% dari bobot biomassa. Rumus perhitungan laju pertumbuhan adalah sebagai berikut:
α =
Dengan   α         = Laju Pertumbuhan Harian (%)
       t       = Waktu pemeliharaan (hari)
       Wt   = Bobot ikan akhir (gr)
       Wo = Bobot ikan awal  (gr)


IV.           HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Tingkat kesehatan ikan lele
a.    Tingkat penyerangan penyakit
 Prevalensi adalah persentase ikan yang terinfeksi dibandingkan dengan seluruh ikan contoh yang diperiksa.(Dogiel et al., 1970 dalam Awilia, 2002). Perhitungan prevalensi dilakukan pada saat ikan lele terserang penyakit. Hasil perhitungan prevalensi selama pemeliharaan dapat dilihat pada tabel 1.
Minggu ke-
Jumlah ikan yang diperiksa
Jumlah ikan sakit
Prevalensi
1
40
0
0 %
2
40
0
0%
3
40
13
32%
4
40
2
5 %
5
40
0
0%
6
40
0
0%
Tabel 1. prevalensi ikan per minggu
Hari ke-20 atau pada minggu ke-3 pemeliharaan,didapatkan persentase ikan sakit 32% dari seluruh populasi. Hasil didapatkan dengan menghitung 40 ekor ikan sample yang diperiksa terdapat 13 ekor ikan sakit,Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan baik secara langsung atau tidak langsung. gangguan itu dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan atau kondisi lingkungan yang kurang menunjang kehidupan ikan.
Timbulnya serangan penyakit ikan merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan dan organisme penyakit (Afrianto&Liviawati, 1992). Penyakit yang menyerang ikan lele selama pemeliharaan disebabkan karena adanya bakteri Aeromonas hydrophila karena bagian tubuh ikan lele terdapat bercak merah, sirip dan ekor timbul borok, gerakan ikan lambat, dan tidak nafsu makan. Hal ini sesuai dengan pernyataan wahjuningrum (2013) bahwa ciri-ciri benih ikan terserang bakteri Aeromnas hydrophila adalah benih ikan mengalami gejala klinis seperti kulit yang kemerahan, berenang tidak beraturan, dan adanya kerusakan pada sirip.
Penyebab penyakit yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila adalah ikan yang stress karena fluktuasi perubahan suhu yang tinggi, serta bahan organik yang mencemari media pemeliharaan, hal ini sesuai dengan pernyataan dewi murni (2009) bahwa pada umumnya  Aeromonas hydrophila merupakan oportunis karena penyakit yang disebabkannya mewabah pada ikan-ikan yang mengalami stress atau pada pemeliharaan dengan padat tebaran yang tinggi. Selain itu, Bakteri Aeromonas umumnya hidup di air tawar, terutama yang mengandung bahan organik tinggi. Ada pula yang berpendapat bahwa bakteri Aeromonas dapat hidup dalam saluran pencernaan (Afrianto dan Liviawaty, 1992).
Lukistyowati dan Kurniasih (2012) menyatakan bahwa bakteri Aeromonas hydrophila sangat mempengaruhi usaha budidaya ikan air tawar dan seringkali menimbulkan wabah penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi (80-100 %) dalam kurun waktu yang singkat (1-2 minggu).
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri aeromonas hydrophila dapat di obati dengan penggunan bahan alami yang tidak meninggalkan residu yang berbahaya bagi ikan ataupun manusia. Bahan alami yang dapat mengobati diantaranya adalah daun sirih. Daun sirih mengandung bahan-bahan alami yang dapat membunuh bakteri berbahaya. Salah satu bahan dalam daun sirih adalah saponin.
Saponin merupakan zat aktif yang dapat meningkatkan permeabilitas membran sehingga terjadi hemolisis sel. Apabila saponin berinteraksi dengan sel kuman, maka kuman tersebut akan pecah atau lisis. Saponin sering dimanfaatkan untuk desinfeksi media budidaya sehingga peranannya sebagai antimikroba sudah teruji (Lesmanawati 2006).
Aplikasi ekstrak daun sirih ditingkatkan dengan pemberian setiap harinya pada media setelah adanya serangan penyakit. Hari ke-25 pemeliharaan setelah ikan terserang penyakit, tingkat penyerangan penyakit menurun dengan perhitungan prevalensi yang didapatkan sebesar  5% dari populasi. Pemeliharaan pada minggu selanjutnya perhitungan prevalensi ikan sakit menjadi 0% hingga panen.
b.   Respon pakan ikan
