MAKALAH
BIOTEKNOLOGI
PERIKANAN
PENGARUH
PEMBERIAN PROBIOTIK BERBEDA PADA PAKAN KOMERSIAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
EFISIENSI PAKAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp.)
Oleh:
PUJI
RAHAYU
NPM
13742040
PROGRAM STUDI
BUDIDAYA PERIKANAN
JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI
LAMPUNG
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor
perikanan budidaya ikan
air tawar di Indonesia memiliki potensi untuk
dikembangkan melalui ekstensifikasi maupun intensifikasi. Komoditas budidaya
ikan air tawar seperti Lele Sangkuriang memiliki permintaan cukup tinggi yaitu
mencapai ± 500.000 ekor/minggu di pasar domestik (Lele Dramaga,2010).
Pakan merupakan salah satu unsur penting dalam
kegiatan budidaya yang menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan
budidaya. Pakan pada kegiatan budidaya
umumnya adalah pakan
komersial yang menghabiskan
sekitar 60-70% dari total biaya
produksi yang dikeluarkan.
Hal inilah yang menyebabkan
pentingnya pakan sehingga perlu dilakukan penelitian untuk memperbaiki nilai
nutrisi pakan yaitu dengan penambahan probiotik.
Probiotik menurut Fuller (1987) adalah produk yang
tersusun oleh biakan mikroba atau pakan alami mikroskopik yang bersifat
menguntungkan dan memberikan dampak bagi peningkatan keseimbangan mikroba
saluran usus hewan inang. Wang et al. (2008) dalam Ahmadi (2012)
menjelaskan bahwa bakteri probiotik
menghasilkan enzim yang
mampu mengurai senyawa kompleks menjadi sederhana sehingga siap
digunakan ikan. Dalam meningkatkan nutrisi pakan, bakteri yang terdapat dalam
probiotik memiliki mekanisme dalam menghasilkan beberapa enzim untuk pencernaan
pakan seperti amylase, protease, lipase dan selulose. Enzim tersebut yang akan
membantu menghidrolisis nutrien pakan (molekul kompleks), seperti memecah
karbohidrat, protein dan lemak menjadi molekul yang lebih
sederhana akan mempermudah proses pencernaan
dan penyerapan dalam saluran pencernaan ikan (Putra, 2010).
Hal ini sesuai dengan pernyataan Dhingra (1993)
bahwa probiotik bermanfaat dalam mengatur lingkungan mikroba pada usus,
menghalangi mikroorganisme patogen usus dan memperbaiki efisiensi pakan dengan
melepas enzim yang membantu proses pencernaan makanan. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik komersial yang berbeda pada pakan
buatan terhadap laju pertumbuhan dan efisiensi pakan pada ikan lele
sangkuriang.
1.2 Tujuan
Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penambahan probiotik
yang berbeda pada
pakan komersial terhadap pertumbuhan dan
efisiensi pakan ikan
Lele sangkuriang.
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat
mengetahui pengaruh pemberian probiotik pada pakan komersial terhadap
pertumbuhan ikan dan efisiensi pakan serta memberikan informasi terutama bagi
pembudidaya ikan tentang produk probiotik berkualitas baik yang dapat meningkatkan
pertumbuhan ikan dan mengurangi efisiensi pakan, sehingga
dapat mempercepat kegiatan budidaya, mengurangi biaya operasional, dan bernilai
ekonomis tinggi
II.
ISI
2.1 Pelaksanaan
Penelitian
ini akan dilaksanakan
di Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan pada bulan
Mei-Juni 2013.
2.2 Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan adalah 20 buah akuarium dengan
ukuran 30 x 20 x 20 cm, selang dan batu aerasi, timbangan digital, penggaris,
saringan, baskom, termometer, pH paper, ammonia test kit, dan DO test kit.
