Kamis, 07 Januari 2016

MAKALAH
BIOTEKNOLOGI PERIKANAN
PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK BERBEDA PADA PAKAN KOMERSIAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp.)

Oleh:
PUJI RAHAYU
NPM 13742040


6.JPG

PROGRAM  STUDI  BUDIDAYA PERIKANAN
JURUSAN  PETERNAKAN
POLITEKNIK  NEGERI  LAMPUNG
2015
I.                   PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sektor  perikanan  budidaya  ikan  air tawar di Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan melalui ekstensifikasi maupun intensifikasi. Komoditas budidaya ikan air tawar seperti Lele Sangkuriang memiliki permintaan cukup tinggi yaitu mencapai ± 500.000 ekor/minggu di pasar domestik (Lele Dramaga,2010).
Pakan merupakan salah satu unsur penting dalam kegiatan budidaya yang menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan budidaya. Pakan pada kegiatan budidaya  umumnya  adalah  pakan  komersial yang  menghabiskan sekitar 60-70% dari total biaya  produksi  yang  dikeluarkan.  Hal  inilah yang menyebabkan pentingnya pakan sehingga perlu dilakukan penelitian untuk memperbaiki nilai nutrisi pakan yaitu dengan penambahan probiotik.
Probiotik menurut Fuller (1987) adalah produk yang tersusun oleh biakan mikroba atau pakan alami mikroskopik yang bersifat menguntungkan dan memberikan dampak bagi peningkatan   keseimbangan   mikroba   saluran usus hewan inang. Wang et al. (2008) dalam Ahmadi (2012) menjelaskan bahwa bakteri probiotik  menghasilkan  enzim  yang  mampu mengurai senyawa kompleks menjadi sederhana sehingga siap digunakan ikan. Dalam meningkatkan nutrisi pakan, bakteri yang terdapat dalam probiotik memiliki mekanisme dalam menghasilkan beberapa enzim untuk pencernaan pakan seperti amylase, protease, lipase dan selulose. Enzim tersebut yang akan membantu menghidrolisis nutrien pakan (molekul kompleks), seperti memecah karbohidrat, protein dan lemak menjadi molekul yang   lebih   sederhana   akan   mempermudah proses   pencernaan   dan   penyerapan   dalam saluran pencernaan ikan (Putra, 2010).
Hal ini sesuai dengan pernyataan Dhingra (1993) bahwa probiotik bermanfaat dalam mengatur lingkungan mikroba pada usus, menghalangi mikroorganisme patogen usus dan memperbaiki efisiensi pakan dengan melepas enzim yang membantu proses pencernaan makanan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik komersial yang berbeda pada pakan buatan terhadap laju pertumbuhan dan efisiensi pakan pada ikan lele sangkuriang.
1.2  Tujuan
Tujuan  penelitian  ini  adalah mengetahui pengaruh penambahan probiotik yang  berbeda  pada  pakan  komersial  terhadap pertumbuhan  dan  efisiensi  pakan  ikan  Lele sangkuriang.
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat mengetahui pengaruh pemberian probiotik pada pakan komersial terhadap pertumbuhan ikan dan efisiensi pakan serta memberikan informasi terutama bagi pembudidaya ikan tentang produk probiotik berkualitas baik yang dapat   meningkatkan  pertumbuhan   ikan   dan mengurangi efisiensi pakan, sehingga dapat mempercepat kegiatan budidaya, mengurangi biaya operasional, dan bernilai ekonomis tinggi


















II.                ISI
2.1  Pelaksanaan
Penelitian  ini  akan  dilaksanakan  di Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan pada bulan Mei-Juni 2013.