     Respon pakan ikan lele dilihat dari banyaknya pakan yang habis termakan oleh ikan lele dibandingkan dengan banyaknya pemberian pakan menurut FR 5%. Respon pakan ikan lele juga dapat dilihat dari persentase efisiensi pakan. Efisiensi pakan adalah nilai perbandingan antara pertambahan berat dengan pakan yang dikonsumsi yang dinyatakan dalam persen (Mudjiman, 2004). Semakin tinggi nilai efisiensi pakan maka respon ikan terhadap pakan tersebut semakin baik yang ditunjukkan dengan pertumbuhan ikan yang cepat (Hariyadi dkk., 2005).
a.       Respon pakan per hari.
Pengamatan respon pakan per hari dapat dilihat pada gambar 1 dan hasil perhitungan respon pakan perhari disajikan dalam lampiran.
Gambar 1 respon pakan ikan per hari
Berdasarkan gambar 1 respon pakan ikan lele selama pemeliharaan memperlihatkan nafsu makan ikan lele yang tidak teratur. Hal ini diduga karena pengaruh kualitas air dan pakan yang diberikan. Daun sirih dapat mempengaruhi kualitas air media dengan membunuh bakteri yang dapat mengganggu kesehatan ikan yang berdampak menurunkan nafsu makan ikan. Menurut Setiabudy dan Viencent (2002) mengemukakan bahwa aktivitas suatu zat antibakteri dapat dilihat dari efektifitas zat tersebut dalam menghambat atau membunuh bakteri. Dari hasil penelitian yang dilakukan Yulita (2002) terlihat bahwa daun sirih sangat efektif dalam pengobatan penyakit yang disebabklan bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo (Clarias sp.).
Probiotik yang aplikasikan ke pakan dapat mempengaruhi respon pakan ikan karena adanya bakteri bacillus sp yang terdapat dalam pakan dapat membantu ikan dalam proses mencerna makanan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gatesoupe (1999) dalam Mulyadi (2011) bahwa aktivitas bakteri dalam pencernaan akan berubah dengan cepat apabila ada mikroba yang masuk melalui pakan atau air yang menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan bakteri yang sudah ada dalam usus (saluran pencernaan) dengan bakteri yang masuk. Adanya keseimbangan antara bakteri saluran pencernaan ikan menyebabkan bakteri probiotik bersifat antagonis terhadap bakteri pathogen sehingga saluran pencernaan ikan lebih baik dalam mencerna dan menyerap nutrisi pakan.
Gambar 1 menunjukkan bahwa dalam waktu pemeliharaan selama 18 hari respon pakan tinggi dan stabil. Pakan yang habis termakan melebihi dari pakan yang ditentukan dengan FR 5%. Respon pakan pada minggu-minggu selanjutnya menjadi tidak stabil, terlihat pada hari ke 19 dan hari ke 21, respon pakan dibawah 100% yang artinya pakan yang termakan pada ikan lebih rendah dari pakan yang ditentukan dengan FR 5%. Hal ini dikarenakan pada minggu ke 3 pada hari ke 20 masa pemeliharaan ikan terserang penyakit aeromonas hydrophilla yang menyebabkan respon pakan menjadi tidak stabil sampai pada minggu ke 4 pemeliharaan. Respon pakan di akhir pemeliharaan masih belum stabil dikarenakan ikan dalam masa pemulihan setelah  terserang penyakit aeromonas pada minggu ke 3 sampai minggu ke 4 hal ini dikarenakan efek ekstrak daun sirih sebagai immunostimulan apabila digunakan dalam dosis yang rendah tidak efektif,akan tetapi jika digunakan dengan dosis lebih tinggi akan mempengaruhi imun ikan itu sendiri,hal ini sesuai dengan pernyataan
Respon pakan ikan berkaitan dengan efisiensi pakan, menurut Haryadi dkk (2005) dalam Arief dkk (2014) semakin tinggi nilai efisiensi pakan maka respon ikan terhadap pakan tersebut semakin baik yang ditunjukkan dengan pertumbuhan ikan yang cepat. Pengamatan efisiensi pakan dapat dilihat pada gambar 2 dan hasil perhitungan efisiensi pakan disajikan dalam lampiran.
Gambar  2 efisiensi pakan per minggu