Bahan yang digunakan adalah benih ikan lele
Sangkuriang dengan berat 5 –
7 gram, pakan
buatan komersial dengan kadar
protein 17-19%; lemak 5%; abu 15%; serat kasar 8%; air 10%, probiotik komersial
yang berbentuk cair merk “Raja Lele” (probiotik A) yang berisi bakteri
Lactobacillus sp., Acetobacter, dan Ragi (yeast); merk ”Raja Grameh”
(probiotik B) yang berisi mikroba Lactobacillus sp.,
Acetobacter, Rhodobacter, yeast; dan merk ”Probio 7” (probiotik C) yang berisi bakteri Saccharomyces
cerevisiae, Lactobacillus acidophilus, Bacillus subtilis, Aspergillus oryzae,
Rhodopseudomonas, Actinomycetes, dan Nitrobacter.
2.3 Metode Pelaksanaan
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan jumlah perlakuan sebanyak empat, dan
jumlah ulangan sebanyak lima
kali (Kusriningrum,2008). Adapun
tiga macam probiotik yang digunakan yaitu Raja Lele, Raja Grameh, dan Probio 7
Perlakuan
yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
P1: pelet tanpa
probiotik (kontrol) P2: pelet + 5 % probiotik A
P3: pelet + 5 %
probiotik B
P4: pelet + 5 %
probiotik C
Prosedur penelitian
meliputi persiapan bak pemeliharaan, persiapan benih, persiapan pakan,
pemberian pakan dan pemeliharaan ikan lele
sangkuriang. Persiapan bak pemeliharaan ikan lele
Sangkuriang yaitu akuarium,
selang dan batu aerasi serta saringan yang terlebih dahulu dibersihkan, aerator
dipasang, sterilisasi air media dilakukan
dengan menggunakan klorin 1,5
ppm dan disebar merata ke dalam air di tandon selama 24 jam, air tawar dari
tandon diisikan pada tiap akuarium sebanyak tujuh liter dan diberi sebuah batu
dan selang aerasi.
Persiapan
benih ikan Lele Sangkuriang diaklimatisasi terlebih dahulu selama lima menit
sehingga suhu air media selama pengangkutan benih dengan air media pada
akuarium sama. Benih ikan Lele Sangkuriang kemudian dimasukkan ke dalam
akuarium, masing-masing akuarium 10 ekor ikan.
Persiapan
pakan ikan Lele Sangkuriang yaitu pelet disiapkan sesuai dengan kebutuhan ikan,
misalnya 100 gram pelet untuk masing-
masing perlakuan. Pada perlakuan A, B, C, dan D, masing-masing pelet sebanyak
100 gram dicampurkan dengan probiotik
5% lalu dicampur merata dan
dikeringkan selama 30 menit. Pelet ditimbang 3% dari biomassa.
Pemberian pakan
ikan Lele Sangkuriang pada
masing-masing akuarium dengan frekuensi tiga
kali yaitu pada
pukul 08.00, 12.00 dan 16.00. Pakan yang diberikan disesuaikan pada
masing-masing akuarium.
Pemeliharaan
ikan Lele Sangkuriang dilakukan selama 30 hari. Penyiponan dilakukan dilakukan
setiap hari yaitu pada pukul 08.00. Penyiponan dilakukan dengan cara
mengeluarkan kotoran dan air melalui selang, sekaligus penggantian air sebanyak
50 % dari
volume air sebelumnya.
Air baru ditambahkan berasal dari PDAM yang diendapkan selama 24 jam dan
ditambahkan klorin 1,5 ppm yang bertujuan untuk sterilisasi air pemeliharaan.
Parameter
yang diamati selama penelitian terdiri dari parameter uji utama dan parameter
uji penunjang. Parameter uji utama terdiri
dari laju pertumbuhan dan
efisiensi pakan, sedangkan parameter uji penunjang yaitu pH, suhu, kadar
amoniak dan oksigen terlarut.
Pengamatan
pertumbuhan terdiri atas laju pertumbuhan. Pengukuran berat tubuh (w)
setiap sepuluh hari
selama 30 hari pemeliharaan. Perhitungan pertumbuhan
dilakukan dengan menggunakan rumus.