2.2  Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan adalah 20 buah akuarium dengan ukuran 30 x 20 x 20 cm, selang dan batu aerasi, timbangan digital, penggaris, saringan, baskom, termometer, pH paper, ammonia test kit, dan DO test kit.
Bahan yang digunakan adalah benih ikan lele Sangkuriang dengan berat  5  –  7  gram,  pakan  buatan  komersial dengan kadar protein 17-19%; lemak 5%; abu 15%; serat kasar 8%; air 10%, probiotik komersial yang berbentuk cair merk “Raja Lele” (probiotik A) yang berisi bakteri Lactobacillus sp., Acetobacter, dan Ragi (yeast); merk ”Raja Grameh” (probiotik   B)   yang berisi mikroba Lactobacillus sp., Acetobacter, Rhodobacter, yeast; dan merk ”Probio 7” (probiotik  C) yang berisi bakteri Saccharomyces cerevisiae, Lactobacillus acidophilus, Bacillus subtilis, Aspergillus oryzae, Rhodopseudomonas, Actinomycetes, dan Nitrobacter.

2.3  Metode Pelaksanaan
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan   Acak   Lengkap   (RAL)   dengan jumlah perlakuan sebanyak empat, dan jumlah ulangan  sebanyak  lima   kali   (Kusriningrum,2008). Adapun tiga macam probiotik yang digunakan yaitu Raja Lele, Raja Grameh, dan Probio 7
Perlakuan  yang  digunakan  pada penelitian ini yaitu:
P1: pelet tanpa probiotik (kontrol) P2: pelet + 5 % probiotik A
P3: pelet + 5 % probiotik B
P4: pelet + 5 % probiotik C
Prosedur penelitian meliputi persiapan bak pemeliharaan, persiapan benih, persiapan pakan, pemberian pakan dan pemeliharaan ikan lele  sangkuriang. Persiapan  bak  pemeliharaan ikan  lele  Sangkuriang yaitu  akuarium, selang dan batu aerasi serta saringan yang terlebih dahulu dibersihkan, aerator dipasang, sterilisasi air   media   dilakukan   dengan   menggunakan klorin 1,5 ppm dan disebar merata ke dalam air di tandon selama 24 jam, air tawar dari tandon diisikan pada tiap akuarium sebanyak tujuh liter dan diberi sebuah batu dan selang aerasi.
Persiapan benih ikan Lele Sangkuriang diaklimatisasi terlebih dahulu selama lima menit sehingga suhu air media selama pengangkutan benih dengan air media pada akuarium sama. Benih ikan Lele Sangkuriang kemudian dimasukkan ke dalam akuarium, masing-masing akuarium 10 ekor ikan.
Persiapan pakan ikan Lele Sangkuriang yaitu pelet disiapkan sesuai dengan kebutuhan ikan, misalnya 100 gram pelet untuk   masing- masing perlakuan. Pada perlakuan A, B, C, dan D, masing-masing pelet sebanyak 100 gram dicampurkan  dengan  probiotik  5%  lalu dicampur merata dan dikeringkan selama 30 menit. Pelet ditimbang 3% dari biomassa.
Pemberian  pakan  ikan  Lele Sangkuriang pada masing-masing akuarium dengan  frekuensi  tiga  kali  yaitu  pada  pukul 08.00, 12.00 dan 16.00. Pakan yang diberikan disesuaikan pada masing-masing akuarium.
Pemeliharaan ikan Lele Sangkuriang dilakukan selama 30 hari. Penyiponan dilakukan dilakukan setiap hari yaitu pada pukul 08.00. Penyiponan dilakukan dengan cara mengeluarkan kotoran dan air melalui selang, sekaligus penggantian air sebanyak 50 % dari
volume air sebelumnya. Air baru ditambahkan berasal dari PDAM yang diendapkan selama 24 jam dan ditambahkan klorin 1,5 ppm yang bertujuan untuk sterilisasi air pemeliharaan.
Parameter yang diamati selama penelitian terdiri dari parameter uji utama dan parameter uji penunjang. Parameter uji utama terdiri   dari   laju pertumbuhan  dan   efisiensi pakan, sedangkan parameter uji penunjang yaitu pH, suhu, kadar amoniak dan oksigen terlarut.
Pengamatan pertumbuhan terdiri atas laju pertumbuhan. Pengukuran berat tubuh (w) setiap  sepuluh  hari  selama  30  hari pemeliharaan. Perhitungan pertumbuhan dilakukan dengan menggunakan rumus.
Laju pertumbuhan adalah pertambahan berat pada suatu waktu tertentu. Perhitungan pertumbuhan menggunakan rumus:

Wt = Wo (1+0,01 α) t

Keterangan :
Wt   = berat rata-rata individu ikan pasa waktu ke-t (g)
Wo  = berat rata-rata individu ikan pada waktu t=0 (g)
Α     = laju pertumbuhan harian individu (%) T      = waktu (hari)




Berat  tubuh  benih  ikan  lele Sangkuriang diukur tiap 10 hari selama 30 hari pemeliharaan.  Cara  pengukuran  berat  tubuh yaitu   mangkok   berisi   air   tawar   ditimbang terlebih dahulu,  kemudian ikan  pada  masing- masing akuarium diambil dengan seser dan dikeringkan dengan tissue. Ikan kemudian dimasukkan  mangkok  yang  telah  berisi  air tawar, ditimbang dan dicatat hasil penimbangan ikan, air dan mangkok lalu dikurangi dengan air dan mangkok saja. Ikan tersebut dikembalikan ke  akuarium  semula  setelah  air  yang  lama diganti dengan air yang baru.
Nilai efisiensi pakan dihitung berdasarkan   selisih   biomassa   ikan   diakhirpenelitian dengan biomassa ikan diawal penelitian dibagi dengan berat pakan yang diberikan dengan menggunakan rumus :
Keterangan:
EP         = efisiensi pemberian pakan (%) Bd         = berat ikan yang mati (g)
Bt          = berat akhir biomassa ikan (g) Bo         = berat awal biomassa ikan (g)
F            = berat pakan yang diberikan (g)
Pengamatan kualitas air yang diukur meliputi pH, suhu, kadar amonia dan oksigen terlarut. Pengamatan kualitas air dilakukan tiga kali sehari yaitu pada pukul 08.00, 12.00 dan16.00 selama penelitian.Pengukuran suhu air diukur dengan termometer air, pH diukur dengan kertas indikator pH (pH paper), oksigen terlarut menggunakan DO test kit dan untuk kadar amonia menggunakan amonia test kit. Pengukuran ini  masing-masing dilakukan  dua kali seminggu yaitu pada pukul 08.00 dan 15.00 selama penelitian.
Pengolahan data dilakukan dengan perhitungan statistik menggunakan metode ANOVA    (Analysis    of     Variance)    untuk mengetahui perlakuan yang diberikan (Kusriningrum, 2008). Diagram alur penelitian terdapat pada Gambar 4.1.Hasil pengamatan laju pertumbuhan harian pada benih ikan lele sangkuriang selama 30 hari dapat dilihat pada Tabel 1.
Data laju pertumbuhan harian rata-rata terdapat pada Lampiran 3 dan analisis statistik laju pertumbuhan harian benih ikan lele sangkuriang terdapat pada Lampiran 4. Uji statistik laju pertumbuhan harian menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan probiotik yang berbeda menghasilkan laju pertumbuhan harian benih ikan lele sangkuriang yang berbeda nyata (p<0,05). Setelah dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan harian tertinggi terdapat pada perlakuan B yang berbeda nyata dengan perlakuan P1 walaupun tidak berbeda nyata dengan perlakuan P3 dan P4,  sedangkan  laju  pertumbuhan  harian terendah didapat pada perlakuan P1.
Data efisiensi pakan benih ikan lele sangkuriang selama pemeliharaan 30 hari terdapat pada Lampiran 8. Efisiensi pakan rata- rata (%) benih ikan lele sangkuriang selama pemeliharaan 30 hari terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2. Efisiensi pakan rata-rata (%) benih ikan lele sangkuriang pada setiap  perlakuan selama penelitian 30 hari.
Perlakuan
Efisiensi Pakan ± SD
P1
P2
P3
P4
30,27b ± 12,65
54,69a ± 9,67
47,23a ± 13,36
ab
44,22   ± 9,93