Menurut Craig dan Helfrich (2002) diacu oleh Arief dkk (2014) Pakan memberikan pertumbuhan yang baik bila nilai efisiensi pemberian pakan lebih dari 50% atau bahkan mendekati 100%. Efisiensi selama pemeliharaan sangat efisien, dikarenakan nilai efisiensi pakan lebih dari 100%. Efisiensi pemberian menurut ricky dkk (2014) bahwa Tingkat efisiensi penggunaan pakan pada ikan lele dumbo ditentukan oleh pertumbuhan dan jumlah pakan yang diberikan. Efisiensi pakan yang rendah pada minggu ke 3 disebabkan oleh respon pakan ikan yang rendah, sehingga pakan yang diberikan lebih sedikit dari FR yang telah ditentukan karena adanya penyakit yang menyerang. Minggu selanjutnya efisiensi pakan meningkat, karena respon pakan pada minggu ke-4 mulai stabil. Pada minggu ke-5, efisiensi pakan kembali menurun karena respon pakan pada minggu ke-5 yang tidak stabil. Pada minggu terakhir pemeliharaan, efisiensi pakan kembali membaik karena pertumbuhan ikan yang relatif cepat karena suhu pada minggu akhir pemeliharaan ada pada kisaran suhu yang optimal.
4.2    Sintasan ikan lele
Sintasan adalah presentase jumlah ikan yang hidup dalam kurun waktu tertentu (Effendie, 1979). Sintasan organisme dipengaruhi oleh padat penebaran dan faktor lainnya seperti, umur, pH, suhu dan kandungan amoniak (Resmiaty dan Mayunar, 1990) dalam fadlih (2001) bahwa faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan adalah tersedianya jenis makanan serta adanya lingkungan yang baik seperti oksigen, amoniak, karbondioksida, nitrat, hidrogen sulfida dan ion hidrogen. Hasil sintasan ikan dapat dilihat pada tabel 2 dan hasil perhitungan dapat dilihat dalam lampiran.
Jumlah ikan awal pemeliharaan
Jumlah ikan di akhir pemeliharaan
Sintasan ikan
400 ekor
306
76,5%
Tabel 2. Sintasan ikan lele
Pedederan ikan lele dengan penambahan ekstrak daun sirih pada media dan probiotik pada pakan menunjukkan persentase sintasan ikan lele dari awal pemeliharaan sampai akhir pemeliharaan adalah 76,5%. Tingkat mortalitas yang cukup tinggi di karenakan serangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila yang menyebabkan kematian massal pada minggu ke 3 pemeliharaan. Total seluruh ikan yang mati adalah sebanyak 94 ekor dari populasi yaitu 400 ekor.
4.3    Laju Pertumbuhan ikan lele
Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran baik bobot maupun panjang dalam suatu periode atau waktu tertentu (Effendie, 1979). Perhitungan laju pertumbuhan ikan lele dihitung dengan menghitung berdasarkan berat dan panjang yang telah diukur disetiap sempling pada tiap minggunya.
a.    Pertumbuhan berat
Pengamatan pertumbuhan berat rata- rata setiap minggunya dapat dilakukan dengan melihat gambar 3, dan hasil perhitungan disajikan dalam lampiran.
Gambar 3.pertumbuhan berat tiap minggu
            Pertumbuhan berat ikan lele dari awal sampai akhir pemeliharaan selalu mengalami peningkatan. Berat awal rata-rata pada awal pemeliharaan adalah 0,675gram/ ekor dan berat akhir rata-rata akhir pemeliharaan adalah 16,25 gram/ekor. Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor,yaitu salah satunya adalah tingkat kesehatan ikan. Pada minggu ke-3 meskipun ikan terserang penyakit, akan tetapi berat ikan tetap naik,akan tetapi penyerangan penyakit yang terjadi akan mempengaruhi laju pertumbuhan harian pada ikan lele  dan sintasan ikan lele.
b.   laju pertumbuhan berat harian
     Pengamatan laju pertumbuhan berat harian setiap minggunya dapat dilakukan dengan melihat gambar 4, dan hasil perhitungan disajikan dalam lampiran.
Gambar 4 laju pertumbuhan berat harian
Laju pertumbuhan berat harian terlihat bahwa pada setiap minggunya mengalami penurunan dan penambahan. Menurut Suhenda (1988), laju pertumbuhan ikan lele sebesar 1,25% per hari apabila diberi pakan yang mengandung protein 45 % dan energy 3.000 Kcal/kilogram pakan (Fuad, 2005). Laju pertumbuhan berat harian pada minggu ke -1 mencapai 7,63% yang artinya lebih baik dari pernyataan suhendra (1988). Laju pertumbuhan berat harian terendah adalah pada minggu ke-5. Hal ini disebabkan karena kondisi ikan lele sedang mengalami masa pemulihan karena adanya serangan penyakit aeromonas hydrophilla.
     Menurut Ahmadi (2012) laju pertumbuhan harian ikan lele dengan pemberian probiotik pada pakan dengan aplikasi sebanyak 6ml/kg pakan mengalami laju pertumbuhan sebesar 3,12%. Sedangkan pendederan ikan lele dengan aplikasi probiotik dengan pemberian probiotik sebanyak 5 ml/kg mengalami laju pertumbuhan harian paling tinggi yaitu sebesar 12,285 %.