Laju
pertumbuhan adalah pertambahan berat pada suatu waktu tertentu. Perhitungan
pertumbuhan menggunakan rumus:
Wt = Wo (1+0,01 α) t
Keterangan :
Wt = berat rata-rata individu ikan pasa waktu
ke-t (g)
Wo = berat rata-rata individu ikan pada waktu
t=0 (g)
Α = laju pertumbuhan harian individu (%)
T = waktu (hari)
Berat
tubuh benih ikan
lele Sangkuriang diukur tiap 10 hari selama 30 hari pemeliharaan. Cara
pengukuran berat tubuh yaitu
mangkok berisi air
tawar ditimbang terlebih
dahulu, kemudian ikan pada
masing- masing akuarium diambil dengan seser dan dikeringkan dengan
tissue. Ikan kemudian dimasukkan mangkok yang
telah berisi air tawar, ditimbang dan dicatat hasil
penimbangan ikan, air dan mangkok lalu dikurangi dengan air dan mangkok saja. Ikan
tersebut dikembalikan ke akuarium semula
setelah air yang
lama diganti dengan air yang baru.
Nilai efisiensi pakan dihitung
berdasarkan selisih biomassa
ikan diakhirpenelitian dengan
biomassa ikan diawal penelitian dibagi dengan berat pakan yang diberikan dengan
menggunakan rumus :
Keterangan:
EP = efisiensi pemberian pakan (%)
Bd = berat ikan yang mati (g)
Bt = berat akhir biomassa ikan (g)
Bo = berat awal biomassa ikan (g)
F = berat pakan yang diberikan (g)
Pengamatan kualitas air yang diukur
meliputi pH, suhu, kadar amonia dan oksigen terlarut. Pengamatan kualitas air
dilakukan tiga kali sehari yaitu pada pukul 08.00, 12.00 dan16.00 selama
penelitian.Pengukuran suhu air diukur dengan termometer air, pH diukur dengan
kertas indikator pH (pH paper), oksigen terlarut menggunakan DO test kit dan
untuk kadar amonia menggunakan amonia test kit. Pengukuran ini masing-masing dilakukan dua kali seminggu yaitu pada pukul 08.00 dan
15.00 selama penelitian.
Pengolahan data dilakukan dengan
perhitungan statistik menggunakan metode ANOVA (Analysis
of Variance) untuk mengetahui perlakuan yang diberikan
(Kusriningrum, 2008). Diagram alur penelitian terdapat pada Gambar 4.1.Hasil
pengamatan laju pertumbuhan harian pada benih ikan lele sangkuriang selama 30
hari dapat dilihat pada Tabel 1.
Data laju pertumbuhan harian rata-rata
terdapat pada Lampiran 3 dan analisis statistik laju pertumbuhan harian benih
ikan lele sangkuriang terdapat pada Lampiran 4. Uji statistik laju pertumbuhan
harian menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan probiotik yang berbeda
menghasilkan laju pertumbuhan harian benih ikan lele sangkuriang yang berbeda
nyata (p<0,05). Setelah dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan (Duncan’s
Multiple Range Test) dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan harian tertinggi
terdapat pada perlakuan B yang berbeda nyata dengan perlakuan P1 walaupun tidak
berbeda nyata dengan perlakuan P3 dan P4,
sedangkan laju pertumbuhan
harian terendah didapat pada perlakuan P1.
Data efisiensi pakan benih ikan lele
sangkuriang selama pemeliharaan 30 hari terdapat pada Lampiran 8. Efisiensi
pakan rata- rata (%) benih ikan lele sangkuriang selama pemeliharaan 30 hari
terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2. Efisiensi pakan rata-rata
(%) benih ikan lele sangkuriang pada setiap
perlakuan selama penelitian 30 hari.
Perlakuan
|
Efisiensi
Pakan ± SD
|
P1
P2
P3
P4
|
30,27b
± 12,65
54,69a
± 9,67
47,23a
± 13,36
ab
44,22 ± 9,93
|
Efisiensi pakan rata-rata yang terdapat
pada Lampiran 10.