Efisiensi pakan rata-rata yang terdapat pada  Lampiran  10.  Hasil  uji  statistik menunjukan bahwa pemberian pakan dengan probiotik yang berbeda menghasilkan efisiensi pakan yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap benih ikan lele sangkuriang. Setelah dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) dapat diketahui bahwa efisiensi pakan tertinggi didapat pada perlakuan B  yang  berbeda  nyata  dengan  perlakuan  P1 tetapi tidak berbeda nyata dengan P3 dan P4, sedangkan  efisiensi  pakan   terendah  didapat pada perlakuan P1. tabel 1. Laju Pertumbuhan Harian Rata-rata Ikan Lele Sangkuriang pada Setiap Perlakuan
Perlakuan
Laju Pertumbuhan Harian ± SD
Transformasi √y ± SD
A
B C D
1,73b ± 0,7
2,88a ± 0,38
2,51a ± 0,50
2,46ab ± 0,55
1,29 ± 0,26
1,69 ± 0,11
1,57 ± 0,16
1,56 ± 0,17
Hasil analisis statistik menunjukkan pemberian  pakan  pada  masing-masing perlakuan dengan probiotik yang berbeda menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap laju pertumbuhan harian ikan lele sangkuriang.  Tabel  5.1  menunjukkan  bahwa laju pertumbuhan tertinggi didapat pada perlakuan P2 dengan rata-rata pertumbuhan harian sebanyak 2,88 gram/hari. Peningkatan berat tubuh ikan lele sangkuriang selama penelitian menunjukkan adanya pertumbuhan. Handajani dan Widodo (2010) menyatakan bahwa  pertumbuhan  sebagai  pertambahan dalam volume dan berat dalam waktu tertentu. Pertumbuhan ikan lele sangkuriang disebabkan oleh beberapa faktor terutama adanya pasokan energi dari pakan.
Kelebihan energi yang dibutuhkan untuk pemeliharaan dan aktifitas tubuh dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Laju pertumbuhan harian berfungsi untuk   menghitung   persentase   pertumbuhan berat ikan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan harian ikan lele sangkuriang cenderung meningkat dengan perlakuan   penambahan   probiotik   komersial dengan dosis 5%.
Pertumbuhan ikan lele sangkuriang tertinggi dengan perlakuan penambahan probiotik A dalam pakan yang menunjukkan peran aktif bakteri pada saluran pencernaan. Bakteri  yang  terkandung  dalam  probiotik  A yaitu  bakteri  Lactobacillus,  Acetobacter,  dan ragi (yeast) yang beraktivitas ketika masuk dalam saluran pencernaan yaitu tumbuh kemudian berkoloni. Lactobacillus akan mengubah karbohidrat menjadi asam laktat, kemudian asam laktat dapat menciptakan suasana pH yang lebih rendah. Dalam keadaan asam,  Lactobacillus  memiliki  kemampuan untuk menghambat bakteri pathogen dan bakteri pembusuk (Delgado et al., 2001 dalam Rostini,2007).
Suasana asam pada usus akan meningkatkan sekresi enzim proteolitik (kecernaan pakan) dalam saluran pencernaan merombak protein  menjadi asam amino  yang kemudian diserap lebih cepat oleh usus. Pernyataan tersebut sesuai  dengan pernyataan Gatesoupe (1999) dalam Mulyadi (2011) bahwa aktivitas  bakteri  dalam  pencernaan  akan berubah dengan cepat apabila ada mikroba yang masuk  melalui  pakan  atau  air  yang menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan bakteri yang sudah ada dalam usus (saluran pencernaan) dengan bakteri yang masuk. Adanya keseimbangan antara bakteri saluran pencernaan ikan menyebabkan bakteri probiotik bersifat antagonis terhadap bakteri pathogen  sehingga  saluran  pencernaan  ikan lebih   baik   dalam   mencerna   dan   menyerap nutrisi pakan. Kandungan bakteri  pada  probiotik  A dapat menyebabkan tingginya aktivitas bakteri pada saluran pencernaan dan perbedaan jumlah bakteri probiotik yang terkandung dapat mempengaruhi laju pertumbuhan ikan.
Kecenderungan laju  pertumbuhan yang  tinggi erat   kaitannya   dengan   jenis   probiotik   dan spesies ikan, dimana jenis  bakteri yang tidak beragam diduga  menyebabkan jumlah  bakteri mencapai nilai optimum untuk kebutuhan perrtumbuhan ikan lele sangkuriang.