c.    pertumbuhan panjang
Pengamatan laju pertumbuhan panjang rata-rata setiap minggunya dapat dilakukan dengan melihat gambar 5, dan hasil perhitungan disajikan dalam lampiran.
Gambar 5. Pertumbuhan panjang tiap minggu
Petumbuhan panjang rata-rata setiap minggunya mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari panjang rata-rata awal adalah 4,465 cm/ekor, pada minggu ke-2 pemeliharaan pertumbuhan panjang mencapai 4,96 cm/ekor, pada minggu ke-3 pemeliharaan pertumbuhan panjang mencapai 6,36 cm/ekor, pada minggu ke-4 pemeliharaan pertumbuhan panjang mencapai 7,3 cm/ekor, pada minggu ke-5 pemeliharaan pertumbuhan panjang mencapai 9,635 cm/ekor dan pada akhir pemeliharaan pertumbuhan panjang ikan lele mencapai 12,875 cm/ ekor.
d.   Laju pertumbuhan panjang harian
Pengamatan laju pertumbuhan panjang harian setiap minggunya dapat dilakukan dengan melihat gambar 6, dan hasil perhitungan disajikan dalam lampiran.
Gambar 6. Laju pertumbuhan panjang harian(%)
     Berdasarkan gambar 6 terdapat peningkatan laju pertumbuhan panjang pada minggu ke-2 dan penurunan terjadi pada minggu ke-3 pemeliharaan. Penurunan yang terjadi pad minggu ke-3 disebabkan oleh penyerangan penyakit. Penyerangan penyakit tidak mempengaruhi pertumbuhan panjang harian ikan lele,akan tetapi dapat mempengaruhi laju pertumbuhan panjang harian ikan lele. Peningkatan kembali terjadi pada minggu akhir pemeliharaan, karena pada akhir pemeliharaan ikan lele pada masa penyembuhan dari serangan penyakit aeromnas hydrophilla.
4.4    Kualitas air
Kualitas air adalah kondisi kalitatif air yang diukur dan atau di uji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis(Masduqi,2009).
Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemaliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi alamiahnya. Data kualitas air selama pemeliharaan dan perbandingannya dengan data kualitas air menurut SNI Dapat dilihat pada tabel 1 dan disajikan pada lampiran.
Parameter
Badan Standarisasi Nasional, 2000
Kolam pemeliharaan
Suhu (°C)
25-30
26-37
DO (mg/l)
4
8
pH
6,5-8,5
6,25-7,89
Tabel 1. Kualitas air selama pemeliharaan
a.    Suhu
Menurut hidayat (2015), suhu adalah faktor yang mempengaruhi laju metabolisme dan kelarutan gas dalam air. Suhu yang optimal menurut Standar Nasional Indonesia (2000), adalah 25-30°C. Rentang suhu pada pemeliharaan tidak optimal karena suhu ada pada kisaran 26-37°C. Perbedaan suhu yang signifikan ini dapat mempengaruhi kondisi ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kordi dan Andi (2009) yaitu Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu penyebaran organisme baik dilautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan biota air. Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai ekstrim (drastis).
Pemeliharaan pada minggu ke-1 terlihat bahwa pada pagi hari, suhu ada pada kisaran 26-28°C,suhu pada siang hari ada pada kisaran 32- 37°C. Sedangkan, pada sore hari suhu ada pada kisaran 32-36°C. Perbedaan suhu pada pagi dan sore adalah sampai pada 10°C. Pemeliharaan pada minggu ke-2 sampai pada minggu akhir pemeliharaan, suhu tetap mengalami perbedaan yang drastis pada pagi hingga sore hari. Perubahan suhu kurang dari 10°C terjadi pada hari ke-12, yaitu suhu pagi hingga sore ada pada kisaran 27-32°C, hal ini dikarenakan hujan terjadi pada siang hari. Perbedaan suhu yang signifikan dapat menyebabkan stress pada ikan hingga ikan mudah terserang penyakit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mazeaud dan Mazeaud (1981) dalam hidayat bahwa perubahan suhu dapat mengakibatkan ikan stress hingga mengalami kematian.
b.        pH Air
Menurut Andayani(2005), pH adalah cerminan derajat keasaman yang diukur dari jumlah ion hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H+).pH air selama pemeliharaan menunjukkan nilai kisaran 6,25- 7,89. Sedangkan, menurut SNI suhu optimal adalah 6,5- 8,5. Penurunan suhu pada saat pemeliharaan yaitu mencapai terendah 6,25 dapat disebabkan oleh bahan organik pada media pemeliharaan yang disebabkan oleh sisa pakan dan ekstrak daun sirih yang diaplikasikan pada media pemeliharaan.  Hal ini sesuai dengan pernyataan Anonymous (2003) yaitu Perbedaan pH disebabkan adanya perbedaan komponen-komponen asam yang terdapat dalam daun sirih. Dalam daun sirih terkandung komponenkomponen yang sifatnya asam, antara lain asam nikotinat dan asam askorbat (vitamin C).
Sperling dan Suriawiria dalam Himawati (2010), pH yang rendah dapat menghambat kontaminasi mikroorganisme pembusuk, mikroorganisme patogen serta mikroorganisme penghasil racun akan mati. Hal ini juga didukung oleh Campo et al., (2000) yang menyatakan bahwa aktivitas antimikroba rosemary meningkat dengan menurunnya pH karena sel-sel yang mengalami stres pada pH rendah akan lebih sensitif terhadap ekstrak rosemary.
c.         DO (Disolved Oxigent)
Oksigen  terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara (Tyar,2015). Oksigen terlarut atau DO saat pemeliharaan adalah 8 mg/l yang artinya setiap 1 liter air terdapat oksigen terlarut sebanyak 8 mg. Oksigen optimal menurut SNI adalah 4 mg/l, sehingga oksigen terlarut pada saat pemeliharaan kurang optimal karena melebihi standar SNI yang telah ditentukan. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2000). Organisme atau Fitoplankton yang terdapat diperairan dapat dilihat dari warna air yang kehijauan. Menurut Herawati (1989), cirri fitoplankton chlorophyta adalah Berwarna hijau karena mempunyai proporsi pigmen pada chloroplas nya jauh lebih baik.
Oksigen terlarut dengan nilai 8 tidak berpengaruh terhadap kondisi ikan karena kebutuhan oksigen dalam periaran terpenuhi.