Hasil uji statistik menunjukan bahwa pemberian pakan
dengan probiotik yang berbeda menghasilkan efisiensi pakan yang berbeda nyata
(p<0,05) terhadap benih ikan lele sangkuriang. Setelah dilanjutkan dengan
uji Jarak Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) dapat diketahui bahwa
efisiensi pakan tertinggi didapat pada perlakuan B yang
berbeda nyata dengan
perlakuan P1 tetapi tidak berbeda
nyata dengan P3 dan P4, sedangkan
efisiensi pakan terendah
didapat pada perlakuan P1. tabel 1. Laju Pertumbuhan Harian Rata-rata
Ikan Lele Sangkuriang pada Setiap Perlakuan
Perlakuan
|
Laju
Pertumbuhan Harian ± SD
|
Transformasi
√y ± SD
|
A
B
C D
|
1,73b
± 0,7
2,88a
± 0,38
2,51a
± 0,50
2,46ab
± 0,55
|
1,29
± 0,26
1,69
± 0,11
1,57
± 0,16
1,56
± 0,17
|
Hasil analisis statistik menunjukkan
pemberian pakan pada
masing-masing perlakuan dengan probiotik yang berbeda menunjukkan
perbedaan yang signifikan terhadap laju pertumbuhan harian ikan lele
sangkuriang. Tabel 5.1
menunjukkan bahwa laju
pertumbuhan tertinggi didapat pada perlakuan P2 dengan rata-rata pertumbuhan
harian sebanyak 2,88 gram/hari. Peningkatan berat tubuh ikan lele sangkuriang
selama penelitian menunjukkan adanya pertumbuhan. Handajani dan Widodo (2010)
menyatakan bahwa pertumbuhan sebagai
pertambahan dalam volume dan berat dalam waktu tertentu. Pertumbuhan
ikan lele sangkuriang disebabkan oleh beberapa faktor terutama adanya pasokan
energi dari pakan.
Kelebihan energi yang dibutuhkan untuk
pemeliharaan dan aktifitas tubuh dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Laju
pertumbuhan harian berfungsi untuk
menghitung persentase pertumbuhan berat ikan. Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan harian ikan lele sangkuriang
cenderung meningkat dengan perlakuan
penambahan probiotik komersial dengan dosis 5%.
Pertumbuhan ikan lele sangkuriang
tertinggi dengan perlakuan penambahan probiotik A dalam pakan yang menunjukkan
peran aktif bakteri pada saluran pencernaan. Bakteri yang
terkandung dalam probiotik
A yaitu bakteri Lactobacillus, Acetobacter,
dan ragi (yeast) yang beraktivitas ketika masuk dalam saluran pencernaan
yaitu tumbuh kemudian berkoloni. Lactobacillus akan mengubah karbohidrat
menjadi asam laktat, kemudian asam laktat dapat menciptakan suasana pH yang
lebih rendah. Dalam keadaan asam,
Lactobacillus memiliki kemampuan untuk menghambat bakteri pathogen
dan bakteri pembusuk (Delgado et al., 2001 dalam Rostini,2007).
Suasana asam pada usus akan meningkatkan
sekresi enzim proteolitik (kecernaan pakan) dalam saluran pencernaan merombak
protein menjadi asam amino yang kemudian diserap lebih cepat oleh usus.
Pernyataan tersebut sesuai dengan
pernyataan Gatesoupe (1999) dalam Mulyadi (2011) bahwa aktivitas bakteri
dalam pencernaan akan berubah dengan cepat apabila ada mikroba
yang masuk melalui pakan
atau air yang menyebabkan terjadinya perubahan
keseimbangan bakteri yang sudah ada dalam usus (saluran pencernaan) dengan
bakteri yang masuk. Adanya keseimbangan antara bakteri saluran pencernaan ikan
menyebabkan bakteri probiotik bersifat antagonis terhadap bakteri pathogen sehingga
saluran pencernaan ikan lebih
baik dalam mencerna
dan menyerap nutrisi pakan. Kandungan
bakteri pada probiotik
A dapat menyebabkan tingginya aktivitas bakteri pada saluran pencernaan
dan perbedaan jumlah bakteri probiotik yang terkandung dapat mempengaruhi laju
pertumbuhan ikan.