Efisiensi pakan adalah nilai perbandingan antara pertambahan berat dengan pakan yang dikonsumsi yang dinyatakan dalam persen (Mudjiman, 2004). Semakin tinggi nilai efisiensi  pakan  maka  respon  ikan  terhadap pakan tersebut semakin baik yang ditunjukkan dengan pertumbuhan ikan yang cepat (Hariyadi dkk., 2005). Hasil analisis statistik menunjukkan pemberian  pakan  pada  masing-masing perlakuan dengan probiotik yang berbeda menunjukkan bahwa probiotik dalam pakan memiliki efisiensi pakan yang cukup baik bagi ikan lele sangkuriang. Hasil rata-rata efisiensi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (54,69%),  hal  tersebut  menunjukkan  bahwa pada  perlakuan  P2  sesuai  dengan  kebutuhan nilai   sehingga   pencernaan   dan   penyerapan pakan yang dicampur probiotik efektif diserap untuk meningkatkan berat ikan dan persentasi pakan yang diubah menjadi daging meningkat. Nilai   efisiensi   pakan   tersebut   berada   pada kisaran yang baik, karena menurut Craig dan Helfrig (2002) dalam Ahmadi (2012) bahwa pakan dikatakan baik apabila nilai efisiensi pakan lebih dari 50% atau bahkan mendekati 100%.
Perlakuan P1 (kontrol) menunjukkan efisiensi pakan yang rendah, hal ini disebabkan oleh kurangnya penyerapan pakan rendahnya efisiensi pakan karena dipengaruhi aktivitas pencernaan yang tidak dibantu oleh adanya bakteri probiotik sehingga penyerapan energi untuk pertumbuhan ikan juga kurang sempurna.
Efisiensi penggunaan pakan menunjukkan nilai pakan yang dapat merubah menjadi pertambahan pada berat badan ikan. Efisiensi  pakan  dapat  dilihat  dari  beberapa faktor dimana salah satunya adalah rasio konversi pakan.  Menurut Hariati (1989) bahwa tingkat efisiensi penggunaan pakan yang terbaik akan dicapai pada nilai perhitungan konversi pakan terendah, dimana pada perlakuan tersebut kondisi kualitas pakan lebih baik daripada perlakuan  yang  lain. 
Kondisi  kualitas  pakan yang baik mengakibatkan energi yang diperoleh pada ikan lele sangkuriang lebih banyak untuk pertumbuhan, sehingga ikan dengan pemberian pakan  yang  sedikit  diharapkan  laju pertumbuhan meningkat.Penggunaan pakan oleh ikan menunjukkan nilai presentase pakan yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh ikan. Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya efisiensi pakan adalah jenis sumber nutrisi dan jumlah dari masing-masing komponen sumber nutrisi dalam pakan tersebut. Jumlah dan kualitas pakan yang diberikan kepada ikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Semakin tinggi nilai efisiensi pakan maka respon ikan terhadap pakan tersebut semakin baik yang ditujukkan dengan pertumbuhan ikan  yang cepat (Hariyadi dkk.,2005).



III.             PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Dari  hasil  penelitian  dapat  diambil kesimpulan sebagai berikut:
Pemberian probiotik yang  berbeda  pada  pakan  komersial berpengaruh terhadap laju pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan lele sangkuriang (Clarias sp.). Pemberian probiotik B menunjukkan laju pertumbuhan tertinggi dan efisiensi pakan tertinggi pada ikan lele sangkuriang (Clarias sp.).

























Daftar pustaka
Lele Dramaga. 2010. Budidaya Lele Sangkuriang. http//www.leledramaga. com. 4 Maret 2012.
Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka Cipta. Jakarta. 179 hal.Fuller, R. 1987

Tidak ada komentar:

Posting Komentar