V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1    Kesimpulan
Dari kegiatan proyek mandiri tentang efektivitas ekstrak daun sirih (piper betle)dan probiotik pada pendederan II ikan lele (clarias sp) dapat disimpulkan bahwa:
a.         Pertumbuhan berat rata-rata benih ikan lele pada akhir pemeliharaan sebesar 16,25 gram/ekor dengan kisaran laju pertumbuhan berat 6,2 % - 12,286 %. Hal ini lebih optimal dibandingkan dengan pendapat Menurut Suhenda (1988), laju pertumbuhan ikan lele sebesar 1,25% per hari apabila diberi pakan yang mengandung protein 45 % dan energy 3.000 Kcal/kilogram pakan (Fuad, 2005).
b.        Sintasan ikan lele selama pemeliharaan sebesar 76,5% yaitu dengan padat tebar 400 ekor, jumlah ikan yang mati adalah sebanyak 96 ekor yang disebabkan oleh penyerangan penyakit aeromonas hydrophilla pada minggu ke-3 pemeliharaan.
c.         Ektrak daun sirih kurang efektif dalam pencegahan penyerangan bakteri aeromonas hydrophilla akan tetapi efektif dalam pengobatan penyakit aeromonas hydrophilla karena terjadi peningkatan sembuhnya ikan lele dari perhitungan prevalensi sebesar 32 % menjadi 5%.
5.2       Saran
Saran yang dapat disampaikan dari proyek mandiri ini adalah sebagai berikut:
a.         Aplikasi probiotik pada pakan sebaiknya dilakukan sebanyak 5 ml/kg karena dapat mengoptimalkan pertumbuhan ikan lele pada tahap pendederan.
b.        Aplikasi ekstrak daun sirih perlu mempertimbangkan kondisi ikan, kondisi kualitas air, metode pengaplikasian dan dosis yang akan ditentukan.


