Kecenderungan laju pertumbuhan yang tinggi erat
kaitannya dengan jenis
probiotik dan spesies ikan, dimana jenis bakteri yang tidak beragam diduga menyebabkan jumlah bakteri mencapai nilai optimum untuk
kebutuhan perrtumbuhan ikan lele sangkuriang.
Efisiensi pakan adalah nilai
perbandingan antara pertambahan berat dengan pakan yang dikonsumsi yang
dinyatakan dalam persen (Mudjiman, 2004). Semakin tinggi nilai efisiensi pakan
maka respon ikan
terhadap pakan tersebut semakin baik yang ditunjukkan dengan pertumbuhan
ikan yang cepat (Hariyadi dkk., 2005). Hasil analisis statistik menunjukkan
pemberian pakan pada
masing-masing perlakuan dengan probiotik yang berbeda menunjukkan bahwa
probiotik dalam pakan memiliki efisiensi pakan yang cukup baik bagi ikan lele
sangkuriang. Hasil rata-rata efisiensi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan
P2 (54,69%), hal tersebut
menunjukkan bahwa pada perlakuan
P2 sesuai dengan
kebutuhan nilai sehingga pencernaan
dan penyerapan pakan yang
dicampur probiotik efektif diserap untuk meningkatkan berat ikan dan persentasi
pakan yang diubah menjadi daging meningkat. Nilai efisiensi
pakan tersebut berada
pada kisaran yang baik, karena menurut Craig dan Helfrig (2002) dalam
Ahmadi (2012) bahwa pakan dikatakan baik apabila nilai efisiensi pakan lebih
dari 50% atau bahkan mendekati 100%.
Perlakuan P1 (kontrol) menunjukkan
efisiensi pakan yang rendah, hal ini disebabkan oleh kurangnya penyerapan pakan
rendahnya efisiensi pakan karena dipengaruhi aktivitas pencernaan yang tidak
dibantu oleh adanya bakteri probiotik sehingga penyerapan energi untuk
pertumbuhan ikan juga kurang sempurna.
Efisiensi penggunaan pakan menunjukkan
nilai pakan yang dapat merubah menjadi pertambahan pada berat badan ikan.
Efisiensi pakan dapat
dilihat dari beberapa faktor dimana salah satunya adalah
rasio konversi pakan. Menurut Hariati
(1989) bahwa tingkat efisiensi penggunaan pakan yang terbaik akan dicapai pada
nilai perhitungan konversi pakan terendah, dimana pada perlakuan tersebut
kondisi kualitas pakan lebih baik daripada perlakuan yang lain.
Kondisi
kualitas pakan yang baik
mengakibatkan energi yang diperoleh pada ikan lele sangkuriang lebih banyak
untuk pertumbuhan, sehingga ikan dengan pemberian pakan yang
sedikit diharapkan laju pertumbuhan meningkat.Penggunaan pakan
oleh ikan menunjukkan nilai presentase pakan yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh
ikan. Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya efisiensi pakan adalah jenis
sumber nutrisi dan jumlah dari masing-masing komponen sumber nutrisi dalam
pakan tersebut. Jumlah dan kualitas pakan yang diberikan kepada ikan
berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Semakin tinggi nilai efisiensi pakan
maka respon ikan terhadap pakan tersebut semakin baik yang ditujukkan dengan
pertumbuhan ikan yang cepat (Hariyadi
dkk.,2005).
III.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil
penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Pemberian
probiotik yang berbeda pada
pakan komersial berpengaruh
terhadap laju pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan lele sangkuriang (Clarias
sp.). Pemberian probiotik B menunjukkan laju pertumbuhan tertinggi dan
efisiensi pakan tertinggi pada ikan lele sangkuriang (Clarias sp.).
Daftar
pustaka
Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan
Teknik Perikanan. Rineka Cipta. Jakarta. 179 hal.Fuller, R. 1987
Tidak ada komentar:
Posting Komentar