DAFTAR PUSTAKA
Mulia, Dini Siswani. Husin,arif. 2015. Efektivitas Ekstrak Daun Sirih Dalam Menanggulangi Ikan Patin Yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas Hydrophila
Fidyandini, Hilma Putri. Subekti, Sri dan Kismiyati. 2012. Identifikasi Dan Prevalensi Ektoparasit Pada Ikan Bandeng (Chanos Chanos) Yang Dipelihara Di Karamba Jaring Apung Upbl Situbondo Dan Di Tambak Desa Bangunrejo Kecamatan Jabon Sidoarjo
Endang Setiawati, jariyah.dkk. 2013. Pengaruh Penambahan Probiotik Pada Pakan Dengan Dosis Berbeda Terhadap Pertumbuhan, Kelulushidupan, Efisiensi Pakan Dan  Retensi Protein Ikan Patin (Pangasius Hypophthalmus)
Irianto, A. 2003. Probiotik Akuakultur. Gadjah Mada University Press.     Yogyakarta.125 p.
Zizhong,Q Z. Xiao-Hua, N. Boon and P. Bossier. 2009.  Probiotics  in Aquaculture of China - Current  Stale, Problems  and Prospect.  Aquaculture 290  : 15-21
Yousefian,  M. & M. S. Amiri.  2009.  A Review  of the Use of Prebiotic  in Aquaculture for  Fish and  Sbrimp.  African Journal of BiolechnoloKY   Vol.  8 (25),  pp. 7313-7318.
Yuniarani, nia. 2013. Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle L) Pada Pakan Terhadap Tingkat Kesehatan Ikan Nila Gift (Oreochromis Niloticus)

Lampiran





Data pertumbuhan
Data pertumbuhan berat
tebar
sampling I
sampling II
sampling III
sampling IV
Sampling V
Sampling VI
0,675
1,13
2,1
3,2
4,975
7,22
16,25

Data pertumbuhan panjang
tebar
sampling I
sampling II
sampling III
sampling IV
sampling V
Sampling VI
4,465
4,96
6,36
7,3
8,4
9,635
12,875

Data laju pertumbuhan berat harian
minggu I
minggu II
minggu III
minggu IV
minggu V
minggu VI
7,63
9,25
6,2
6,5
5,46
12,286

Data laju pertumbuhan panjang harian
minggu I
minggu II
minggu III
minggu IV
minggu V
minggu VI
1,51
3,61
1,98
2,02
1,97
4,22

Data efesiensi pakan
minggu I
minggu II
minggu III
minggu IV
minggu V
minggu VI
166,97
155,38
135,12
136,4
118
281,45









Data kualitas air
NO
TANGGAL
SUHU


PH
DO


PAGI
SIANG
SORE


1
1 NOVEMBER 2015


32


2
2 NOVEMBER 2015
27
36
35


3
3 NOVEMBER 2015
26
37
35


4
4 NOVEMBER 2015
27
34
35


5
5 NOVEMBER 2015
28
33
35


6
6 NOVEMBER 2015
27
32
32
PAGI 6,65 SORE 7,5

7
7 NOVEMBER 2015
26
32
32


8
8 NOVEMBER 2015
28
31
31
6,25

9
9 NOVEMBER 2015
26
32
32


10
10 NOVEMBER 2015
28
31
31


11
11 NOVEMBER 2015
28
33
32


12
12 NOVEMBER 2015
27
31
32


13
13 NOVEMBER 2015
27
33
33


14
14 NOVEMBER 2015
32
33
33


15
15 NOVEMBER 2015
30
32
32


16
16 NOVEMBER 2015
26
33
31
7,89
8
17
17 NOVEMBER 2015
29
33
31


18
18 NOVEMBER 2015
26
34
36


19
19 NOVEMBER 2015
27
30
30


20
20 NOVEMBER 2015
27
32
32


21
21 NOVEMBER 2015
29
33
34


22
22 NOVEMBER 2015
28
32
32


23
23 NOVEMBER 2015
28
33
33


24
24 NOVEMBER 2015
27
31
33


25
25 NOVEMBER 2015
26
32
34


26
26 NOVEMBER 2015
27
33
33


27
27 NOVEMBER 2015
27
33
34


28
28 NOVEMBER 2015
28
35
35


29
29 NOVEMBER 2015
27
35
34


30
30 NOVEMBER 2015
27
33
33
7,35

31
01 Desember 2015
28
35
36


32
02 Desember 2015
27
33
36


33
03 Desember 2015
27
30
31


34
04 Desember 2015
28
32
32


35
05 Desember 2015
28
32
31


36
06 Desember 2015
27
34
32


37
07 Desember 2015
28
33
36


38
08 Desember 2015
29
30
30


39
09 Desember 2015
28
31
30


40
10 Desember 2015
28
32
31


40
11 Desember 2015
28
31
36


41
12 Desember 2015
28
30
33


42
13 Desember 2015
28
30
30



Data pakan
tabel pemberian pakan
hari
tanggal
FR 5% (gram)
PAKAN HABIS(gram)
RESPON PAKAN (%)
senin
2 NOVEMBER 2015
13,5
16,6
122,96%
selasa
3 NOVEMBER 2015
13,5
16,6
122,96%
rabu
4 NOVEMBER 2015
13,5
16,6
122,96%
kamis
5 NOVEMBER 2015
13,5
16,6
122,96%
jumat
6 NOVEMBER 2015
13,5
16,6
122,96%
sabtu
7 NOVEMBER 2015
13,5
19,87
147,19%
minggu
8 NOVEMBER 2015
13,5
6,37
47,19%
senin
9 NOVEMBER 2015
22,6
39,5
174,78%
selasa
10 NOVEMBER 2015
22,6
39,5
174,78%
rabu
11 NOVEMBER 2015
22,6
39,5
174,78%
kamis
12 NOVEMBER 2015
22,6
39,5
174,78%
jumat
13 NOVEMBER 2015
22,6
38
168,14%
sabtu
14 NOVEMBER 2015
22,6
28
123,89%
minggu
15 NOVEMBER 2015
22,6
23
101,77%
senin
16 NOVEMBER 2015
40,79
45
110,32%
selasa
17 NOVEMBER 2015
40,79
62
152,00%
rabu
18 NOVEMBER 2015
40,79
38
93,16%
kamis
19 NOVEMBER 2015
40,79
62
152,00%
jumat
20 NOVEMBER 2015
40,79
32
78,45%
sabtu
21 NOVEMBER 2015
40,79
41
100,51%
minggu
22 NOVEMBER 2015
40,79
32
78,45%
senin
23 NOVEMBER 2015
60
64
106,67%
selasa
24 NOVEMBER 2015
60
64
106,67%
rabu
25 NOVEMBER 2015
60
64
106,67%
kamis
26 NOVEMBER 2015
60
94
156,67%
jumat
27 NOVEMBER 2015
60
64
106,67%
sabtu
28 NOVEMBER 2015
60
66
110,00%
minggu
29 NOVEMBER 2015
60
34
56,67%
senin
30 NOVEMBER 2015
93,28
94
100,77%
selasa
01 Desember 2015
93,28
60
64,32%
rabu
02 Desember 2015
93,28
75
80,40%
kamis
03 Desember 2015
93,28
89
95,41%
jumat
04 Desember 2015
93,28
113
121,14%
sabtu
05 Desember 2015
93,28
75
80,40%
minggu
06 Desember 2015
93,28
64
68,61%
senin
07 Desember 2015
135
105
77,78%
selasa
08 Desember 2015
135
112
82,96%
rabu
09 Desember 2015
135
188
139,26%
kamis
10 Desember 2015
135
129
95,56%
jumat
11 Desember 2015
135
77
57,04%
sabtu
12 Desember 2015
135
148
109,63%
minggu
13 Desember 2015
135
190
140,74%
jumlah
2556,19
2637,24


Tidak ada komentar:

Posting Komentar